Film Animasi Upin & Ipin di TPI dan Minat Menonton Anak (Studi Korelasional Pengaruh Film Animasi Upin & Ipin di TPI Terhadap Minat Menonton Anak SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa)

(1)

FILM ANIMASI UPIN & IPIN DAN MINAT MENONTON (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Film Animasi Upin & Ipin di TPI Terhadap Minat Menonton Anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung

Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa) SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH : Nina Sartika Pane

060904039

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Film Animasi Upin & Ipin di TPI dan Minat Menonton Anak (Studi Korelasional Pengaruh Film Animasi Upin & Ipin di TPI Terhadap Minat Menonton Anak SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Teori yang digunakan didalam penelitian ini adalah teori SOR yang merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Yang menjadi Stimulus adalah film animasi Upin & Ipin. Organism adalah anak SD MIS Al-Mukhlisin, sedangkan Response adalah timbulnya minat untuk menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak SD MIS Al-Mukhlisin kelas IV sampai kelas VI yaitu sebanyak 123 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 55 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0 dengan hasil 0.32. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan nilai koefisien korelasi. Hasil 0.32 berada diskala 0.20-0.39 yang menunjukkan adanya hubungan yang rendah tetapi pasti antara film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y peneliti menggunakan alat bantu software SPSS 15.0 dimana hasil angka ttabel adalah 0.017 sedangkan angka thitung adalah 100% - 017 = 0,983 sehingga angka ttabel < thitung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara film animasi Upin & Ipin di TPI dengan minat menonton anak adalah signifikan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin Tanjung Morawa.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta tidak lupa pula Salawat dan Salam kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang mana telah memberikan seberkas sinar kehidupan melalui Al-Qur’an dan Sunnah nya sebagai pedoman hidup penulis guna membedakan mana yang hak dan yang bathil dalam menjalani kehidupan ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Suwandi Pane dan Aryani Meilinda yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini berjudul Film Animasi Upin & Ipin di TPI dan Minat Menonton Anak SD MIS Al-Mukhlisin, dibuat sebagai salah satu persayaratan kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, Selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Rusni, MA, selaku dosen pembimbing penulis yang sangat banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Mulai dari meluangkan waktu, memberikan saran dan kritik berharga dan berkenan berdiskusi dengan penulis.

4. Ibu Dra. Fatmawardi Lubis, MA, selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama menjalani masa studi sebagai mahasiswa FISIP USU.

5. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, yang telah memberikan pendidikan pelajaran, bimbingan serta bantuan lainnya pada penulis dari semester awal hingga menamatkan perkuliahan.

6. Seluruh keluarga, adik-adik yang selalu memberikan keceriaan, khususnya Eki, Tika, dan abang Andi, Tante Milen, Tante En, Om Jefri, nenek tersayang,

7. Buat sahabat-sahabat yang selalu berada disamping penulis dikala susah yaitu Aad, Leli, Hilda, kak Deni dan Kiki.

8. Buat teman-teman penulis Suji, Zara, Merni, Mey, Hana, Lusi, Widya dan seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2006.

9. Kak Hanim, kak Puan, kak Maya, kak Icut, dan kak ros atas segala bantuannya.

10.Bapak Zaidur Rahman. Spd.I selaku kepala sekolah SD MIS Al-Mukhlisin.

11.Pak Ayub, Bu Nur, Bu Ririn, dan semua guru yang ada di SD MIS Al-Mukhlisin yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan seluruh


(5)

siswa-siswi SD MIS Al-Mukhlisin terimakasih atas kesediannya mengisi kuesioner yang diberikan.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pihak yang membacanya.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(6)

Hal ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Pembatasan Masalah ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Kerangka Teori ... 10

1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 10

1.5.2. Televisi Sebagai Media Massa ... 12

1.5.3. Film dan Film Animasi ... 13

1.5.3.1 Film ... 13

1.5.3.2. Film Animasi ... 14

1.5.4. Minat Menonton Anak ... 16

1.5.5. Teori SOR ... 17

1.6. Kerangka Konsep ... 20

1.7. Model Teoritis ... 21

1.8. Variabel Operasional ... 21

1.9. Defenisi Operasional... 23

1.10. Hipotesis ... 26

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi ... 27

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 27

II.1.2. Komponen Komunikasi ... 29

II.1.3. Bentuk Komunikasi ... 29

II.1.4. Sifat Komunikasi ... 30

II.1.5. Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 30

II.2. Komunikasi Massa ... 30


(7)

II.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa ... 32

II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 34

II.2.4. Efek Komunikasi Massa ... 35

II.3. Televisi Sebagai Media Massa ... 36

II.4. Minat Menonton Anak ... 41

II.4.1. Minat ... 41

II.4.2. Anak ... 43

II.4.3. Menonton ... 46

II.5. Film dan Film Animasi ... 46

II.5.1. Sejarah Film ... 46

II.5.2. Fungsi Film ... 47

II.5.3. Jenis-Jenis Film ... 47

II.5.4. Film Animasi... 49

II.5.4.1 Sejarah dan Perkembangan Film Animasi ... 50

II.5.4.2.Teknik Film Animasi ... 52

II.5.4.3.Jenis-Jenis Film Animasi ... 55

II.6. Teori SOR ... 56

BAB III KERANGKA KONSEP III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 60

III.1.1. Sejarah Ringkas Yayasan Pendidikan Al-Mukhlisin ... 61

III.1.2. Akreditasi ... 62

III.1.3. Visi dan Misi... 62

III.1.4. Standar Kompetensi ... 63

III.1.5. Sistem Sekolah dan Program Pendidikan ... 63

III.2. Deskripsi Film Animasi Upin & Ipin ... 64

III.3. Metode Penelitian ... 67

III.4. Lokasi Penelitian ... 68

III.5. Populasi dan Sampel ... 68

III.5.1. Populasi ... 68

III.5.2. Sampel ... 69

III.6. Teknik Pengambilan Sampel ... 70

III.7. Teknik Pengumpulan Data ... 72

III.8. Teknik Analisis Data... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Teknik Pengolahan Data ... 76

IV.2. Analisis Tabel Tunggal ... 77

IV.3. Analisis Tabel Silang ... 97

IV.4 Uji Hipotesis ... 116


(8)

V.1. KESIMPULAN ... 122 V.2. SARAN ... 124 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

No. Tabel Hal

Tabel 1. Variabel Operasional ... 21

Tabel 3.1. Penyebaran Populasi ... 68

Tabel 3.2. Penyebaran Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

Tabel 3.3. Penyebaran Sampel ... 71

Tabel 4.1. Jenis Kelamin responden ... 78

Tabel 4.2. Kelas Responden ... 78

Tabel 4.3. Unsur yang Mempengaruhi Ketika Menonton ... 79

Tabel 4.4. Pendapat Tentang Film Animasi Upin & Ipin ... 80

Tabel 4.5. Pendapat Tentang Gerakan Khas Berjalan Tokoh-Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin ... 81

Tabel 4.6. Pendapat Tentang Gerakan Khas Makan Tokoh-Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin ... 81

Tabel 4.7. Pendapat Tentang Gambar Tokoh ... 82

Tabel 4.8. Pendapat Tentang Gambaran Karakter Tokoh ... 84

Tabel 4.9. Pendapat Tentang Ucapan Khas yang Sering Diucapkan ... 86

Tabel 4.10. Pendapat Tentang Bahasa Melayu yang Digunakan Oleh Para Tokoh ... 87

Tabel 4.11. Pemahaman Tentang Bahasa Melayu yang Digunakan Oleh Para Tokoh ... 87

Tabel 4.12. Pendapat Mengenai Suara ... 88

Tabel 4.13. Pendapat Mengenai Tampilan Warna Pakaian yang Digunakan Oleh Para Tokoh ... 89

Tabel 4.14. Pendapat Mengenai Tampilan Warna Benda-Benda yang Dimiliki Oleh Para Tokoh ... 90

