Sementara itu, indikator dari tahap pemecahan masalah menurut Polya yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Indikator memahami masalah, meliputi: a mengetahui apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada masalah dan b menjelaskan masalah sesuai
dengan kalimat sendiri. 2. Indikator membuat rencana, meliputi: a menyederhanakan masalah, b
mampu membuat eksperimen dan simulasi, c mampu mencari sub- tujuan hal-hal yang perlu dicari sebelum menyelesaikan masalah, d
mengurutkan informasi. 3. Indikator melaksanakan rencana, meliputi: a mengartikan masalah yang
diberikan dalam bentuk kalimat matematika, dan b melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan berlangsung.
4. Indikator melihat kembali, meliputi: a mengecek semua informasi dan penghitungan yang terlibat, b mempertimbangkan apakah solusinya
logis, c melihat alternatif penyelesaian yang lain, d membaca pertanyaan kembali, e bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah
terjawab.
2.8 Penelitian yang Relevan
1. Herlambang 2013 dengan penelitian tentang “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar
Siswa dengan Teori Van Hielle” diperoleh bahwa distribusi kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII-A merata
mulai dari tingkat I, tingkat II, tingkat III, dan tingkat IV. Tingkat I berarti
siswa belum dapat memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Tingkat II
berarti siswa sudah mampu memahami masalah akan tetapi belum mampu menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana
penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Tingkat III berarti siswa sudah mampu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan
rencana penyelesaian tetapi belum memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Tingkat IV berarti siswa sudah mampu memahami masalah, menyusun
rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
2. Hardiyanti 2013 dengan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition AIR Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X” diperoleh bahwa Adanya pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition AIR untuk materi Microsoft Word 2010. 3.
Burhan 2014 dengen penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 18 Padang” diperoleh
bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan model pembelajaran AIR lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.
2.9 Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar keterampilan dan kemampuan para siswa dapat berkembang dengan baik sebagaimana diharapkan,
yaitu menjadi Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas. Salah satu keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu kemampuan
pemecahan masalah. Hal ini disebabkan karena kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari masalah. Sehingga manusia perlu mencari solusi agar tidak
dikalahkan oleh kehidupan. Meskipun pemecahan masalah sangat penting, tetapi kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil
PISA dan TIMSS, hasil penelitian dan wawancara dengan salah satu guru matematika. Hasil PISA Programme for International Student Assesment hanya
2,3 siswa mampu menyelesaikan masalah yang rumit dan mampu merumuskan, dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Ini berarti presentase siswa yang
mampu memecahkan masalah dengan strategi dan prosedur yang benar masih sedikit jika dibandingkan dengan presentase siswa yang menyelesaikan masalah
dengan menggunakan rumus. Berdasarkan penelitian dan juga wawancara dengan salah satu guru matematika, diperoleh bahwa siswa masih mengalami kesulitan
dalam memecahkan masalah matematika. Siswa cenderung menggunakan rumus cepat dan tidak melaksanakan prosedur pemecahan masalah dengan baik. Agar
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat tercapai dengan maksimal, maka diperlukan model pembelajaran yang inovatif, model yang akan diterapkan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition AIR. Dalam pembelajaran model Auditory Intellectually Repetition AIR, guru
menerapkan empat tahapan yang sesuai dengan strategi pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan supaya siswa lebih terampil dalam menyelesaikan masalah
matematika, yaitu terampil dalam menjalankan prosedur-prosedur menyelesaikan masalah secara cepat dan cermat.
Berdasarkan alasan tersebut, dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan
pengelompokkan pengetahuan siswa. Sementara kerangka berpikir penelitian ini disajikan pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Masih Rendah
Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition AIR Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Terasah dan
Mencapai Ketuntasan
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa kelas X menurut Polya Memahami masalah
Membuat rencana Melaksanakan rencana
Melihat kembali Menentukkan kedudukan siswa dalam
kelompok
Atas Sedang
Bawah
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X dalam pembelajaran model Auditory Intellectually Repetition AIR
Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X dalam pembelajaran model Auditory Intellectually Repetition AIR untuk setiap kelompok
2.10 Hipotesis Penelitian