Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer di Klinik Bersalin dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASUTR TENTANG

INFERTILITAS PRIMER DI PRAKTEK KLINIK

dr. BINARWAN HALIM, SpOG (K) MEDAN

OLEH :

LINDA RANIWATI

105102015

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, 09 Juni 2011 Linda Raniwati

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer di Klinik Bersalin dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan

Tahun 2011

ix + 39 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Di Amerika Serikat kejadian infertilitas sebesar 12%, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 70%. Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross

sectional study dengan besar sampel sebanyak 71 orang dengan metode

pengambilan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi data demografi yaitu berdasarkan usia 25-31 tahun sebanyak 35 orang (49,3%), berdasarkan pendidikan sarjana yaitu sebanyak 34 orang (47,9%), berdasarkan pekerjaan swasta yaitu 29 orang (40,8%), dan berdasarkan lama pernikahan 3-6 tahun yaitu 43 orang (60,6%), sedangkan berdasarkan pengetahuan yaitu rata-rata = 79,72, median = 80,00, dengan standar deviasi = 12,068, dari segi sikap yaitu rata-rata = 81,61, median = 80,00, dengan standar deviasi = 11,988. Melalui uji product moment diperoleh nilai p = 0,01 artinya adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 ini berarti hubungan yang ada berkekuatan sedang. Dari hasil penelitian diharapkan agar di masa yang akan datang diharapkan kepada seluruh pasutri agar selalu aktif mencari informasi tentang infertilitas, agar lebih mengetahui bahwa infertilitas bukanlah mitos ataupun hal yang tabu untuk dibicarakan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Infertilitas Primer Daftar Pustaka : 21 (1999-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, Sp.OG (K) Medan Tahun 2011. Salawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa menjadikan Beliau sebagai teladan dan anutan dalam hidupnya.

Dalam penyusunan proposal ini penulis sangat berhutang budi kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bpk dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hj.Juliani, S.ST, MARS selaku Pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan petunjuk, nasehat, serta bimbingan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Ayahanda dan ibunda tercinta serta adik-adiku tersayang yang telah banyak

memberikan dukungan, semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Ahirnya hanya kepada Allah’lah tempat kita bersandar, semoga bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT, Amin ya rabbal’alamin. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Teoritis A. Pengetahuan ... 5

1. Pengertian ... 5

2. Tingkat Pengetahuan ... 5

3. Proses Penyerapan Pengetahuan ... 6

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

B. Sikap ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Unsur (Komponen) Sikap ... 9


(7)

4. Cara Pembentukan Atau Perubahan Sikap ... 11

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap ... 12

6. Pengukuran Sikap ... 12

C. Infertilitas Primer ... 13

1. Pengertian ... 13

2. Penyebab Infertilitas ... 13

3. Pemeriksaan Pasangan Infertilitas ... 16

4. Pengobatan ... 19

BAB III Kerangka Penelitian A.Kerangka Konsep Penelitian ... 21

B.Hipotesis ... 21

C.Defenisi Operasional ... 22

BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Tempat Penelitian ... 25

D. Waktu Penelitian ... 25

E. Etika Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

H. Pengumpulan Data ... 27

I. Analisis Data ... 28

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 30


(8)

2. Analisis Bivariat ... 32 B. Pembahasan ... 33 1. Interpretasi dan diskusi hasil ... 34 BAB VI Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ... 36 B. Saran ... 37


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Demografi di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K)

Medan Tahun 2011 ... 31 Tabel 5.2 Pengetahuan Responden tentang Infertilitas Primer di Praktek

Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011 ... 32 Tabel 5.3 Sikap Responden tentang Infertilitas Primer di Praktek Klinik

dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011 ... 32 Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang

Infertilitas Primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim,


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Skema yang Menggambarkan Hubungan Secara Konseptual antara

Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang infertilitas primer di Praktek Klinik dr.Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 201... 21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Balasan surat izin penelitian


(12)

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, 09 Juni 2011 Linda Raniwati

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer di Klinik Bersalin dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan

Tahun 2011

ix + 39 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Di Amerika Serikat kejadian infertilitas sebesar 12%, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 70%. Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross

sectional study dengan besar sampel sebanyak 71 orang dengan metode

pengambilan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi data demografi yaitu berdasarkan usia 25-31 tahun sebanyak 35 orang (49,3%), berdasarkan pendidikan sarjana yaitu sebanyak 34 orang (47,9%), berdasarkan pekerjaan swasta yaitu 29 orang (40,8%), dan berdasarkan lama pernikahan 3-6 tahun yaitu 43 orang (60,6%), sedangkan berdasarkan pengetahuan yaitu rata-rata = 79,72, median = 80,00, dengan standar deviasi = 12,068, dari segi sikap yaitu rata-rata = 81,61, median = 80,00, dengan standar deviasi = 11,988. Melalui uji product moment diperoleh nilai p = 0,01 artinya adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 ini berarti hubungan yang ada berkekuatan sedang. Dari hasil penelitian diharapkan agar di masa yang akan datang diharapkan kepada seluruh pasutri agar selalu aktif mencari informasi tentang infertilitas, agar lebih mengetahui bahwa infertilitas bukanlah mitos ataupun hal yang tabu untuk dibicarakan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Infertilitas Primer Daftar Pustaka : 21 (1999-2010)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan

reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).