Tabel 4.15. Pendapat Mengenai bagian Cerita Lucu ... 91

Tabel 4.16. Pendapat Mengenai Pelajaran Moral ... 92

Tabel 4.17. Pendapat Mengenai Hal yang Menimbulkan Ketertarikan Sehingga Selalu Memperhatikan Film Animasi Upin & Ipin ... 94


(10)

Tabel 4.18. Film Animasi Upin & Ipin Dapat/Tidak Dapat Menumbuhkan

Ketertarikan ... 95 Tabel 4.19. Film Animasi Upin & Ipin Dapat/Tidak Dapat Membuat Terhibur ... 95 Tabel 4.20. Film Animasi Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap

Minat ... 96 Tabel 4.21. Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan/Tidak

Menumbuhkan Keinginan Untuk Terus Menonton ... 96 Tabel 4.22. Hubungan Antara Pendapat Tentang Film Animasi Upin & Ipin

dengan Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan Untuk

Terus Menonton... 98 Tabel 4.23.1. Hubungan Antara Pendapat Tentang Ucapan Khas yang Sering

Diucapkan Oleh Ipin (“Betul, betul, betul”) dengan Film Animasi

Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap Minat ... 99 Tabel 4.23.2. Hubungan Antara Pendapat Tentang Ucapan Khas yang sering

Diucapkan Oleh Jarjit (Berpantun) dengan Film Animasi Upin & ipin

Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap Minat ... 101 Tabel 4.23.3. Hubungan Antara Pendapat Tentang Ucapan Khas yang Sering

Diucapkan Oleh Mail (“2 Seringgit”) dengan Film Animasi Upin &

Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap Minat ... 102 Tabel 4.23.4. Hubungan Antara Pendapat Tentang Ucapan Khas yang Sering

Diucapkan Oleh Murid-Murid (“Selamat Pagi Cikgu”) dengan Film Animasi Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap

Minat ... 104 Tabel 4.24. Hubungan Antara Pendapat Tentang Film Animasi Upin & Ipin

dengan Film Animasi Upin & Ipin Dapat/Tidak Dapat Membuat

Terhibur ... 105 Tabel 4.25. Hubungan Antara Pendapat Tentang Film Animasi Upin & Ipin

dengan Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan/Tidak

Menumbuhkan Keinginan Untuk Terus Menonton ... 106 Tabel 4.26.1. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Pelajaran Moral (Ketika Opah

Menyuruh Upin & Ipin Sembahyang, Mengaji, Berpuasa) dengan Film Animasi Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap

Minat ... 108 Tabel 4.26.2. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Pelajaran Moral (Ketika Opah

dan Kak Ros Melarang Upin & Ipin Bermain Petasan) dengan Film Animasi Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap


(11)

Tabel 4.26.3. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Pelajaran Moral (Ketika Opah Menyuruh Upin & Ipin Mensyukuri Makanan yang Ada) dengan Film Animasi Upin & Ipin Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap

Minat ... 110 Tabel 4.26.4. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Pelajaran Moral (Ketika Bu

Guru Jasmin Menyuruh Murid-Murid Harus Saling Tolong Menolong Kepada Sesama) dengan Film Animasi Upin & Ipin

Berpengaruh/Tidak Berpengaruh Terhadap Minat ... 111 Tabel 4.27.1. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Bagian Cerita (Ketika Upin &

Ipin Disangka Tuyul) dengan Film Animasi Upin & Ipin

Menumbuhkan Keinginan Untuk Terus Menonton ... 112 Tabel 4.27.2. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Bagian Cerita (Ketika Mencari

Harta Karun, Mereka Bermain Tebak-Tebakan dengan Manusia Batu) dengan Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan/Tidak

Menumbuhkan Keinginan Untuk Teus Menonton ... 113 Tabel 4.27.3. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Bagian Cerita (Ketika

Perlombaan Lari Antara Kura-Kura dan Kelinci) dengan Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan/Tidak Menumbuhkan

Keinginan Untuk Terus Menonton ... 114 Tabel 4.27.4. Hubungan Antara Pendapat Mengenai Bagian Cerita (Ketika Mereka

Berjalan, Mereka Menemukan Seekor Kucing dan Diberi Nama Apin) dengan Film Animasi Upin & Ipin Menumbuhkan Keinginan/Tidak

Menumbuhkan Keinginan Untuk Terus Menonton ... 115 Tabel 4.28. Koefisien Korelasi Spearman Rho ... 116


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

Gambar 1. Model SOR ... 18 Gambar 2. Model SOR (Film Animasi Upin & Ipin dan Minat Menonton Anak

SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa

Bangun Sari Kota Tanjung Tanjung Morawa) ... 19 Gambar 3. Model Teoritis ... 21


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Film Animasi Upin & Ipin di TPI dan Minat Menonton Anak (Studi Korelasional Pengaruh Film Animasi Upin & Ipin di TPI Terhadap Minat Menonton Anak SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya.

Teori yang digunakan didalam penelitian ini adalah teori SOR yang merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Yang menjadi Stimulus adalah film animasi Upin & Ipin. Organism adalah anak SD MIS Al-Mukhlisin, sedangkan Response adalah timbulnya minat untuk menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak SD MIS Al-Mukhlisin kelas IV sampai kelas VI yaitu sebanyak 123 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 55 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional dan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0 dengan hasil 0.32. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan nilai koefisien korelasi. Hasil 0.32 berada diskala 0.20-0.39 yang menunjukkan adanya hubungan yang rendah tetapi pasti antara film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y peneliti menggunakan alat bantu software SPSS 15.0 dimana hasil angka ttabel adalah 0.017 sedangkan angka thitung adalah 100% - 017 = 0,983 sehingga angka ttabel < thitung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara film animasi Upin & Ipin di TPI dengan minat menonton anak adalah signifikan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara film animasi Upin & Ipin di TPI terhadap minat menonton anak SD MIS Al-Mukhlisin Tanjung Morawa.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi saat ini telah berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang sedang berkembang pesat adalah komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa (Effendy, 2006: 20). Media massa dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan lain-lain, sedangkan media massa elektronik terdiri dari radio, film, televisi, dan lain-lain.

Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan keberadaannya jauh melampaui media-media massa lain, seperti media cetak koran, majalah, apalagi buku . Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu prasyarat yang “harus” berada ditengah-tengah kita. Sebuah rumah, baru dikatakan lengkap jika ada pesawat televisi didalamnya, dan hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah kepelosok-pelosok desa, dirumah-rumah hunian liar, dipinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang (Wirodono, 2006: viii).

Kemajuan televisi sangat berhubungan dengan fungsinya sebagai media massa elektronik. Hingga saat ini, Negara Indonesia telah memiliki sebelas stasiun televisi nasional yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra


(15)

Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV, Trans7, Metro TV, TVOne, dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal. Stasiun televisi yang ada di kota Medan antara lain adalah TVRI Medan, Deli TV, Space Toon dan DAAI TV. Saat ini juga telah mengudara dalam masa percobaan siaran televisi Bahana TV (sumber : http//id.wikipedia.org/wiki/kota Medan

Jika pada awalnya televisi berfungsi sebagai media penyampai informasi kini tv lebih berperan sebagai media hiburan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) diketahui, bahwa 70 persen tayangan televisi swasta lebih banyak menampilkan unsur hiburan daripada pendidikan dan informasi (sumber :

).

http/

Dengan majunya perkembangan televisi di Indonesia dewasa ini, maka semakin marak pula acara-acara yang menarik untuk dinikmati pemirsanya. Salah satu acara yang banyak menjadi pilihan stasiun televisi untuk ditayangkan adalah acara film animasi atau kartun (sumber:

. Televisi telah menghadirkan berbagai bentuk acara ditengah-tengah masyarakat. Mulai dari tayangan sinetron, film, komedi situasi (sitcom), talkshow, tayangan berita, infotainment, reality show, kuis, iklan, program olah raga, dan lain-lain.

http//id.inspiredkidsmagazine.com). Banyak sekali stasiun TV yang menayangkan film animasi untuk menarik perhatian audiencenya, khususnya anak-anak. Diantaranya (Shinchan dan Doraemon di RCTI), (Spongebob, Naruto, Kapten Tsubasa dan Avatar di Global


(16)

TV), (Detective Conan, dan Bleach di Indosiar), (Popeye, dan Tom and Jerry di TPI), dan lain-lain.

