struktur yang menghambat transportasi nasal mukosiliar antara lain adalah deviasi septum, polip hidung, konka bulosa, dan kelainan lain di daerah
kompleks osteomeatal dan ostium sinus.
19,28
2.1.5 Kandungan Rokok
Rokok tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 69 diantaranya adalah karsinogenik. Beberapa kandungan yang memiliki efek
buruk terhadap sistem respirasi adalah:
11
- Tar, merupakan penyusun primer dari tembakau. Zat ini memicu terjadinya kanker paru.
- Karbonmonoksida CO, merupakan gas yang mirip seperti gas yang dikeluarkan oleh knalpot mobil. Gas CO ini berbahaya karena
afinitasnya dengan Hb adalah 100x dibanding O
2
, sehingga penyerapan O
2
oleh Hb nantinya akan terganggu. - Karbondioksida CO
2
, terbentuk dari reaksi-reaksi kimia tubuh yang harus segera dikeluarkan oleh paru.
- Nikotin, zat ini tidak berefek langsung terhadap sistem respirasi. Nikotin merupakan zat adiktif yang memberikan efek candu pada
perokok. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa efek adiksi dari nikotin mirip seperti heroin dan kokain. Nikotin menyebabkan
vasokonstriksi sistemik yang berujung pada hipertensi dan menurunnya perfusi jaringan ke seluruh tubuh.
Zat beracun lain antara lain: amonia terdapat juga di pembersih lantai, benzene, nitrohistamin, naftalen kapur barus, hidrogen sianida toksin,
radon, aseton penghapus cat kuku, toluen pelarut, metanol bahan bakar roket, arsenik toksin untuk semut putih, butan bahan bakar korek api,
kadmium bahan pembuat aki mobil, DDT bahan pembuat racun serangga, dan vini klorida bahan pembuat plastik.
11
2.1.6 Indeks Merokok
Indeks merokok merupakan metode formulasi yang digunakan untuk menghitung derajat berat perokok. Terdapat dua yang sering secara luas
digunakan dan terakhir merupakan klasifikasi perokok dengan pengaruhnya pada waktu TMS, yaitu:
2.1.6.1 Indeks Brinkman
13
Derajat berat merokok menurut indeks Brinkman adalah: o
0-199 = perokok ringan
o 200-599 = perokok sedang
o ≥600
= perokok berat
2.1.6.2 Pack-Years of Smoking
13
Perbedaan metode hitung ini dengan indeks Brinkman hanya terletak pada kuantitas merokok dari jumlah batang menjadi jumlah bungkus. Yang mana
satu bungkus disini diasumsikan memuat 20 batang rokok, jumlah yang umum ditemukan di negara-negara barat. Tetapi jumlah batang rokok dalam
sebungkus ini tidak lazim ada di negara Indonesia. Selain derajat berat merokok, terdapat juga klasifikasi
yang menggambarkan derajat berat merokok dengan waktu TMS
Derajat berat merokok menurut pack-years of smoking adalah: o
0-20 = perokok ringan
o 20-30
= perokok sedang o
30 = perokok berat
2.1.6.3 Klasifikasi Proenca
10
Klasifikasi ini dibuat oleh Proenca et al dalam penelitiannya di Brazil mengenai pengaruh derajat berat rokok dengan waktu TMS. Klasifikasi ini
∑ rokok yang dikonsumsi per hari bungkus x lama merokok tahun ∑ rokok yang dikonsumsi per hari batang x lama merokok tahun
dihitung dengan melihat jumlah rokok yang dihisap per hari, yaitu sebagai berikut:
o 0-15 batang per hari
= perokok ringan o
16-25 batang per hari = perokok sedang
o 25 batang per hari
= perokok berat
2.1.7 Efek Rokok Pada Sistem TMS
2.1.7.1 Efek Rokok Pada Epitel
Lamanya paparan dan banyaknya konsentrasi ekstrak rokok berkolerasi dengan penurunan waktu hidup sel epitel kolumnar bersilia. Hal itu
dibuktikan pada penelitian Lan et al yang mengultur epitel kolumnar bersilia yang kemudian memaparkannya pada konsentrasi ekstrak rokok yang
berbeda-beda. Perlakuan tersebut memicu apoptosis epitel yang terlihat secara morfologis.
32
Komposisi rokok seperti hidrogen sianida, akrolein, formaldehid, amoniak, dan fenol terbukti toksik pada epitel mamalia yang diuji secara in vitro.
33
Selain itu dalam 2 penelitian lain, pemberian kuantitas yang sedikit dari rokok utuh atau ekstrak encernya mengakibatkan siliostasis pada epitel respirasi
manusia dalam studi in vitro.
34,35
Penelitian Tamashiro et al juga semakin membuktikan bahwa asap rokok yang dipaparkan ke kultur sel kolumnar
bersilia menurunkan frekuensi denyut silianya. Hal lain yang dibuktikan oleh Tamashiro et al adalah adanya penurunan tumbuh silia yang berkolerasi
positif dengan penambahan frekuensi paparan asap rokok.
34
2.1.7.2 Efek Rokok Terhadap Palut Lendir
Banyak data yang telah membuktikan bahwa merokok meningkatkan produksi mukus saluran pernapasan. Selain itu rokok tembakau juga
berpengaruh pada komponen viskoelastik mukus menjadikannya lebih lengket sehingga menghambat TMS.
36
2.1.8 Efek Merokok Terhadap TMS
Penelitian oleh Stanley et al 1986 merupakan penelitian pertama yang secara detail menunjukkan efek rokok terhadap TMS dan frekuensi denyut
silia. Subjek penelitian adalah perokok yang minimal 5 tahun merokok dengan jumlah 10 batang per hari dan non-perokok sebagai kontrol.
Penilaian TMS menggunakan metode sakharin dengan modifikasi oleh Rutland dan Cole yang dilakukan pada 29 perokok dan 27 perokok. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan adanya pemanjangan waktu TMS yang signifikan pada perokok dengan mean 20,8 menit dibanding non-perokok
yaitu 11,1 menit. Salah satu perokok bahkan menunjukkan waktu TMS sebesar 60 menit.
38
Penelitian lokal tentang efek buruk rokok terhadap sistem mukosiliar juga dilakukan. Salah satunya oleh Dermawan pada tahun 2010, menyimpulkan
bahwa ada perbedaan spesifik waktu TMS antara peokok dan bukan perokok dengan perbedaan rerata 7,58 menit.
14
Hampir mirip dengan penelitian sebelumnya, Hidayat AM 2014 juga mendapatkan data adanya perbedaan rerata sebesar 2,3 menit antara perokok
dan non-perokok. Perbedaan yang tidak cukup jauh didapat antara perokok ringan dan non-perokok yaitu sebesar 1,28 menit. Sedangkan perbedaan
rerata perokok berat dengan non-perokok adalah 4,35 menit. Kedua hal tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Proenca et al yaitu adanya
perbedaan waktu TMS non-perokok dengan perokok ringan dan berat adalah sebesar 1 menit dan 4 menit.
44
2.1.9 Uji Sakharin