yang ada berkekuatan sedang dengan arah positif karena nilai r positif, artinya semakin baik pengetahuan pasutri maka semakin baik pula sikap pasutri tentang
infertilitas primer. Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini Ho gagal ditolak artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Infertilitas Primer di
Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG K Medan Tahun 2011
Variabel yang dikorelasikan r
Nilai p
Pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer dan sikap pasutri tentang infertilitas primer
0,289 0,01
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer, untuk
mengetahui sikap pasutri tentang infertilitas primer, serta untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.
Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis telah memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dari hasil menyebar kuesioner terhadap 71 pasutri
di praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG K Medan, data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan, dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Interprestasi dan Diskusi Hasil
a. Pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer
Pasutri yang memiliki pengetahuan baik tentang infertilitas primer yaitu sebanyak 46 orang 64,8, dan yang memiliki pengetahuan kurang yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 25 orang 35,2. Nilai mean = 79,72, median = 80,00, dengan standar deviasi = 12,068.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pasutri yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 46 orang 64,8 dengan mayoritas umur responden
25-31 tahun, umur responden sangat berpengaruh dengan pengetahuan, ini sesuai dikemukakan oleh Notoatmodjo 2007 bahwa umur sangat erat
hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuan dan pengalamannya.
Latar belakang pendidikan terakhir mayoritas adalah sarjana sebanyak 34 orang 47,9. Tingkat pendidikan itu dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2007 yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Pasutri yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang infertilitas
primer sebanyak 25 orang 35,2 dikarenakan belum pernah memperoleh informasi tentang infertilitas primer sehingga pasutri masih menganggap tabu
dan malu untuk bertanya ataupun membicarakan masalah infertilitas yang sedang dihadapinya. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh
Prawirohardjo 2005 bahwa kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai infertilitas primer dapat membawa pengaruh psikologis yang buruk bagi pasutri
itu sendiri, misalnya percaya mitos bahwa tidak diberi keturunan merupakan kutukan dari Tuhan dan dapat menimbulkan kasus poligami pada pasutri.
Pendidikan agama yang terlalu kolot, yang menganggap segala yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan.
b. Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer
Pasutri yang mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 49 orang 69,1, sedangkan pasutri yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 22 orang 31. Nilai
mean = 81,61, median = 80,00, dengan standar deviasi = 11,988. Berdasarkan hasil tersebut pasutri yang memiliki sikap positif memiliki latar
belakang mayoritas berpendidikan sarjana sebanyak 34 orang 47,9. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar 2007, bahwa pendidikan meletakkan dasar pengertian dan
konsep dalam individu. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap serta memahami dasar pengertian dan konsep. Pendidikan
adalah persyaratan utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan dalam pembentukan sikap.
c. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,01 hal ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas
primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini Ho gagal ditolak artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer hubungan yang ada berkekuatan sedang dengan arah positif karena nilai r positif, artinya
semakin baik pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer maka semakin baik pula sikap pasutri tentang infertilitas primer. Ini sesuai teori yang dikemukakan
Notoadmojo 2005 bahwa penerimaan sikap dan prilaku didasari oleh pengetahuan. Tingginya pengetahuan pasutri juga mempengaruhi sikap pasutri terhadap infertilitas
primer.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pembahasan diatas penulis dapat berasumsi bahwa pengetahuan pasutri yang baik tentang infertilitas primer dapat mempengaruhi sikap pasutri
menjadi positif, begitu pula sebaliknya jika pengetahuan pasutri kurang baik dapat mempengaruhisikap pasutri menjadi negatif tentang infertilitas primer.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan karya tulis ilmiah mengenai hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di Klinik
dr. Binarwan Halim, SpOG K Medan tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 71 responden didapatkan hasil yaitu mayoritas responden memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 46 orang 64,8, dengan nilai mean 79,72, median 80,00, dan standar deviasi 12,068.
2. Dari 71 responden didapatkan hasil yaitu sebagian besar responden memiliki
sikap yang positif adalah sebanyak 49 orang 69,1, dengan nilai mean 81,61, median 80,00, dan standar deviasi 11,988.
3. Dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,01 adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 ini berarti hubungan yang ada berkekuatan sedang dengan
arah positif karena nilai r positif, artinya semakin baik pengetahuan pasutri maka semakin baik pula sikap pasutri tentang infertilitas primer.
Universitas Sumatera Utara