Film animasi pada umumnya berdasarkan cerita-cerita fantasi, karena itu pada umumnya anak-anak menyukai film animasi sebab digunakan sebagai media berfantasi atau untuk berkhayal. Selain itu, film ini juga dapat digunakan sebagai wadah terjadinya proses peniruan, dimana hal ini juga menjadi faktor penting bagi seorang anak. Faktor daya khayal sendiri sangat dominan dalam kehidupan anak-anak. Daya khayal bahkan merupakan unsur yang memungkinkan dan mendukung kreatifitas. Kodrat daya khayal pada umumnya bersumber pada keinginan anak-anak akan kebebasan, juga merupakan kelanjutan dari hasrat dan kebutuhan tertentu yang ada dalam dirinya. Dapat dikatakan dominasi untuk berfantasi dalam kehidupan anak-anak sangat besar.

Salah satu stasiun televisi yang banyak menyajikan tayangan film animasi adalah TPI. TPI berdiri pada tahun 1991, dahulunya merupakan singkatan dari Televisi Pendidikan Indonesia, kini berubah nama menjadi Televisi Paling Indonesia. Pergantian nama tersebut dilakukan pada tahun 2000 dan diharapkan akan menjadi media spesifik dalam penyebaran informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyarakat. TPI berkomitmen untuk memberikan sajian terbaik bagi pemirsa diseluruh tanah air melalui peningkatan kualitas tayangan (sumber: http/

Film animasi Upin & Ipin ini hadir dengan tema baru yang lain dari film anak-anak biasanya, dimana banyak ditampilkan berdasarkan cerita-cerita fantasi,

). Dalam usaha meningkatkan kualitas tayangan kepada pemirsanya, TPI berinisiatif menayangkan film animasi Upin & Ipin.


(17)

adegan kekerasan seperti memukul, menembak, dan menganiaya, bahkan adegan saling membunuh yang memang sangat tidak layak ditonton oleh anak-anak. Menurut Gunarsa (1997: 189) pengaruh film di televisi sangat besar terhadap anak. Tingkah laku para tokoh dalam film di televisi akan menjadi model untuk ditiru. Berbeda jauh dengan film animasi yang banyak ditayangkan sebelumnya, Film animasi Upin & Ipin ini sangat mendidik bagi anak-anak. Banyak ilmu agama dan pembelajaran yang sarat dengan pesan-pesan moral tentang sikap dan perilaku sehingga patut menjadi contoh bagi pemirsa khususnya anak-anak. Dialog yang disampaikan dengan bahasa melayu menjadi khas dan unik di telinga pemirsa anak-anak dan keluarga Indonesia . Sifatnya sangat sederhana, komunikatif, dan mendidik.

Tayangan ini awalnya ditayangkan di TV9 Malaysia sekitar tiga tahun lalu tetapi karena kehadirannya masih relatif baru di Indonesia, maka seri Upin & Ipin masih layak untuk ditonton karena sangat menarik. Kini tayangan film animasi Upin dan Ipin ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya anak-anak di stasiun televisi swasta TPI. TPI telah menayangkan program yang diproduksi oleh Les’ Copaque ini sejak tahun 2009. Kita dapat menyaksikan film ini setiap harinya pada pukul 15.30 WIB, untuk hari Senin hingga Jumat Film animasi ini dapat pula kita saksikan dipagi hari pada pukul 07.30 WIB. Khusus dihari Minggu film Animasi ini ditayangkan pada pukul 08.00 dan 19.00 WIB (sumber : http//www.tpi.tv

Film animasi ini bercerita tentang dua anak kembar yang bernama Upin dan Ipin. Kedua anak ini berusia lima tahun. Mereka adalah anak yatim piatu ). Saat ini jadwal penayangannya di TPI sering berubah-ubah karena naiknya rating.


(18)

yang tinggal bersama kakaknya yang bernama Kak Ros, dan Neneknya (disana dipanggil Opah). Mereka Tinggal dirumah panggung yang berada dikampung komunitas orang-orang Melayu. Upin & Ipin merupakan tokoh protagonis dimana Upin lahir 5 menit lebih awal sehingga ia merupakan kakak dari Ipin. Dengan ciri-ciri botak dan hanya ada sehelai rambut di kepalanya, berbaju kuning, bertindak sebagai pimpinan diantara keduanya. Ipin menggunakan baju warna biru, menggemari ayam goreng dan merespon hal-hal yang ia setujui dengan kata “betul, betul, betul”. Keduanya memiliki teman-teman yang unik, baik yang berasal dari etnis Cina, si Mei Mei, yang bergaya ala orang India yakni Jarjit, dan Rajoo, ada Ehsan dan Fizi, serta ada pula yang berasal dari Indonesia yaitu Susanti. Kehadiran kawan-kawan Upin & Ipin menggambarkan keberagaman khas masyarakat Malaysia yang memang dihuni oleh masyarakat dunia selain bangsa Melayu, Cina, India, dan juga Indonesia.

Upin dan Ipin banyak mengetengahkan kisah keseharian masyarakat Melayu, yang rumpun budayanya dekat dengan budaya Indonesia. Dengan bahasa Melayunya serta keluguan khas anak-anak, Upin & Ipin dan Kawan-kawannya menyampaikan beragam cerita yang ada di kehidupan sehari-hari secara ringan sehingga mudah ditangkap oleh anak-anak. Banyak ilmu agama dan pembelajaran yang sarat dengan pesan-pesan moral tentang sikap dan perilaku seperti berpuasa, mengaji, berbuat baik kepada sesama, saling tolong menolong, dan mematuhi perkataan orang tua.

Keberadaan animasi Upin & Ipin yang merupakan film bertemakan edukasi moral bagi anak kini bisa kita tonton setiap harinya di TPI, namun sebelumnya dunia pertelevisian kita juga pernah menayangkan tema moral sejenis yaitu film Si


(19)

Unyil. Film animasi Unyil sempat menyedot perhatian para pecinta kartun di Indonesia khususnya anak-anak. Si Unyil telah menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari sangat kental dengan budaya Jawa dan Betawi. Jika animasi Unyil masih berupa seri boneka, maka Upin & Ipin disajikan dalam bentuk 3 dimensi sehingga gambar tersebut seolah-olah memang benar-benar hidup.

Tayangan film animasi Upin & Ipin tengah marak ditayangkan di TPI. Kebanyakan penelitian selama ini hanya mengetengahkan penelitian yang berhubungan dengan efek kekerasan film animasi terhadap anak-anak seperti Shinchan, dan Naruto. Khusus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) penelitian tentang animasi yang memberikan edukasi terhadap anak masih minim ditemukan. Berdasarkan pengamatan peneliti, film Dora The explorer merupakan satu-satunya penelitian mengenai film animasi yang dapat memberikan edukasi terhadap anak yang terdapat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP khususnya Ilmu Komunikasi.

Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al-Mukhlisin merupakan sekolah pesantren modern, dimana sekolah ini memiliki jadwal dan rutinitas yang berbeda dari Sekolah Dasar pada umumnya. Peraturan yang diberlakukan disekolah ini pun berbeda dengan SD lainnya dimana jam masuk sekolah pukul 07.30 pagi dan pulang sekolah pada pukul 15.00 sore. Jika dibandingkan dengan Sekolah dasar pada umumnya tentu jadwal yang diberlakukan sangat berbeda, dimana anak SD biasanya pulang antara pukul 12.00 hingga pukul 13.00 Siang. Begitu juga halnya dengan rutinitas keseharian mereka, dimana mereka dituntut untuk memiliki pengetahuan lebih dari siswa SD lainnya. Sehingga setiap harinya


(20)

mereka diberi tugas rumah oleh para guru untuk melatih kemampuan kognitif. Jadwal keseharian mereka begitu padat baik disekolah maupun dirumah. Apalagi disekolah mereka diberikan pelajaran tambahan seperti Bahasa Arab, sempoa, Bahasa Inggris, dan komputer. Jika ada pelajaran tambahan yang diberikan oleh guru, maka siswa siswi SD Al-Mukhlisin pulang pada pukul 16.00 sore. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hal ini membuat para siswa dan siswi yang bersekolah disana jarang menonton televisi. Menurut peneliti hal ini sangat menarik karena ditengah kesibukan menghadapi rutinitas kesehariannya apakah siswa siswi yang bersekolah disana masih menyempatkan diri dan berminat untuk menonton film animasi Upin & Ipin.

