Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan 40 responden laki-laki, dengan proporsi 20 perokok dan 20 non perokok sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dari awal hanya mamasukkan responden laki-laki karena sesuai riset kesehatan dasar Riskesdas oleh Kementerian Kesehatan tahun 2013 bahwa proporsi penduduk usia ≥15 tahun yang merokok di Indonesia didominasi oleh laki-laki yaitu sebesar 64,9. Data juga menunjukkan usia perokok terbanyak ada pada usia35 tahun, hal tersebut sesuai dengan data Riskesdas tahun 2013. Sedangkan dari segi pendidikan, kelompok perokok lebih banyak yang tamat SMA yang sesuai dengan studi dari Riskesdas tahun 2013 yang menunjukkan bahwa perokok setiap hari terbanyak adalah tamat SMA 28,7. Melalui uji sakharin, didapatkan rerata waktu trasnportasi mukosiliar hidung pada kelompok perokok sebesar 5,89 ± 1,95 menit. Rerata tersebut sesuai dengan penelitian Stanley, Proenca, dan Dermawan yang menyatakan bahwa rerata waktu TMS hidung tidak lebih dari 30 menit. 14,38,10 Dari analisis deskriptif didapatkan perbedaan rerata waktu transportasi mukosiliar hidung antara kelompok perokok dan non perokok yaitu sebesar 0,9 menit. Ada pemanjangan waktu TMS pada kelompok perokok. Pemanjangan waktu TMS hidung pada perokok juga didapatkan pada penelitian Proenca, Stanley, dan Dermawan. Penelitian Proenca menunjukkan perbedaan rerata waktu TMS hidung sebesar 2 menit. Penelitian Stanley dkk mendapatkan hasil perbedaan waktu TMS hidung 9,7 menit. Penelitian Dermawan menunjukkan selisih rerata waktu TMS hidung 7,58 menit. semua hasil penelitian diatas menguatkan teori bahwa rokok memiliki efek buruk terhadap sistem TMS pada perokok dengan ditemukannya pemanjangan waktu TMS hidung. 14,38,10 Perlu digarisbawahi bahwa perbedaan waktu TMS hidung yang ditemukan pada penelitian ini tidak bermakna statistik yang ditunjukkan oleh nilai p= 0,122 pada uji t tidak berpasangan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Proenca, Stanley, dan Dermawan yang memperlihatkan ada perbedaan bermakna antara rerata waktu TMS pada perokok dengan non perokok. 14,38,10 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak meratanya proporsi subjek perokok berdasarkan kriteria Brikman maupun Proenca. Kelompok perokok pada penelitian ini didominasi oleh kelompok perokok ringan yaitu sebesar 70 berdasarkan klasifikasi Brinkman dan 85 berdasarkan klasifikasi Proenca. Banyak subjek yang merupakan perokok ringan mempunyai waktu TMS yang tidak berbeda jauh dengan kelompok non perokok. Alasan ini dibuktikan dalam penelitian Proenca dkk bahwa tidak ada perbedaan bermakna p=0,08 antara perokok ringan dengan non perokok. Perbedaannya, pada penelitian Proenca tersebut menunjukkan bukti bahwa ada perbedaan bermakna antara kelompok perokok dan non perokok. Kebermaknaan itu dikarenakan meratanya proporsi derajat berat merokok berdasarkan klasifikasi Proenca dkk. Sampel Proenca dkk sebanyak 13 orang perokok berat, 22 orang perokok sedang, dan 17 orang perokok ringan. Total sampel pada penelitian itu adalah 52 orang, dengan proporsi kelompok perokok ringan hanya 32,69 dari total sampel. 10 Sesuai dengan tujuan khusus penelitian, peneliti mencoba mencari perbedaan rerata TMS hidung berdasarkan klasifikasi Brinkman dan Proenca. Peneliti awalnya melihat distribusi kelompok data dengan Spahiro-Wilk. Pada klasifikasi Brinkman didapatkan kelompok data yang tidak normal pada kelompok perokok berat. Sedangkan pada klasifikasi Proenca kelompok data berdistribusi tidak normal adalah kelompok data perokok berat dan perokok sedang. Karena hal tersebut uji statistik untuk lebih dari 2 kelompok, one way anova tidak dapat dikerjakan. Selain distribusi data yang tidak semua normal, jumlah kelompok data yang kecil pada perokok sedang dan berat 10 juga menyebabkan uji one way anova tidak dapat dilakukan. Walaupun uji one way anova tidak dikerjakan, peneliti mencoba melihat perbedaan secara deskriptif. Ditemukan beda rerata pada semua kelompok derajat perokok dibandingkan kelompok non perokok. Peneliti memakai uji unpaired t- test untuk melihat signifikansi perbedaan antara perokok ringan dengan non perokok dan perokok sedang dengan non perokok. Perbandingan perokok ringan dan non perokok menunjukkan beda rerata waktu TMS hidung sebesar 0,876 menit p= 0,1. Sedangkan beda rerata waktu TMS hidung pada kelompok perokok sedang dan non perokok adalah 0,810 p= 0,344. Kemudian, secara deskriptif pada perokok berat jika dibandingkan dengan non perokok, terdapat beda rerata 4,469 menit. Analisa lain dilakukan antara kelompok perokok ringan dan kelompok non perokok menurut klasifikasi Proenca. Didapatkann beda rerata sebesar 0,438 menit p= 0,420. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Proenca bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna p= 0,08 antara kelompok perokok ringan dan non perokok yaitu sebesar 1 menit. Sedangkan untuk kelompok perokok sedang tidak dianalisa karena jumlah subjek yang termasuk perokok sedang menurut klasifikasi ini hanya berjumlah 1 orang sehingga tidak bisa dicari reratanya. Sedangkan kelompok berat hanya dilihat perbedaannya dengan kelompok non perokok secacara deskriptif tanpa dilakukan uji unpaired t-test karena distribusi data yang tidak normal. Beda rerata antara kelompok perokok berat dengan non perokok adalah sebesar 4,46 menit. Hasil perbandingan ini sesuai dengan penelitian Proenca dkk yang menunjukkan adanya perbedaan rerata TMS yang bermakna antara kelompok data perokok berat dengan non perokok yaitu sebesar 4 menit p=0,04.Penelitian Proenca dkk juga menunjukkan perbedaan yang bermakna p= 0,002 rerata waktu TMS hidung antara kelompok perokok berat dan perokok sedang dengan perokok ringan. Data perbandingan rerata TMS hidung pada subjek menurut klasifikasi Proenca ini menunjukkan bahwa semakin tinggi derajat merokok, semakin buruk derajat kerusakan pada sistem TMS yang ditunjukkan oleh makin memanjangnya waktu transportasi mukosiliarnya.

4.3 Aspek Keislaman