Infertilitas disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan sebagai ketidak

mampuan pasangan untuk mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk mencoba mendapat kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka belum mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual, tanpa pelindung selama satu tahun (Brooker, 2008). Infertilitas

primer adalah keadaan di mana seorang istri belum pernah hamil walaupun

bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 1999).

Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik


(14)

atau fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional

stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita (Prawirohardjo, 2005).

Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).

Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar 40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007). Kejadian infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12 %, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 70% (Infertilitas, 2008)

Menurut penelitian Mashuri, 2006, 93 pasangan infertil di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, data yang diperoleh , 49,46% infertilitas berasal dari pihak istri, 43,01% dari pihak suami dan 7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa infertilitas paling banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan kasus infertilitas primer sebanyak 90,32%.


(15)

Dari data klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober tahun 2010 jumlah pasutri yang mengalami infertilitas

primer sebanyak 517 orang (RM BH, 2010). Survei awal yang dilakukan peneliti di

praktek dr. Binarwan Halim, SpOG (K) melalui metode wawancara pada tujuh pasutri dengan infertilitas primer, didapatkan bahwa lima orang pasutri tidak mengetahui tentang infertilitas primer, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai pengetahuan dasar tentang infertilitas primer, sedangkan 2 orang pasutri mengetahui tentang infertilitas primer, mereka dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai pengetahuan dasar infertilitas

primer. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap pasutri tentang

kesehatan reproduksi khususnya infertilitas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk megetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di Praktek klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011.


(16)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer. b. Untuk mengetahui sikap pasutri tentang infertilitas primer.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang

infertilitas primer

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan informasi tentang kejadian infertilitas primer di tinjau dari hubungan pengetahuan dan sikap pasutri, dan selanjutnya sebagai sumbangsih pemikiran bagi tenaga kesehatan agar dapat menginformasikan kepada pasutri yang melakuakan pemeriksaan tentang infertilitas primer. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa, dan sebagai bahan penunjang mata kuliah kesehatan reproduksi tentang infertilitas

primer.

3. Bagi Peneliti Lanjutan

Sebagai bahan informasi dan masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan dan sikap pasutri terhadap infertilitas primer.


(17)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Mustofa, 2008).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup meliputi 6 tingkatan :

a. Tahu (Know), artinya megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.

b. Memahami (Comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar, dimana orang yang faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, menyebutkan contoh, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication), artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada kondisi sebenarnya dan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dalam konteks yang lain.


(18)

d. Analisis (Analysis), artinya kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen, tetapi masih dalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis), artinya kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation), artinya kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap materi atau objek penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Ircham (2008) penentuan tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Kriterianya seperti berikut :

a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan

b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan

c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan

3. Proses Penyerapan Pengetahuan

Proses penyerapan pengetahuan itu meliputi : kesadaran (Awarennest), dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus (objek). Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul. Menimbang-nimbang (Evaluation), tahap dimana responden menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus. Adoption, merupakan tahap


(19)

dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Umur adalah umur responden dalam tahun terakhir responden. Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.

b. Pendidikan, tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

c. Sumber informasi, informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi dapat diperoleh dari :

1) Media cetak, seperti booklet, leaflet, poster, rubrik, dan lain-lain 2) Media elektronik, seperti televisi, video, slaide, radio dan lain-lain 3) Nonmedia, seperti didapat dari keluarga, teman, tenaga kesehatan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).


(20)

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Terdapat beberapa pendapat di antara para ahli apa yang dimaksud dengan sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli lainnya. Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain :

a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti : simbol, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita, dan gagasan (Zuriah, 2003).

b. Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendensy) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan

sesuatu, baik secara positif maupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan, atau konsep.

c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap itu merupakan suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling (perasaan, dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak) (Yusuf, 2006). d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap adalah kesiapan

seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007).

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kondisi mental relatif menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, atau netral, atau negatif, mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.


(21)

2. Unsur (Komponen) Sikap

Berkaitan dengan pengertian sikap diatas Yusuf, 2006 mengemukakan pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponenn yang membentuk struktur sikap, yaitu :

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau

problem controversial.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa yang tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

c. Komponen koknitif (komponen prilaku) atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecendrungan bertindak sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu


(22)

dan berkaitan dengan objek yang dihadapi. Adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Triadic Scheme).

3. Berbagai Kategori Sikap

a. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari : Sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu. Sikap negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Zuriah, 2003).

b. Menurut Azwar, sikap terdiri dari :

1) Menerima (Receiving), bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2) Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

3) Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.


(23)

4) Bertanggung Jawab (Responsible), atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri (Azwar, 2007).

5. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yaitu :

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang terlepas sendiri dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut dapat terbentuk dikap tersendiri pula.

c. Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Faktor intern yaitu : faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.


(24)

Faktor ekstern : yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu : Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan sikap

tersebut, sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunukasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. situasi pada saat

sikap dibentuk (Purwanto, 1998).

7. Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pad garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu masalah atau hal yang diharapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung yang berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survey (Public Option Survey). Sedangkan secara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam satu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subyek yang diteliti (Arikunto, 2002).