Film animasi Upin & Ipin merupakan film animasi yang bertemakan pelajaran moral yang bersifat religi khususnya tentang ajaran Islam yang menceritakan seputar ibadah puasa, sembahyang, mengaji, dan berbuat baik kepada sesama. Pelajaran moral yang disampaikan didalam film ini sangat sesuai dengan apa yang diajarkan disekolah SD MIS Al-Mukhlisin yang notabene adalah sekolah pesantren. Hal ini sangat menarik, karena apakah sinkronisasi antara tema moral film dengan pelajaran moral mereka disekolah benar-benar menimbulkan ketertarikan mereka untuk menonton, atau apakah ada hal-hal lain yang menimbulkan ketertarikan mereka untuk menyaksikan film animasi Upin & Ipin.

Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai sejauhmanakah film animasi Upin & Ipin berpengaruh terhadap minat menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa km 12,5 Desa Bangun sari Kota Tanjung Morawa.


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

“Sejauhmanakah tayangan film animasi Upin & Ipin di TPI berpengaruh Terhadap minat menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilaksanakan di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa.

2. Penelitian ini bersifat korelasional dan terbatas pada minat menonton anak terhadap tayangan film animasi Upin & Ipin yang meliputi perhatian, persepsi dan keinginan.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah responden kelas IV-VI yang pernah menonton film animasi Upin & Ipin minimal tiga kali.


(22)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat minat menonton anak terhadap film animasi Upin & Ipin yang ditayangkan di TPI.

2. Untuk melihat hal-hal yang menjadi daya tarik anak menonton film animasi Upin & Ipin.

3. Untuk melihat hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai anak didalam film animasi Upin & Ipin.

4. Untuk mencari hubungan antara tayangan film animasi Upin & Ipin terhadap minat menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai komunikasi massa dan mengenai dampak media massa.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan menjadi wadah memperluas cakrawala pengetahuan khususnya media massa dan tayangannya.


(23)

3. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

1.5. Kerangka Teori

Rakhmat (1993:6), menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel , untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Nawawi (1993:40), menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa Komunikasi

Komunikasi tidak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Setiap bidang dalam kehidupan manusia dilakukan dengan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Bahkan ketika manusia hendak berhubungan dengan orang lain pun menggunakan komunikasi.

Menurut Effendy (2006: 11) komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan), pikiran itu bisa berupa gagasan, informasi, dan opini.


(24)

Rogers juga mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2004: 19). Dengan begitu didalam berkomunikasi ada lima unsur yang tercakup, yaitu :

1. Komunikator 2. Pesan

3. Saluran 4. Komunikan 5. Efek

Berdasarkan paradigma Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media/saluran dan menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006:10).

Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka (Nurudin, 2003:1). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film (Cangara, 2004: 36).


(25)

Menurut ahli, yang dimaksud dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern, dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi (Effendy, 2000:4). Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada masyarakat abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.

Komunikasi massa bersumber dari komunikator yang menyampaikan pesannya dengan menggunakan media massa yang ditujukan untuk masyarakat luas. Jadi, salah satu ciri dari komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan merupakan pesan yang mengandung kepentingan publik.

1.5.2. Televisi Sebagai Media Massa

Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 1993: 192).

Televisi merupakan salah satu dari sejumlah media massa yang ada sekarang ini. Media massa yang satu ini memiliki daya tarik yang cukup kuat dibandingkan dengan media massa lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya unsur kata-kata, musik serta sound effect sehingga televisi mampu menarik perhatian khalayak lebih baik. Selain itu, televisi juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan


(26)

mengubah emosi dan pikiran pemirsanya, maka televisi memiliki kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan dengan media massa lainnya.

Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu (Baksin, 2006 :16). Saat ini khalayak sasaran televisi tidak lagi bersifat lokal, nasional, dan regional, tetapi sudah bersifat internasional atau global.

1.5.3 Film dan Film Animasi 1.5.3.1 Film

Macbride (1980: 69) berpendapat bahwa film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetik yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi dengan kata kata musik, dengan demikian film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks melalui perkembangannya. Menurut Ardianto (2004:138) film dapat dikelompokkan pada jenis:

a. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya, maupun dari segi gambar yang artistik.

b. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa, yang benar-benar terjadi.


(27)

c. Film Dokumenter

Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (Creative treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

d. Film Kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. sebagian besar film kartun, sepanjang diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, dapat pula film kartun mengandung unsur pendidikan, minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka pada akhirnya tokoh baiklah yang selalu. 1.5.3.2 Film Animasi

Film kartun kini lebih dikenal dengan sebutan film animasi. Kata “animasi” sebenarnya adalah penyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate yang dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti “menghidupkan”. Secara umum, animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakkan benda mati.

Maksudnya, sebuah benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat, dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak atau hanya berkesan hidup.


(28)

Sebenarnya, sejak jaman dulu manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti celeng, bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk (Hallas, 1976:23).

Film animasi merupakan suatu teknik komunikasi visual yang pada dasarnya digunakan untuk menjelaskan secara kompleks, untuk menyatakan sesuatu yang tidak tampak, dan menjelaskan secara rinci tentang gerakan-gerakan yang dilakukan tokoh-tokoh didalam film. Film animasi memiliki beberapa karakteristik tersendiri yang membedakannya dari film-film lainnya, diantaranya:

1. Menggunakan Gerakan Hidup (live Action)

Animasi memanfaatkan gerakan-gerakan hidup seperti gerakan asli. Animasi menampilkan gerakan-gerakan hidup untuk memperlihatkan dua dunia secara bersamaan.

2. Menggunakan Gambar

Animasi menggunakan berbagai variasi gambar untuk mengilustrasikan tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya. Gambar-gambar ini secara keseluruhan akan mewakili tokoh-tokoh secara imajinatif, tepat, cocok, dan mengandung nilai estetis. Kekuatan pada film animasi terletak pada kecerdasan membuat gambar.


(29)

3. Merupakan Sinkronisasi Antara Bahasa (ucapan) dengan Suara Tiruan (Artificial Sound)

Penggunaan kata (ucapan) dengan suara-suara tiruan membantu untuk menekankan gambar dalam berbagai gerakan.

4. Menekankan Pada Warna

Warna dapat menekankan bagian-bagian khusus dari suatu gerakan. Warna dapat juga digunakan sebagai simbol dari objek sehingga berimplikasi pada psikologi termasuk didalamnya mood atau perasaan.

5. Alur Cerita yang Lucu

Secara umum film animasi diasosiasikan dengan humor. Tokoh-tokoh yang terdapat didalam film harus menyenangkan dan bertindak secara alami. Hal ini bergantung pada kemampuan animator (Hallas, 1976 :11).

1.5.4 Minat Menonton Anak

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang diperhatikan secara terus menerus dan disertai dengan rasa senang. Minat juga merupakan sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek, situasi, ataupun ide-ide tertentu, yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi tersebut. Minat seseorang, baik yang bersifat sementara maupun tetap dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya. Bentuk-bentuk minat adalah perhatian, persepsi, keinginan, dan perbuatan (Rakhmat, 2005: 51-52).


