associated proteins. Bagian yang berat adalah tempat hidrolisis ATP yang nantinya digunakan untuk motilitas silia.
19
2.1.2.1.3 Gerak Silia
Seluruh proses gerak siliar dikenal dengan istilah ciliary beat cycle yang terdiri dari 2 komponen gerak Gambar 5. Pertama yaitu active stroke atau
effective stroke, gerakan cepat yang tiba-tiba untuk mendorong palut lendir mucous blanket. Kedua yaitu recovery stroke, gerakan silia yang lebih
lambat untuk kembali ke posisi awal. Perbandingan waktu gerak keduanya adalah 1:2-3. Gerak silia ini mempunyai pola seperti efek domino yaitu gerak
yang berurutan seperti gelombang methacronical waves. Keseluruhan gerak ini nantinya akan mendorong palut lendir untuk ke arah faring.
19-20
Gambar 2.6. Gerak silia. Silia tipis menunjukkan active stroke, sedangkan silia tebal warna hitam menunjukkan recovery stroke untuk memulai kembali siklus baru
19
2.1.2.2 Palut Lendir
Palut lendir mucous blanket adalah lapisan lendir yang merupakan gabungan produk dari sel goblet, kelenjar seromukosa, dan kelenjar lakrimal.
Terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan superfisial dan lapisan perisiliar.
20,26-28
Lapisan superfisial merupakan lapisan yang menyelubungi silia, bersifat adhesif, lengket gel layer, dan nonhomogen. Lapisan ini tebal, mengandung
air, karbohidrat, protein, dan lipid yang disekresi oleh sel Goblet dan kelenjar submukosa. Mukoglikoprotein disini berfungsi menangkap partikel asing
yang terinhalasi seperti debu, alergen, substansi toksik, virus, dan bakteri. Selain itu, lapisan ini melindungi dari suhu dingin, kelembaban rendah, gas
atau aerosol, dan menginaktivasi virus yang terjebak.
19-20,25-28
Lapisan lain yaitu lapisan perisilia, lapisan tipis yang menopang lapisan superfisial, sifatnya kurang lengket dan berkesinambungan. Cairan disini
mengandung mukoglikoprotein, protein serum, protein sekresi yang berat molekulnya rendah. Sebagian besar struktur silia terendam di lapisan ini,
sehingga lapisan ini berperan penting untuk pergerakan silia. Selain itu, denyutan silia juga terjadi di lapisan ini. Lapisan perisilia yang tebal akan
menghambat gerak silia dan bahkan bisa menghambat ujung silia mencapai palut lapisan superfisial. Sehingga fungsi bersihan mukosiliar akan menurun.
Sebaliknya jika lapisan ini dangkal, lapisan superfisial yang lengket akan masuk ke ruang perisiliar. Jadi ketinggian lapisan ini menentukan interaksi
antara silia dan palut lendir yang berkaitan dalam bersihan dan transportasi mukosiliar.
20,25-28
2.1.2.3 Membran basal
Membran basal merupakan lapisan ketiga dari mukosa hidung setelah palut lendir dan epitel. Lapisan ini terdiri dari membran tipis rangkap.
23
2.1.2.4 Lamina propria
Lapisan di bawah membran basalis ini kaya akan vaskular, jaringan ikat, saraf, kelenjar mukosa, dan kelenjar limfoid. Tersusun dari 4 bagian, yaitu
lapisan subepitel, kelenjar superfisial, lapisan media dengan banyak sinus kavernosusnya, dan kelenjar profunda. Sel-sel plasma dalam lamina propria
menghasilkan IgA yang nanti akan berdifusi keluar untuk mencapai lapisan mukus. Selain itu juga ada albumin serum, IgE, dan IgG dari kapiler yang
berdifusi ke kelenjar submukosa lalu ke epitel sebagai perlindungan lokal terhadap infeksi. Pleksus vena besar di lapisan ini juga berfungsi untuk
meghangatkan udara yang terinhalasi.
20,23
2.1.3 Sistem Transportasi Mukosiliar
Sistem mukosiliar adalah hasil akhir koordinasi struktur dan fungsi dari silia yang dibedakan menjadi 4 level:
19
- Level pertama: silia tunggal Ini terdiri 9 pasang + 2 mikrotubulus atau aksonema. Pemeriksaan untuk
melihat morfologi level ini dengan transmission electron microscopy TEM. Ciliary beat frecuency CBF adalah yang paling sering digunakan
untuk melihat fungsi level ini. - Level kedua: koordinasi dan orientasi silia
Fungsi ini terbentuk dari sel kolumnar bersilia dan sel-sel diantaranya yang menghasilkan transportasi mukosiliar. Aktivitas silia dikoordinasikan pada
fase dan arah gerak yang sama. Koordinasi ultrastruktural intra- dan interseluler dapat dipelajari denegan menggunakan TEM dan scanning
electron microscopy SEM. - Level ketiga dan keempat: bentukan gelombang metakromal dan
perjalanan transportasi mukosiliar Hasil akhir dari koordinasi diatas menghasilkan bentukan gelombang
metakromal yang dapat dengan mudah dilihat melalui SEM. Bentuk gelombang metakromal dan CBF diregulasikan oleh mekanisme intrasiliar,
intraselular, dan interselular yang berbeda. Transportasi mukosiliar TMS intinya bergantung pada fungsi gerak silia
di jalan napas yang mendorong palut lendir menuju faring. Mekanisme ini merupakan sistem pertahanan lokal mukosa hidung dengan sistem kerja
menyapu partikel-partikel asing yang tersangkut dalam palut ke arah nasofaring. Setelah di nasofaring, palut lenir akan turun untuk ditelan atau
dibatukkan. Transportasi mukosiliar ke arah faring ini merupakan sistem pertahanan terpenting untuk saluran respirasi atas maupun bawah. Tarnsport
mukosiliar juga sering disebut dengan bersihan mukosiliar mucociliary