C. Infertilitas 1. Pengertian

Infertilitas primer adalah di mana seseorang wanita belum pernah hamil sama

sekali walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan, selama 12 bulan (Prawirohardjo, 1999).

Gangguan fertilitas primer jika wanita tersebut belum pernah hamil atau jika pria belum pernah membuat seorang wanita hamil (Bobak, Lowdermik & Jansen 2000).


(25)

2. Penyebab Infertilitas

Infertilitas dapat terjadi karena faktor wanita, faktor pria, maupun keduanya.

Identifikasi faktor penyebab sangat penting untuk menentukan langkah-langkah penanganannya, seperti terapi dan prognosis. Berbagai masalah yang dihadapi termasuk abnormalitas hormon atau blokade yang disebabkan oleh infeksi dari fungsi-fungsi organ reproduksi (Murtiastutik, 2008).

Stright (2004) mengemukakan bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas pada wanita, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Faktor wanita 1) Masalah vagina

Meliputi infeksi vagina, abnormalitas anatomi, disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam yang secara nyata mengurangi daya hidup sperma.

2) Masalah serviks

(a) Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma (misalnya : lubang ostium

serviks, peningkatan alkalinitas, peningkatan sekresi, dan ferning)

(b) Masalah mekanis seperti inkompetensi serviks berhubungan dengan wanita yang ibunya diobati dengan etilstilbestrol (DES) selama kehamilan.


(26)

3) Masalah uterus

(a) Secara fungsional (misalnya : lingkungan yang kurang disukai untuk pergerakan sperma naik ke uterus sampai tuba falopi atau untuk

implantasi setelah fertilisasi).

(b) Secara struktural (misalnya : mioma uterus atau leiomioma) 4) Masalah tuba

(a) Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba, menjadi lebih

menonjol dengan peningkatan insiden penyakit radang panggul PID

(Pelvic Inflamatory Desease), menyebabkan jaringan parut yang

memblok kedua tuba falopi. Peningkatan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) berperan terhadap peningkatan PID karena 40% infeksi yang berhubungan dengan penggunaan IUD merupakan asimtomatik dan tetap tidak tertangani.

(b) Endometriosis juga dapat berperan pada obstruksi tuba.

5) Masalah ovarium

Meliputi anovulasi, oligo-ovulasi dan sindrom ovarium polikistik. Malfungsi

sekretori juga ikut berperan, misalnya sekresi progesteron tidak adekuat atau

tidak adekuatnya fase luteal akan berpengaruh pada kemampuan mempertahankan ovum yang telah dibuahi.

b. Faktor pria

Infertilitas pada pria dapat terjadi karena adanya abnormalitas yang berhubungan

dengan spermatogenesis, transpor sperma, fungsi sperma dan ejakulasi (Murtiastutik, 2008).


(27)

Stright. R (2004) mengemukakan bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas pada pria, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Faktor kongenital meliputi riwayat ibu yang meminum DES selama kehamilan dan tidak adanya vas deverens atau testis.

2) Masalah ejakulasi, meliputi ejakulasi retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf-saraf, obat-obatan atau trauma bedah.

3) Abnormalita sperma meliputi produksi atau pematangan sperma tidak adekuat, mortilitaas tidak adekuat, pembendungan sperma sepanjang saluran

reproduktif pria dan ketidak mampuan menyimpan sperma dalam vagina. 4) Abnormalitas testikular adalah kelainan yang terkait dengan penyakit

(misalnya : orkitis berhubungan dengan infeksi parotitis setelah pubertas),

kriptokidisme, trauma atau radiasi.

5) Kesulitan koitus dapat terjadi karena obesitas atau kerusakan syaraf spinal. 6) Obat-obatan (misalnya : metotreksat, amobisid, hormon-hormon seks dan

nitrifuration) dapat mempengaruhi spermatogenesis.

7) Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah infeksi (misalnya : penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual), stres, nutrisi tidak adekuat, asupan alkohol berlebihan dan nikotin.

c. Masalah interaktif, berasal dari penyebab yang spesifik untuk setiap pasangan, meliputi : Frekwensi senggama yang tidak memadai, waktu senggama yang buruk, perkembangan antibody terhadap sperma pasangan, penggunaan pelumas yang kemungkinan bersifat spermisida, seperti jelly petroleum dan beberapa pelumas yang larut dalam air, ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke telur.


(28)

3. Pemeriksaan Pasangan Infertilitas

Syafrudin & Hamidah (2009) mengemukakan bahwa penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria, penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 (tujuh) langkah yang diuraikan sebagai berikut :

a. Langkah I (Anamnesis)

Cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut :

1) Lama fertilitas

2) Riwayat haid, ovulasi, dan desminorea

3) Riwayat senggama, frekwensi senggama, dispareunia

4) Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir

5) Kontrasepsi yang pernah digunakan

6) Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya

7) Riwayat penyakit sistemik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid) 8) Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme

9) Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi 10)Riwayat PID, PHS, leukorea

11)Riwayat keluar ASI 12)Pengetahuan kesuburan b. Langkah II (Analisis Hormonal)

Dilakukan jika dari hasil anamnesis ditemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan suhu basal badan (SBB) ditemukan ovulasi.