(30)

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, menonton adalah melihat pertunjukan gambar hidup dan sebagainya. Sedangkan menurut partowisastro, menonton merupakan perhatian yang spontan dari diri individu dimana individu berada ditengah-tengah layar putih dan apa yang dilihatnya seolah-olah terjadi didepan mata dan bukan bersifat bayangan saja. Minat menonton adalah suatu keadaan dimana dalam diri individu timbul ketertarikan terhadap suatu objek.

Menurut W. J. S. Poewadarminta, anak adalah keturunan yang kedua. Anak merupakan individu yang berkembang, baik jasmani maupun jiwa kepribadiannya.

1.5.5 Teori SOR

Teori S-O-R merupakan singkatan dari teori Stimulus-Organism-Response. Teori ini semula berasal dari Psikologi, namun kemudian menjadi teori komunikasi karena objek model dari Psikologi dan Ilmu Komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1999:254). Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;

a. Stimulus (S) = Pesan

b. Organism (O) = Responden/komunikan c. Response (R) = Efek (Effendy, 2005: 254)


(31)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1 Model S-O-R (Effendy, 1999: 254-255)

Bagan diatas menujukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

Organism :

• Perhatian

• Pengertian • Penerimaan Stimulus


(32)

Proses berikutnya, komunikan mengerti, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Model ini bilamana dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan, yakni tentang pengaruh tayangan film animasi Upin & Ipin terhadap Minat Menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa.

Gambar 1.2 Model S-O-R

(Tayangan Film Animasi Upin & Ipin dan Minat Menonton Siswa SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota

Tanjung Morawa)

Gambar diatas menerangkan bahwa stimulus yang dimaksud adalah tayangan film animasi Upin & Ipin, sedangkan anak SD MIS Al-Mukhlisin yang

Stimulus Film Animasi Upin & Ipin di

TPI

Organism Siswa SD MIS

Almukhlisin

Response Munculnya Minat Menonton Terhadap Film Animasi Upin &


(33)

telah diberikan rangsangan oleh tayangan tersebut merupakan komunikan atau juga disebut dengan Organism.

Minat Menonton anak merupakan efek atau response yang terjadi sebagai akibat dari komunikan menonton film kartun Upin dan Ipin di TPI.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dirumuskan sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1993: 40). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur lainnya (Nawawi, 1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah film animasi Upin & Ipin.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Minat Menonton anak.


(34)

1.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep , dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1.3 Model Teoritis 1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat operasioanl variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian.

Adapun operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel (X)

Film Animasi Upin & Ipin

1. Menggunakan Gerakan Hidup - Gerakan khas berjalan - Gerakan khas makan Variabel X

Tayangan Film Animasi Upin & Ipin.

Variabel Y Minat Menonton Anak


(35)

2. Menggunakan Gambar - Gambar Tokoh

- Gambar Karakter khas tokoh 3. Merupakan Sinkronisasi Antara

Bahasa (kata) dengan Suara Tiruan (artificial sound)

- Ucapan khas - Dialek - Suara tokoh

4. Menekankan Pada Warna - Warna pakaian

- Warna benda-benda milik tokoh 5. Alur Cerita yang Lucu

6. Pesan Moral

7. Variabel Terikat (Y) Minat Menonton

1. Perhatian 2. Persepsi 3. Keinginan

8. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Kelas

3. Unsur-unsur yang mempengaruhi ketika menonton

1.9. Defenisi Operasional


(36)

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (Film Animasi Upin & Ipin), terdiri dari : 1. Menggunakan Gerakan Hidup

Gerakan adalah perpindahan pada anggota badan ; tingkah laku, mengadakan aksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007). Didalam film animasi Upin & Ipin gerakan yang dimaksud adalah :

- Gerakan khas berjalan : yaitu gerakan berjalan yang menjadi ciri khusus para tokoh didalam film.

- Gerakan khas makan : yaitu gerakan makan yang menjadi ciri khusus para tokoh didalam film.

2. Menggunakan gambar

Gambar adalah perpaduan titik, garis, bidang, dan warna untuk mencitrakan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007 ). Didalam film animasi Upin & Ipin gambar yang dimaksud adalah gambar : - Tokoh : yaitu orang-orang yang bermain didalam film

- Karakter khas tokoh : yaitu gambar karakter khas yang diperankan tokoh didalam film.

3. Merupakan Sinkronisasi Antara Bahasa (kata) dengan Suara Tiruan (artificial sound)

Bahasa adalah suatu kata yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan, contohnya perkataan, kalimat, ucapan, dan lain-lain


(37)

(Wikipedia.org.com

- Ucapan khas : yaitu ucapan-ucapan yang sering dikatakan tokoh-tokoh didalam film yang menjadikan ciri khusus atas dirinya.

). Didalam film animasi Upin & Ipin Bahasa yang dimaksud adalah :

- Dialek : yaitu variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007). Dalam film animasi Upin & Ipin dialek yang dimaksud adalah dialek Melayu.

- Suara tokoh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007, suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia seperti pada waktu bercakap, menyanyi, tertawa, menangis. Didalam film animasi Upin & Ipin suara yang dimaksud adalah suara Upin, Ipin, Kak Ros, Opah, Cikgu Jasmin, Jarjit, Fizi, Ehsan, Mei mei, Mail, Susanti, dan Atok.

4. Menekankan Pada Warna

Warna adalah sifat cahaya yang dipancarkan sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007). Didalam film animasi Upin & Ipin warna yang dimaksud adalah : - Warna pakaian : yaitu warna pakaian yang dipakai oleh para tokoh

didalam film diantaranya, biru, kuning, merah jambu, hijau, dan lain-lain.


(38)

- Warna benda-benda milik tokoh : yaitu warna benda-benda yang dimiliki para tokoh didalam film diantaranya tas, sepeda, rumah, kucing, dan lain-lain.

5. Alur Cerita yang Lucu

Alur cerita adalah rangakaian peristiwa dalam suatu kejadian yang dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007).

6. Pesan Moral

Pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan kepada orang lain. Moral adalah hal-hal yang dianggap baik atau buruk (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007). Didalam film animasi Upin & Ipin pesan moral adalah pesan mengenai hal-hal yang dianggap baik dari film tersebut, misalnya sembahyang, mengaji, puasa, membantu sesama, dan mematuhi perkataan orang tua.

2. Variabel Terikat (Y) Minat Menonton

a. Perhatian, terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain (Rakhmat, 2005: 52).

b. Persepsi, memberikan makna pada stimuli indrawi (Rakhmat, 2005: 51).

c. Keinginan, usaha seseorang untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 2005: 35).


(39)

Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan. b. Kelas : empat, lima, dan enam

c. Unsur-unsur yang mempengaruhi ketika menonton : bagaimana kebiasaan responden saat menonton apakah ditemani atau sendirian. 1.10. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1995:44). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0 : tidak terdapat hubungan antara film animasi Upin dan Ipin di TPI dengan minat menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa.

Ha : terdapat hubungan antara film animasi Upin & Ipin di TPI dengan minat menonton anak di SD MIS Al-Mukhlisin Jl. Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kota Tanjung Morawa


(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata (bahasa) latin Communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita sedang berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha berbagi informasi, ide, sikap, gagasan (Wilbur Schramm dalam Effendy, 2003: 5).

Komunikasi merupakan suatu istilah yang berasal dari Bahasa Inggris communication, sedangkan lainnya communication yang berarti pemberitahuan, pertukaran dimana pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (Arifin, 1995:19).

Menurut Laswell cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To whom, and With What Effect. Paradigma Laswell tersebut mencerminkan bahwa terdapat unsur-unsur Who, yakni komunikator sebagai sumber atau seseorang yang memprakarsai penyampaian ide, gagasan, atau pikiran, Says What, yakni pesan berupa ide, gagasan atau pikiran, In Which Channel, yakni media sebagai alat menyalurkan pesan baik langsung maupun tidak langsung, To Whom yakni komunikan yaitu orang yang menerima pesan, dan With What Effect, yaitu akibat yang diharapkan dari proses pesan tersebut.


(41)

Sejalan dengan itu Laswell mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari beberapa defenisi diatas, menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek seperti mengubah tingkah laku orang lain, yang dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu (Harold D. Laswell dalam Effendy, 2006: 10).

Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dalam hal ini ada upaya dari komunikator selaku penyampai pesan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat dari komunikan atau sasaran komunikasi (Effendy 2006: 10).

Defenisi-defenisi komunikasi diatas tentunya belum mewakili semua defenisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpilkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan/ informasi oleh komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penggunaan simbol/lambang kepada komunikan dengan media tertentu yang dapat menimbulkan efek dalam pembentukan pendapat dan sikap. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya didalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yakni komunikator, pesan, dan komunikan.

Proses komunikasi dalam perspektif mekanis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :


(42)

1. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (simbol) sebagai media atau saluran.

2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy, 2006: 11).

II.1.2 Komponen Komunikasi

a) Komunikator (communicator) b) Pesan (message)

c) Media (media)

d) Komunikan (communicant) e) Efek (effect)

II.1.3 Bentuk Komunikasi

Komunikasi memiliki bentuk. Adapun bentuk dari komunikasi antara lain: a. Komunikasi Persona (Personal Communication)

1. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) 2. Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication): a) Ceramah (lecture)

b) Diskusi panel (panel discussion) c) Simposium (symposium)

d) Forum e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming) g) dan lain-lain.

2. Komunikasi Kelompok Besar (large group communication/ public speaking)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication) 1) Pers

2) Radio 3) Televisi


(43)

4) Film

5) dan lain-lain.

d. Komunikasi Medio (Medio Communication) 1) Surat

2) Telepon 3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk

6) dan lain-lain (Effendy 2006: 7) II.1.4 Sifat Komunikasi

Komunikasi memiliki sifat. Adapun sifat dari komunikasi antara lain: a. Tatap muka (face to face)

b. Bermedia (mediated) c. Verbal (verbal)

1) Lisan (oral)

2) Tulisan/cetak (written/printed) d. Nonverbal (non-verbal)

1) Kial/isyarat badaniah (gestural)

2) Bergambar (pictorial) (Effendy 2006: 7) II.1.5 Tujuan dan Fungsi komunikasi

Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Adapun tujuan komunikasi adalah : a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (to educate) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change)

Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama yaitu:

1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2006: 7) II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditunjukkan kepada umum dan film yang diperuntukkan digedung-gedung bioskop (Effendy, 2003: 79).


(44)

Menurut Jay Black dan Federick C. Whitney, komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen (dalam Nurudin, 2004: 11).

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Liliweri, dalam Ardianto, 2004: 3).

Devito dalam bukunya Communicology : An Introduction to the Study of Communication (dalam Effendy, 2006: 21), mengemukakan defenisi komunikasi massa yaitu : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya yaitu televisi, radio, surat kabar, majalah, dan film.

Menyimak dari berbagai defenisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, maka tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan defenisi-defenisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat pula diketahui ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.


(45)

II.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Melalui defenisi komunikasi massa, kita dapat mengetahui karakteristik komunikais massa. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004: 7-13) :

a. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa itu menggunakan media massa baik media cetak maupun elektronik. Berapa orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa, berapa macam peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang diperlukan sifatnya relatif, namun pasti komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersona yang begitu sederhana.

b. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik bagi sebagian komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap


(46)

muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas bahkan lebih dari itu, komunikasi yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus pada komunikasi antarpersona unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan


(47)

dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g. Stimulasi Alat Indra “Terbatas”

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (delayed)

Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan

feedback merupakan faktor penting dalam komunikasi apa pun. Efektivitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Selain memiliki ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Adapun fungsi dari komunikasi massa menurut R. Dominick, yaitu:

1. Pengawasan (Surveillance)

Pengawasan ini mengacu pada peranan berita dan informasi media massa. Media dianggap bertindak sebagai pengawas karena orang-orang media ini lah yang mengumpulkan segala informasi yang tidak dapat diperoleh oleh masyarakat luas.


(48)

2. Interpretasi

Selain menyajikan fakta dan data, media massa juga harus mampu melakukan interpretasi mengenai informasi yang disajikan atau tentang suatu peristiwa tertentu.

3. Hubungan (linkage)

Media massa harus dapat berperan sebagai penghubung dari unsur-unsur yang terdapat didalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung atau perorangan.

4. Sosialisasi

Media massa mentransmisikan nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai dari suatu kelompok. Adapun media yang paling mudah mentransmisikan nilai-nilai adalah media elektronik (televisi dan radio) yang memiliki sifat mudah dicerna, diingat, dan komunikatif terhadap audiencenya.

5. Hiburan

Adapun 70 persen dari sisi dan informasi yang diberikan media massa pada umumnya adalah menghibur audiencenya, terutama media-media elektronik seperti televisi, radio, serta internet (Effendy, 2006: 28-31).

II.2.4 Efek Komunikasi Massa

Setiap proses komunikasi mempunyai akhir yang disebut dengan efek. Efek menerpa seseorang yang menerimanya baik secara disengaja atau yang tidak disengaja dan malah mungkin yang tidak dimengerti. Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, yaitu:


(49)

1. Efek kognitif

Pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan ataupun informasi.

2. Efek afektif

Pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak sukanya terhadap sesuatu akibat dari membaca surat kabar, mendengarkan radio, ataupun menonton televisi. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, dan nilai.

3. Efek konatif

Akibat dari pesan komunikasi massa membuat seseorang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Liliweri, 1991: 39) II.3 Televisi Sebagai Media Massa

Istilah televisi terdiri dari kata “tele” yang berarti jauh, dan “visi (vision)” yang berarti penglihatan. Istilah ini sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1990 dikota Paris, yang pada saat itu dikota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai Negara.

Dengan demikian kata televisi diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh


(50)

ditransmisikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati dilayar televisi (Wahyudi, 1996: 49).

Siaran televisi adalah hasil karya orang-orang administrasi, orang-orang teknik dan orang-orang penyiaran. Bila kita melihat lebih jauh, televisi siaran yang menghasilkan siaran televisi (audiovisual), didukung oleh dua unsur utama, yaitu:

a. Perangkat keras (Hard Ware), dan b. Perangkat Lunak (Soft Ware)

Perangkat keras disini terdiri dari studio televisi , transmisi/pemancar, pesawat penerima siaran atau pesawat televisi. Ketiga unsur perangkat keras ini sering disebut “Trilogi Televisi”, karena salah satu dari ketiga perangkat keras itu merupakan perpaduan yang tidak mungkin dipisahkan satu sama lain.

Sedang perangkat lunak adalah sarana pendukung yang memungkinkan perangkat keras dapat berfungsi. Termasuk dalam perangkat lunak ini antara lain personal, sistem, kebijaksanaan, perencanaan, organisasi, administrasi dan manajemen. Ini berarti trilogi televisi baru dapat berfungsi bila didukung oleh suatu organisasi yang dalam hal ini dinamakan organisasi penyiaran atau yang lazim disebut Badan Penyiaran (Broadcasting Organization).

Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi adalah pihak penyelenggara siaran. Ide/isi pesan komunikator diproduksi oleh komunikan melalui pesawat televisi (receiver). Isi pesan itu bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku atau mempengaruhi komunikan.


(51)

Siaran televisi, dalam waktu relatif singkat dapat membawa sarananya yaitu medium televisi menjadi salah satu media massa yang sangat efektif, karena:

1. Medium televisi menyajikan suara juga gambar secara bersamaan/ sinkron

2. Siaran televisi merupakan perpaduan antara medium radio dan medium film yang sama-sama telah merebut hati dunia.

3. Sebagai produk teknologi elektronika atau teknologi mutakhir, perkembangan teknologi elektronika itu sendiri, yang akhir-akhir ini berkembang dengan sangat cepat.

4. Sebagai media audiovisual, televisi mempunyai nilai aktualitas yang sangat tinggi, yang memungkinkan segala kejadian dimuka bumi bahkan diruang angkasa.