(29)

anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5-25 ng/ml. Pemeriksaan dilakukan

pada pukul 07.00-10.00 wib. Jika ditemukan kadar prolaktin > 50 ng/ml disertai gangguan haid, perlu dipikirkan ada tumor dihipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang tidak terjadinya haid.

c. Langkah III (Uji Pascasenggama)

Tes ini dapat memberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasil UPS negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang normal dapat menyimpulkan penyebab infertilitas pada suami. d. Langkah IV (Penilai Ovulasi)

Penilaian ovulasi dapat dilakukan dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan/minum. Jika wanita memiliki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi maka gambar grafiknya akan monofasik.

Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Untuk umpan balik negatif, diberikan komlifen

sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai ke-9 siklus haid. Jika dengan

pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak juga terjadi sekresi gonadotropin, untuk pematangan folikel terpaksa diberikan gonadotropin dari luar.

e. Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)

Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat

clamydia trachomatis dan gonokokus sering menyebabkan penyumbatan tuba.

Jika ditemukan riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.


(30)

f. Langkah VI (Analisis Vase Luteal)

Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan

insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah,

lebih diutamakan progesteron intravagina dengan dosis 50-200 mg dari pada pemberian oral.

g. Langkah 7 (Diagnosis Tuba Falopi)

Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba tersedia berbagai cara, yaitu uji insuflasi, histerosalpingografi, gambaran tuba falopi secara sonografi. Penanganan pada tiap presdisposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas yang disebabkan oleh infeksi.

h. Pemeriksaan Pria

Menurut Hadibroto & Alam (2007) pemeriksaan infertilitas pada pria meliputi : mengamati kelainan fisik, penyebaran rambut, dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal. Kelenjar pituitari memproduksi hormon-hormon FSH dan LH yang berperan dalam produksi sperma, sedangkan progesteron mempengaruhi lemak dan rambut. Selain itu hormon testosteron berperan dalam pengendalian gairah seksual. Kelainan fisik lain pada alat reproduksi pria yang harus diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak


(31)

4. Pengobatan

Hadibroto & Alam (2007) mengemukakan bahwa untuk mengobati kemandulan pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu penyebab utamanya, setelah itu baru bisa dilakukan perbaikan-perbaikan seperti :

a. Gangguan Ovulasi

Diperlukan obat penyubur untuk memacu memacu ovulasi dan memperbaiki kualitas sperma, berikut ini adalah obat-obat penyubur yang dianggap telah memberikan hasil selama tahun-tahun terahir : klomifen sitrat, pergonal, human chorionic gonadotropin, hypotalamic releasing factors, bromokriptin.

b. Operasi Pembedahan

Dilakukan untuk mengatasi penyebab utama ketidaksuburan wanita, apakah itu karena terbentuknya jaringan parut (scar), penyumbatan saluran telur yang disebabkan oleh penyakit sebelumnya, bekas pembedahan, maupun kelainan bawaan. Beberapa usaha pembedahan yang dilakukan adalah : Vaginal surgery,

Cervical surgery (mengangkat polip pada leher rahim, dan endometriosis), Uterine surgery, Tubal surgery, dan ovarium surgery.

1) Operasi vagina (Vaginal surgery), untuk memperbaiki kelainan atau kerusaka vagina dengan cara operasi plastik (perineoplasty), yang umum dikenal dari operasi ini adalah operasi selaput dara, beberapa gangguan yang dapat diatasi dengan cara ini adalah selaput dara terlalu tebal, dilatasi vagina, dan vaginismus.

2) Operasi leher rahim (Cervical surgery), menghilangkan fibroid (polip, tumor jinak di dalam rahim), dengan cervical polypectomy, dengan bantuan forcep dokter menjepit fibroid dan membuangnya. Pada kondisi yang lebih berat


(32)

dilakukan pengerikan dengan cara kuret atau D&C (Dillatation & Curettage). Kuret adalah operasi kecil yang biasa dilakukan untuk menekan penyebab haid berat. Teknik ini juga dugunakan untuk memeriksa kemandulan dan keguguran kehamilan pada tahap dini.

3) Operasi rahim (Uterine surgery), fibroid yang tidak terdeteksi lebih dini didalam rahim, dapat diangkat melalui pembedahan mikro yang rumit.

4) Operasi saluran telur (Tubal surgery), tindakan ini digunakan untuk menghilangkan parut dan untuk menutup saluran telur yang disebabkan oleh penyakit yang telah lampau, bekas pembedahan, atau kelainan struktural. 5)Operasi indung telur (Ovarian surgery), penyakit lain yang dapat

mengakibatkan kemandulan adalah endometriosis, yaitu terbentuknya kista pada jaringan yang melapisi rahim (endometrium). Kista ini dapat berkembang di tempat lain diluar rahim karena terbawa aliran darah. Gangguan endometriosis dapat menyumbat saluran telur, sehingga sel telur terhalang perjalanannya untuk bertemu dengan sperma, pembedahan


(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang diamati atau diukur pada penelitian yang akan dilakukan. Sebagai variabel independen adalah pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer dan variabel dependen adalah sikap pasutri tentang infertilitas primer.

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Pasutri Tentang

Infertilitas Primer

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan

pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di praktek klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011.

Sikap Pasutri Tentang


(34)

C. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan

Pasutri tentang infertilitas primer

Semua hal yang diketahui pasutri mengenai : - Pengertian infertilitas primer - Faktor-faktor penyebab infertilitas primer - Pemeriksaan pasangan infertilitas primer - Pengobatan infertilitas primer

Kuesioner Dengan mengajukan pertanyaan tertutup berupa multiple choice berjumlah 10 pertanyaan

Benar bernilai 1 dan salah bernilai 0

- Baik bila responden mendapatkan skor > 80 - Kurang bila

responden mendapatkan skor < 80

Rasio

2 Sikap Pasutri tentang infertilitas primer Pandangan atau perasaan, penilaian tentang infertilitas primer.

Kuesioner Dengan mengajukan pertanyaan tertutup berupa lembar checklist dengan jawaban “ya” atau “tidak” berjumlah 10 pertanyaan

Benar bernilai 1 dan salah bernilai 0

-Positif bila responden -mendapatkan

skor > 80

-Negatif bila responden mendapatkan skor < 80


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah bersifat deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross

sectional study, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

hubungan , dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang melakukan pemeriksaan infertilitas dan di diagnosa mengalami infertilitas primer di praktek klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan, selama bulan Oktober 2010, berjumlah 87 pasutri.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang melakukan pemeriksaan infertilitas dan di diagnosa mengalami infertilitas primer di praktek klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan, Sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus :


(36)

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui : N = 87

d =0,05 n =

n = 71 orang

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu atau ada (Hidayat, 2007).

Kriteria untuk subjek penelitian ini adalah pasangan suami istri yang melakukan pemeriksaan infertilitas dan didiagnosa mengalami infertilitas primer, dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan bersedia menjadi responden.


(37)

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan. Peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, lokasi mudah dijangkau, serta belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada September 2010 sampai dengan bulan Mei tahun 2011.

E. Pertimbangan Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari dr. Binarwan Halim, SpOG (K). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu: memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Apabila responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika responden tidak bersedia, maka

responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Responden berhak mendapatkan kebebasan dari tindakan yang merugikan atau beresiko, dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument penelitian.


(38)

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner yang disusun berdasarkan literatur yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing.

1. Data demografi

Data karakteristik yang harus dilengkapi oleh responden meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan dan lama pernikahan.

2. Bagian kedua berupa kuesioner pengetahuan, yang terdiri dari 10 buah pertanyaan tertutup, jawaban salah mendapat nilai 0 (nol), dan apabila jawaban benar mendapat nilai 1 (satu). Untuk menentukan nilai digunakan rumus : skor yang diperoleh x 100

Skor tertinggi

Dengan kategori penilaian

- Pengetahuan baik : Bila responden mendapatkan skor > 80 - Pengetahuan kurang : Bila responden mendapatkan skor < 80

3. Kuesioner sikap, yang terdiri dari 10 pernyataan, 5 pertanyaan yang benar dan 5 dengan pertanyaan yang salah dengan jawaban ya dan tidak, jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Hidayat, 2001). Untuk menentukan nilai digunakan rumus :

skor yang diperoleh x 100 Skor tertinggi

Dengan kategori penilaian

- Sikap Positif : Bila responden mendapatkan skor > 80 - Sikap Negatif : Bila responden mendapatkan skor < 80


(39)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat-tingkat ke validan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2006). Uji validitas akan dilakukan secara conten validity, dalam hal ini yaitu dr. Ichwanul Adenin SpOG (K) didapatkan nilsi validitas pada pertanyaan pengetahuan adalah 0,77 dan pada pertanyaan sikap adalah 0,74, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan.

2. Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan terhadap instrumen yang handal, tidak berubah-ubah hasil ukurannya meskipun digunakan berulang kali. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha croabanch, dengan bantuan program SPSS, Jika didapatkan r hasil > dari r tabel (p) > 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel dan jika r hasil < dari r tabel (p) < 0,6 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007). Pada pertanyaan pengetahuan didapatkan nilai croabanch’s alfa 0,646 dan pada pertanyaan sikap didapatkan nilai croabanch’s alfa 0,651.

H. Pengumpulan Data

Beberapa prosedur pengambilan data dalam penelitian ini yaitu :

1. Memperkenalkan diri kepada calon responden dan menjelaskan mengenai npenelitian yang dilakukan.

2. Setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).


(40)

3. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur, dan mengisi seluruh pertanyaan.

4. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner agar dapat menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Dalam penelitian ini 100% peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner.

I. Analisis Data

Proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh atau

telah dikumpulkan. Setelah diperiksa, data yang terkumpul lengkap yaitu sebanyak 71 kuesioner dan seluruh kuesioner terisi lengkap.

2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode terhadap data yang telah

dikumpulkan, yaitu umur 1 = 25-31 tahun, 2 = 32-38 tahun, 3 = 39-45 tahun. Pendidikan 1 = SMU, 2 = Diploma, 3 = Sarjana. Pekerjaan 1 = IRT, 2 = PNS, 3 = Swasta. Lama pernikahan 1 = 3-6 tahun, 2 = 7-11 tahun, 3 = 12-15 tahun. 3. Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel,

peneliti memasukkan seluruh data kedalam master tabel, kemudian membuat distribusi frekwensi sederhana. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Univariat, analisis ini digunakan untuk menganalisa data dari suatu variabel

yang bertujuan mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Data yang bersifat kategori akan dicari frekuensi dan presentasenya yaitu umur, pekerjaan,


(41)

pendidikan, dan lama pernikahan. Sedangkan data yang bersifat numerik akan dicari mean, median, dan standar deviasinya.