5. Satu-satunya kelemahan medium televisi, juga radio, hanya dapat dilihat sekilas, meskipun hal ini sekarang sudah dapat diatasi dengan adanya alat perekam atau Video Tape Recorder (VTR).

Televisi sebagai media massa dapat berfungsi sangat luas juga dapat mencapai pemirsa yang sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat. Televisi mempunyai banyak kelebihan dalam menyampaikan pesan-pesannya dibandingkan dengan media massa lain, karena pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual), terlebih lagi siaran langsung (live broadcast) (Wahyudi, 1996: 3)

Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada dasaranya mempunyai tiga fungsi, yakni:


(52)

1. Fungsi penerangan (the information function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan, hal ini didukung oleh 2 faktor, yaitu:

- Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung atau dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.

- Realism (kenyataan)

Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai kenyataan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi juga dengan gambar-gambar yang faktual.

2. Fungsi pendidikan (the education function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu nbanyak secara simultan , sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.

Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan, namun stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang sangat


(53)

implisit mengandung pendidikan seperti sandiwara, ceramah, film, dan sebagainya.

3. Fungsi hiburan (the entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan bagi sebuah media massa elektronik menduduki posisi yang paling tinggi disbanding dengan fungsi-fungsi lainnya. Sebagian besar alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti lagu-lagu, film, olahraga, dan sebagainya. Fungsi hiburan ini telah menjadi salah satu kebutuhan utama manusia terutama untuk mengisi waktu dari aktifitas diluar rumah. Terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang menjadikan televisi sebagai media hiburan, yang dianggap bisa sebagai perekat keintiman keluarga (Effendy 1993: 24). Berdasarkan fungsi-fungsi yang diterangkan diatas maka setiap manusia yang menerima pesan dari televisi akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda.

Robert, K. Avery (dalam Wahyudi, 1996: 45) berpendapat bahwa individu dalam menerima pesan-pesan akan memberikan reaksi berupa:

a. Selective Attention

Masing masing individu hanya akan memilih program atau berita yang menarik minatnya.

b. Selective Perception

Individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.


(54)

c. Selective Retention

Individu hanya akan mengingat hal-hal yang ingin ia ingat. Pada hakikatnya, sebagai media komunikasi massa, televisi menjalankan proses komunikasi yang dapat dinikmati oleh penonton televisi dirumah, dimana mereka tinggal menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui layar televisi. Pesan yang ditayangkan ini sebenarnya melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak tenaga.

Secara terperinci, kegiatan komunikasi massa melalui televisi dapat diuraikan sebagai berikut: bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi adalah pihak penyelenggara siaran. Ide atau isi pesan dari komunikator diproduksi dan disiarkan melalui stasiun televisi. Pesan tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan,ataupun iklan dan selanjutnya isi pesan/ hasil produksi tersebut dapat dilihat oleh komunikan melalui pesawat televisi atau

receiver dengan tujuan untuk mengubah, membentuk sikap, dan perilaku ataupun untuk mempengaruhi komunikan (Wahyudi, 1996: 46).

II.4 Minat Menonton Anak II.4.1 Pengertian Minat

Minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Pada minat terdapat pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif), baik dalam proses perubahan sikap maupun tindakan.

Menurut Hafied Cangara (1998: 650) minat berarti perhatian, kesukaan, hasrat terhadap suatu keinginan. Menurut Effendy (1991: 103) minat adalah


(55)

kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan.

Menurut Hurlock (2009: 115) minat selalu berkaitan dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

Istilah minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau gairah keinginan. Minat berarti cenderung hati kepada ingin.

Minat seseorang baik yang bersifat sementara maupun tetap dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya. Minat meliputi:

a. Perhatian

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan (Rakhmat, 2005: 52).


(56)

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005: 51)

c. Keinginan

Keinginan adalah usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Keinginan erat kaitannya dengan tindakan. Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber, keinginan merupakan : (1) hasil kemauan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, (2) berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (4) pengeluaran energy yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 2005: 35).

II.4.2 Anak

Menurut W. J. S. Poewadarminta anak adalah keturunan yang kedua. Anak merupakan individu yang berkembang, baik jasmani maupun jiwa kepribadiannya.

Hurlock (1998: 38) menjelaskan periode anak-anak terjadi atas dua bagian yaitu:

1. Masa kanak-kanak dini, antara usia 2 sampai 6 tahun. Masa ini adalah usia pra sekolah atau “prakelompok”. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.


(57)

2. Akhir masa kanak-kanak, usia 6 sampai 13 tahun untuk perempuan dan sampai usia 14 tahun untuk laki-laki. Masa ini adalah periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama adalah sosialisasi dan merupakan usia sekolah atau usia kelompok. Berdasarkan periode anak yang dikemukakan oleh Hurlock diatas maka siswa-siswi SD MIS Al-mukhlisin merupakan anak-anak yang berada pada fase yang kedua, yaitu akhir masa anak-anak yang usianya meliputi 6 sampai 13 tahun.

Suatu minat adalah sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian akan mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang (Hurlock, 2009: 114).

Sepanjang masa anak-anak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila anak-anak berminat suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada mereka merasa bosan. adapun ciri-ciri minat anak adalah:

1. Minat Tumbuh Bersamaan dengan Perkembangan Fisik dan Mental

Minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Perubahan dalam beberapa minat ada hubungannya dengan usia. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai , minat menjadi lebih stabil.

2. Minat Bergantung Pada Kesiapan Belajar


(58)

3. Minat Bergantung Pada Kesempatan Belajar

Kesempatan untuk belajar tergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, maka minat mereka tumbuh dari rumah.

4. Perkembangan Minat Mungkin Terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. anak yang mempunyai cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

5. Minat Dipengaruhi Pengaruh Budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai.

6. Minat Berbobot Emosional

Bobot emosional aspef afektif dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

7. Minat itu Egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak minat itu egosentris, misalnya minat anak laki-laki pada matematik, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika disekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntunkgan dan bergengsi didunia usaha.


(59)

II.4.3 Menonton

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menonton adalah melihat pertunjukan gambar hidup.

Sardji (1991: 71) mengatakan bahwa menonton adalah suatu proses yang disadari atau tidak disadari dimana menonton ditempatkan pada alam yang samar yang diharapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi diatas layar. Suasana ini menimbulkan emosi pikiran dan perhatian manusia yang dipengaruhi oleh tayangan yang ditonton.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa menonton adalah suatu proses dimana individu, secara sadar atau tidak sadar merelakan diri untuk dipengaruhi oleh pertunjukan atau gambar hidup yang dilihatnya.

Dengan demikian dari beberapa pengertian dan teori-teori tentang minat dan menonton yang disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat menonton dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana diri individu/khalayak terbangkit untuk mengarahkan perhatiannya secara sadar terhadap objek yang disenaginya dan untuk selajutnya emosi, pikiran, dan perhatiannya terpengaruhi oleh gambar hidup yang dilihatnya sehingga terangsang untuk mencari objek yang disenangi tersebut.

II.5 Film dan Film Animasi II.5.1 Sejarah Film

Film adalah gambar bergerak yang merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Film atau motion pictures


(60)

The Life of American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975 dalam Ardianto 2004: 134). Film The Great Robbery yang masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik.

Tahun 1906 sampai tahun 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika Serikat, karena pada decade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai Hollywood (Ardianto, 2004: 135)

Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926. Pada tahun 1927 hingga 1928 Krueger Corporation memproduksi Film Eulis Atjih, dan sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat, dan Pareh. Film-film tersebut merupakan film bisu.

II.5.2 Fungsi Film

Tujuan khalayak menonton filn terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Fungsi edukasi digunakan untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy 1981 dalam Ardianto, 2004: 136).