2. Bivariat, analisis ini digunakan untuk menguji keeratan hubungan

pengetahuan dan sikap pasutri terhadap infertilitas primer. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Product Moment, dengan tujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dependen dan vaiabel independen dan untuk mengetahui keeratan hubungan antarvariabel tersebut. Menurut Colton kekuatan hubungan dua variabel ada 4 (empat) area, yaitu :

r = 0,00-0,25 berarti tidak ada hubungan / hubungan lemah r = 0,26-0,50 berarti hubungan sedang

r = 0,51-0,75 berarti hubungan kuat


(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan pada bulan September 2010 sampai dengan Mei 2011 terhadap hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer dengan jumlah responden sebanyak 71 pasutri dapat dilihat sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian didapatkan dari 71 responden yang mengalami infertilitas primer mayoritas berumur 25-31 tahun yaitu 35 orang (49,3%) dan minoritas berumur 39-45 tahun yaitu 10 orang (14,1%). Pendidikan terakhir responden mayoritas sarjana yaitu 34 orang (47,9%) dan minoritas diploma yaitu 12 orang (16,9%). Pekerjaan responden mayoritas swasta yaitu 29 orang (40,8%) dan minoritas PNS dan IRT yaitu masing-masing 21 orang (26,6%). Mayoritas responden yang mengalami infertilitas primer adalah dengan lama pernikahan 3-6 tahun yaitu 43 orang (60,6%) dan minoritas lama pernikahan yaitu 12-15 tahun (8,5%), yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(43)

Tabel 5.1

Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K)

Medan Tahun 2011

Data Demografi F %

Umur

• 25-31 tahun • 32-38 tahun • 39-45 tahun

35 26 10 49,3 36,6 14,1 Pendidikan • SMU • Diploma • Sarjana 25 12 34 35,2 16,9 47,9 Pekerjaan • IRT • PNS • Swasta 21 21 29 26,6 26,6 40,8 Lama Pernikahan

• 3-6 tahun • 7-11 tahun • 12-15 tahun

43 22 6 60,6 31 8,5

Jumlah 71 100

2. Pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer

Pengetahuan merupakan semua hal yang diketahui pasutri mengenai pengertian infertilitas primer, faktor-faktor penyebab infertilitas primer, pemeriksaan pasangan infertilitas primer, pengobatan infertilitas primer. Pengetahuan pasutri dikategorikan baik dan kurang. Setelah peneliti memberikan kuesioner dengan 10 pertanyaan pengetahuan tentang infertilitas primer mayoritas responden menjawab benar tentang faktor-faktor penyebab infertilitas primer, sedangkan mayoritas responden menjawab salah yaitu tentang pengobatan infertilitas primer.


(44)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai mean = 79,72, median = 80,00, dengan standar deviasi = 12,068. Pengetahuan dengan skor terendah = 60, dan skor tertinggi = 100, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2

Pengetahuan Responden tentang Infertilitas Primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011

Variabel Mean Median SD Min-maks

Pengetahuan

pasutri 79,72 80,00 12,068 60-100

3. Sikap pasutri tentang infertilitas primer

Sikap pasutri adalah pandangan atau perasaan, penilaian tentang infertilitas

primer. Sikap pasutri dikategorikan positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh nilai mean = 81,61, median = 80,00, dengan standar deviasi = 11,988. Pengetahuan dengan skor terendah = 60, dan skor tertinggi = 100, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3

Sikap Responden tentang Infertilitas Primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan Tahun 2011

Variabel Mean Median SD Min-maks

Sikap

pasutri 81,61 80,00 11,988 60-100

4. Hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer

Dari hasil analisis menggunakan uji product moment diperoleh nilai p = 0,01 adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri


(45)

yang ada berkekuatan sedang dengan arah positif karena nilai r positif, artinya semakin baik pengetahuan pasutri maka semakin baik pula sikap pasutri tentang infertilitas primer. Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis pada penelitian ini Ho gagal ditolak artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Infertilitas Primer di Praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan

Tahun 2011

Variabel yang dikorelasikan r Nilai p Pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer

dan sikap pasutri tentang infertilitas primer

0,289 0,01

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer, untuk mengetahui sikap pasutri tentang infertilitas primer, serta untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer.

Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis telah memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dari hasil menyebar kuesioner terhadap 71 pasutri di praktek Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan, data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan, dan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Interprestasi dan Diskusi Hasil

a. Pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer

Pasutri yang memiliki pengetahuan baik tentang infertilitas primer yaitu sebanyak 46 orang (64,8%), dan yang memiliki pengetahuan kurang yaitu


(46)

sebanyak 25 orang (35,2%). Nilai mean = 79,72, median = 80,00, dengan standar deviasi = 12,068.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pasutri yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 46 orang (64,8%) dengan mayoritas umur responden 25-31 tahun, umur responden sangat berpengaruh dengan pengetahuan, ini sesuai dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuan dan pengalamannya.

Latar belakang pendidikan terakhir mayoritas adalah sarjana sebanyak 34 orang (47,9%). Tingkat pendidikan itu dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

Pasutri yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang infertilitas

primer sebanyak 25 orang (35,2%) dikarenakan belum pernah memperoleh

informasi tentang infertilitas primer sehingga pasutri masih menganggap tabu dan malu untuk bertanya ataupun membicarakan masalah infertilitas yang sedang dihadapinya. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (2005) bahwa kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai

infertilitas primer dapat membawa pengaruh psikologis yang buruk bagi pasutri

itu sendiri, misalnya percaya mitos bahwa tidak diberi keturunan merupakan kutukan dari Tuhan dan dapat menimbulkan kasus poligami pada pasutri. Pendidikan agama yang terlalu kolot, yang menganggap segala yang


(47)

berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan.

b. Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer

Pasutri yang mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 49 orang (69,1%), sedangkan pasutri yang memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 22 orang (31%). Nilai mean = 81,61, median = 80,00, dengan standar deviasi = 11,988.

Berdasarkan hasil tersebut pasutri yang memiliki sikap positif memiliki latar belakang mayoritas berpendidikan sarjana sebanyak 34 orang (47,9%). Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (2007), bahwa pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam individu. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap serta memahami dasar pengertian dan konsep. Pendidikan adalah persyaratan utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan dalam pembentukan sikap.

c. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasutri tentang Infertilitas Primer

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,01 hal ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas

primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis

pada penelitian ini Ho gagal ditolak artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer hubungan yang ada berkekuatan sedang dengan arah positif karena nilai r positif, artinya semakin baik pengetahuan pasutri tentang infertilitas primer maka semakin baik pula sikap pasutri tentang infertilitas primer. Ini sesuai teori yang dikemukakan Notoadmojo (2005) bahwa penerimaan sikap dan prilaku didasari oleh pengetahuan. Tingginya pengetahuan pasutri juga mempengaruhi sikap pasutri terhadap infertilitas


(48)

Dari hasil pembahasan diatas penulis dapat berasumsi bahwa pengetahuan pasutri yang baik tentang infertilitas primer dapat mempengaruhi sikap pasutri menjadi positif, begitu pula sebaliknya jika pengetahuan pasutri kurang baik dapat mempengaruhisikap pasutri menjadi negatif tentang infertilitas primer.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan karya tulis ilmiah mengenai hubungan pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer di Klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 71 responden didapatkan hasil yaitu mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 46 orang (64,8%), dengan nilai mean 79,72, median 80,00, dan standar deviasi 12,068.

2. Dari 71 responden didapatkan hasil yaitu sebagian besar responden memiliki sikap yang positif adalah sebanyak 49 orang (69,1%), dengan nilai mean 81,61, median 80,00, dan standar deviasi 11,988.

3. Dari hasil analisis diperoleh nilai p = 0,01 adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pasutri tentang infertilitas primer, dan diperoleh juga nilai r = 0,289 ini berarti hubungan yang ada berkekuatan sedang dengan arah positif karena nilai r positif, artinya semakin baik pengetahuan pasutri maka semakin baik pula sikap pasutri tentang infertilitas primer.


(50)

B. Saran

1. Di masa yang akan datang diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk selalu menginformasikan kesehatan reproduksi kepada pasutri usia subur, baik melalui konseling maupun penyuluhan kesehatan reproduksi khususnya tentang

infertilitas.

2. Di masa yang akan datang diharapkan kepada seluruh pasutri agar selalu aktif mencari informasi tentang infertilitas, agar lebih mengetahui bahwa infertilitas bukanlah mitos ataupun hal yang tabu untuk dibicarakan.

3. Di masa yang akan datang diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih mengembangkan penelitian ini terutama tentang pengalaman pasutri yang mengalami infertilitas primer.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Y. (2010). Hipnosteri. Rileks, nyaman, dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta : Gagas Media.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Hadibroto, I & Alam, S. (2007). Infertilitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hanafi, Hartanto. (2003). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta

: Pustaka Sinar Harapan.

Harian Kompas. (2010). Angka Kejadian Infertilitas. Jakarta

Irene, M, & Jensen, D. (2000). Bobak Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : Yayasan IAPKP.

Manik, M, Sitohang, N, & Nurasiah. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis. Medan : USU Press.

Manuaba, (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.

(2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan

KB. Jakarta : EGC.

Murtiastutik, D. (2008). Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya : Airlangga University Press.

Mustofa, B. (2008). Metode Menulis Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Mediacom. Muslimah, (2009). Investigasi Infertilitas.

pada tanggal 15 September 2010.

Notoatmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


(52)

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Rayburn, W.F. (2001). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika Stright, R. (2004). Keperawatan ibu-bayi baru lahir. Ed. 3. Jakarta : EGC


(53)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Linda Raniwati / 105102014 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidn Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian hubungan pengetahuan dan sikap pasutri terhadap infertilitas primer. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi D-IV Bidan Pendididk Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi kuesioner dan lembar ceklist dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kerelaan bapak dan ibu.

Partisipasi bapak dan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi bapak, ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi bapak dan ibu dalam penelitian ini.