II.5.3 Jenis-Jenis Film

Film dapat dikelompokkan pada jenis : e. Film Cerita


(61)

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya, maupun dari segi gambar yang artistik.

f. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa, yang benar-benar terjadi.

g. Film Dokumenter

Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (Creative treatment of actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.

h. Film Kartun

Film kartun (Cartoon Film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. sebagian besar film kartun, sepanjang diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, dapat pula film kartun mengandung unsur pendidikan, minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka pada akhirnya tokoh baiklah yang selalu menang.


(1)

BAB V PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Berdasarkan bab-bab yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini, sebagian besar bahkan hampir seluruh responden

berpendapat bahwa film animasi Upin & Ipin menarik dan mereka mengaku

senang menontonnya. Minat menonton responden sebagian besar tumbuh atas

kemauannya sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Meskipun demikian,

masih ada beberapa responden yang mengaku bahwa minat menontonnya

dipengaruhi oleh orang tua, maupun keluarganya.

2. Responden memiliki daya tarik yang berbeda-beda dalam menonton film

animasi Upin & Ipin. Hampir seluruh responden mengaku, hal yang

menimbulkan ketertarikan mereka untuk menonton film animasi Upin & Ipin

yang paling utama adalah gambar tokohnya yaitu gambar tokoh Upin & Ipin,

Mei mei dan Jarjit. Setelah gambar tokoh, responden menyukai ucapan khas

yang sering diucapkan oleh para tokoh salah satunya adalah (“betul, betul,

betul”). Hal ketiga yang menimbulkan daya tarik responden untuk menonton

film animasi ini adalah Pelajaran moralnya terutama perintah beribadah.

3. Hal-hal yang disukai oleh responden adalah gambar para tokoh terutama tokoh

Upin & Ipin yang merupakan anak kembar dan berkepala botak. Gambar


(2)

yang disukai responden adalah ucapan khas “betul, betul, betul”, sedangkan

ucapan khas “2 Seringgit” tidak disukai responden. Hampir seluruh pelajaran

moral yang disampaikan didalam film animasi Upin & Ipin menjadi hal yang

disukai responden kecuali ketika Opah dan Kak Ros Melarang Upin & Ipin

bermain petasan. Pelajaran moral agar jangan bermain petasan menjadi hal

yang tidak disukai oleh responden.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara film animasi Upin & Ipin di TPI

dengan minat menonton anak. Berarti dalam hal ini film animasi Upin & Ipin

sangat efektif dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada khalayak,

sehingga dapat menumbuhkan minat mereka untuk menonton. Tanggapan

responden pun positif terhadap film animasi ini.

5. Film animasi Upin & Ipin di TPI dengan minat menonton anak menunjukkan

hubungan yang rendah tapi pasti. Meskipun hubungannya rendah, namun

pasti. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan hal-hal yang menimbulkan

ketertarikan diantara para responden. Misalnya, ketika responden menjawab

bahwa pantun Jarjit kurang menarik. Meskipun pantun Jarjit kurang menarik,

hal ini tidak mengurangi minat responden untuk menontonnya. Artinya

responden tetap berminat untuk menontonnya.

IV.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti

selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang penulis anggap dapat


(3)

1. Ada baiknya apabila film Animasi Upin & Ipin ditambah lagi jam

penayangannya di TPI. Karena film animasi ini sangat diminati oleh

anak-anak terutama karena bersifat mendidik melalui pesan-pesan

moral yang disampaikannya.

Apabila anak sering disuguhi film-film yang mendidik, maka moral

mereka akan semakin baik, ketimbang menonton film-film animasi

yang bertemakan fantasi dan kekerasan.

2. Ada baiknya apabila film animasi Upin & Ipin diproduksi lagi

episode-episode cerita terbarunya, sehingga anak-anak tidak perlu menonton

tayangan-tayangan ulang pada setiap harinya. Dikhawatirkan para

penggemar film animasi ini akan bosan apabila hanya menonton

tayangan ulang.

3. Selain menyampaikan pesan-pesan moral, ada baiknya apabila film

animasi ini mengetengahkan keberagaman budaya. Karena penggemar

film animasi ini bukan hanya dari Negara Malaysia saja, tetapi juga

merambah kenegara lain khususnya Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. 1995. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta. Rajawali Press.

Baksin. Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi, Teori dan Praktik. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Bordwell, David dan Kristin Thompson. 2003. Film Art, An Introduction. Boston. Mc Graw Hill Companies.

Bulaeng. Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta. Andi.

Bungin. Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya. Airlangga University Press.

_____________ 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta. Kencana.

Cangara. Havied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT. Remaja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

_____________________ 1999. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

______________________2000. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

_____________________ 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Gunarsa. Singgih. 1997. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta. PT. BPK Gunung Mulia.


(5)

Hayward. Susan. 2006. Cinema Studies : Key Concept, Third Editions. New York. Routledge.

Hurlock, Elisabeth. 1999. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

________________2009. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana.

Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat Bandung. PT.Citra Aditya Bakti.

Macbride, Sean. 1980. Aneka Suara, Satu Dunia Terjemahan dari “Many Voices One World”, PN Balai Pustaka-UNESCO, Jakarta-Paris NewYork.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajahmada University Press.

Nurudin, 2003. Komunikasi Massa. Malang. Cespur.

Poewadarminta. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Purba. Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan. Pustaka Bangsa Press

Rakhmat, Jalaluddin, 1993. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung. Remaja Rosdakarya.

__________________2007. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sardji, Asiah. 1991. Penyiaran dan Masyarakat. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur.


(6)

Wahyudi, JB. 1996. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung. Alumni.

Wirodono. Sunardian. 2006. Matikan TV- Mu!. Yogyakarta. Resist Book.

Internet

http//inspiredkidsmagazine.com diakses 10 januari 2010

http/

h

http//.wikipedia.org/defenisi diakses 3 Maret 2010


Dokumen yang terkait

FAKTORFAKTOR MOTIVASIONAL YANG MENDORONG ANAKANAK MENONTON FILM UPIN  IPIN (STUDI ANAK-ANAK PERUMAHAN WILIS MOJOKERTO)

0 4 32

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON SERIAL ANIMASI UPIN IPIN DENGAN KEPATUHAN ANAK

0 4 103

KAJIAN MATERI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN

0 3 177

PENGARUH INTENSITAS MENONTON SERIAL ANIMASI UPIN DAN IPIN TERHADAP NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA Pengaruh Intensitas Menonton Serial Animasi Upin Dan Ipin Terhadap Nilai-Nilai Moral Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Korelasi Pada Siswa Kelas IV SD Muhamm

0 2 15

PENGARUH INTENSITAS MENONTON SERIAL ANIMASI UPIN DAN IPIN TERHADAP NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA Pengaruh Intensitas Menonton Serial Animasi Upin Dan Ipin Terhadap Nilai-Nilai Moral Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Korelasi Pada Siswa Kelas IV SD Muhamm

0 2 14

PESAN MORAL PADA FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN(Studi Semiotika Pada Film Animasi Upin dan Ipin Di Layar Lebar”Geng Upin Ipin Petualangan Bermula”).

11 57 67

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP ISI PESAN DALAM TAYANGAN FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN DI MNC TV

0 0 11

PESAN MORAL PADA FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN (STUDI SEMIOTIKA PADA FILM LAYAR LEBAR ANIMASI UPIN DAN IPIN ” Geng Upin Dan Ipin Petualangan bermula”)

0 0 17

BAB III GAMBARAN UMUM FILM UPIN DAN IPIN A. Deskripsi Film Upin Dan Ipin 1. Sejarah Film Upin Dan Ipin - PESAN-PESAN DAKWAH DALAM FILM UPIN DAN IPIN PADA EPISODE ROMADHAN Skripsi - Raden Intan Repository

1 1 34

BAB IV PESAN FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN DALAM ANALISIS A. Analisis Pesan-Pesan Komunikasi Dalam Film Upin Dan Ipin Pada Episode Romadhan. - PESAN-PESAN DAKWAH DALAM FILM UPIN DAN IPIN PADA EPISODE ROMADHAN Skripsi - Raden Intan Repository

0 2 42