Medan, 2011

Peneliti Responden


(54)

KUESIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP PASUTRI TERHADAP INFERTILITAS PRIMER

Biodata Responden

Kode Responden

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lama Pernikahan : Petunjuk :

1. Isilah data dengan baik dan benar serta jawablah semua pertanyaan yang ada sesuai dengan petunjuk.

2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling benar sesuai dengan pengetahuan anda.

3. Jika ada hal yang kurang jelas atau tidak dimengerti, maka dipersilahkan bertanya.

A. Pertanyaan Pengetahuan 1. Arti kata “Mandul” adalah...

a. Tidak mampu hamil b. Tidak mampu melahirkan c. Tidak mampu menyusui d. Tidak mampu merawat bayi

2. Seorang wanita belum pernah hamil sama sekali walaupun bersenggama secara teratur selama 12 bulan disebut...

a. Kemandulan primer b. Seksualitas

c. Intensitas d. Pubertas

3. Faktor-faktor penyebab kemandulan pada wanita adalah... a. Sumbatan pada saluran sperma

b. Sumbatan pada saluran telur c. Kondisi panas didaerah buah zakar d. Peningkatan jumlah sperma

4. Faktor-faktor penyebab kemandulan pada pria adalah... a. Keputikan yang berwarna bau-abu dan berbau amis b. Sumbatan pada saluran sperma

c. Tumor jinak dirahim


(55)

5. Pemeriksaan kemandulan pada pria adalah... a. Pemeriksaan liang senggama

b. Pemeriksaan leher rahim c. Pemeriksaan sperma

d. Pemeriksaan kondisi dalam rahim

6. Pemeriksaan kemandulan pada wanita adalah... a. Pemeriksaan sperma

b. Pemeriksaan buah zakar

c. Pemeriksaan sumbatan saluran telur d. Pemeriksaan saluran sperma

7. Hal-hal yang dapat membantu meningkatkan kesuburan adalah.... a. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan

b. Olah raga berat setiap hari

c. Pola hidup sehat dan makan-makanan yang bergizi d. Merokok yang berlebihan

8. Pengobatan pada pasangan mandul dapat dilakukan dengan... a. Memperbanyak tidur

b. Makan makanan yang tinggi lemak c. Olahraga berat setiap hari

d. Melakukan pembedahan pada saluran telur yang dikarenakan adanya penyumbatan

9. Untuk memproduksi sel telur menjadi subur dapat diberikan... a. Jamu tradisional

b. Operasi pembedahan c. Obat penyubur dari dokter d. Pil KB

10. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kesuburan antara lain, kecuali... a. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan

b. Merokok yang berlebihan c. Olah raga yang teratur d. Stress emosional


(56)

B. Pertanyaan Sikap Petunjuk

Beri tanda chek list (√) yang menurut anda dianggap paling benar pada salah satu kolom dibawah ini.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya tidak perlu memeriksakan diri kedokter jika belum dikaruniai anak setelah menikah > 1 tahun 2 Jika saya merasakan panas yang menetap pada

sekitar buah zakar, maka saya akan segera memeriksakan diri kedokter

3

Saya sebaiknya melakukan olah raga yang berat untuk meningkatkan kesuburan

4 Saya sebaiknya mengatur gaya hidup yang sehat agar tidak mengalami stress emosional yang dapat mempengaruhi kesuburan

5 Jika saya mengalami keputihan yang berwarna keabu-abuan dan berbau amis saya tidak perlu memeriksakan diri kedokter

6

Kami akan mengkonsumsi obat penyubur yang diberikan dokter untuk memacu kesuburan 7 Kami akan melakukan hubungan seksual dengan

frekwensi 1 bulan sekali untuk mencapai kehamilan

8 Saya sebaiknya mengatur pola makan saya, agar tidak mengalami kegemukan yang berlebihan karena dapat mempengaruhi kesuburan

9 Saya akan mengkonsumsi alkohol dan merokok yang berlebihan untuk meningkatkan vitalitas saya

10 Saya tidak akan memakai celana dalam yang ketat karena dapat mengganggu proses produksi sperma


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Linda Raniwati

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 10 Agustus 1987

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Ayah : Ramli Ibu : Indayati

Anak ke : Satu (1)

Alamat : Jl. A. Yani No. 11

Tembilahan INHIL-Riau

Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi Magelang (1992-1993) 2. SDN 003 Tembilahan (1993-1999) 3. SLTPN 06 Magelang (1999-2002) 4. SMAN 01 Tembilahan (2002-2005)

5. AKBID Husada Gemilang Tembilahan (2006-2009) 6. Program Study D-IV Universitas Sumatera Utara


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Linda Raniwati

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 10 Agustus 1987

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Ayah : Ramli Ibu : Indayati Anak ke : Satu (1)

Alamat : Jl. A. Yani No. 11 Tembilahan INHIL-Riau

Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi Magelang (1992-1993) 2. SDN 003 Tembilahan (1993-1999) 3. SLTPN 06 Magelang (1999-2002) 4. SMAN 01 Tembilahan (2002-2005)

5. AKBID Husada Gemilang Tembilahan (2006-2009) 6. Program Study D-IV Universitas Sumatera Utara

(2010-2011)