19
b. Determinan Dalam Perencaaan Kebutuhan SDM
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah:
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli,
maupun keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat bencana 2.
Pertumbuhan ekonomi; dan 3.
Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan. Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan:
1. Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat.
2. Permintaan demand akibat beban pelayanan kesehatan; atau
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
4. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.
c. Jenis Perencanaan Kebutuhan SDM
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi.
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lainnya.
2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan
berdasarkan kebutuhan
di tingkat
wilayah
20
PropinsiKabupatenKota yang
merupakan gabungan
antara kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat prabencana, terjadi bencana, dan post bencana, termasuk
pengelolaan kesehatan pengungsi Depkes, 2004. Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab
pada ketiga kelompok tersebut di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis perhitungannya untuk masing-masing kelompok.
d. Strategi Perencanaan SDM Kesehatan
Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan:
1. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global. 2.
Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi, seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM Kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
perorangan dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM Kesehatan oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang
proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. 3.
Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya kesehatan dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat
2010.
21
4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing Depkes, 2004.
D. Rumah Sakit
WHO merumuskan bahwa rumah sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek
dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk
mereka yang mau melahirkan. Bisa juga di samping itu menyediakan atau tidak menyediakan pelayanan atas dasar berobat jalan kepada pasien-pasien yang bisa
langsung pulang Iskandar, 1998. Dalam Azwar, 1996, Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui
tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan
yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien
American Hospital Association; 1974. Sedangkan menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit adalah sebuah Institusi Perawatan Kesehatan Profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainnya.
Di dalam RS terdapat banyak aktivitas dan kegiatan yang berlangsung secara berkaitan. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi bagian dari tugas serta fungsi RS,
yaitu:
22
1. Memberi pelayanan medis,
2. Memberi pelayanan penunjang medis,
3. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman,
4. Memberi pelayanan medis khusus,
5. Memberi pelayanan rujukan kesehatan,
6. Memberi pelayanan kedokteran gigi,
7. Memberi pelayanan sosial
8. Memberi penyuluhan kesehatan
9. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif,
10. Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus,
11. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan, dan
12. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi Haliman, 2012
a.
Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 983MenkesSKXI1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan rujukan. Sedangkan fungsi rumah sakit yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan Siregar, 2003.
23
b.
Klasifikasi Rumah Sakit
1. Rumah Sakit Umum kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas; 2.
Rumah Sakit Umum kelas B, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik
terbatas; 3.
Rumah Sakit Umum kelas C, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar;
4. Rumah Sakit Umum kelas D, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik dasar Siregar, 2003. c.
Jenis Ketenagaan di Rumah Sakit
Dalam Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga
medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga kesehatan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan menjelaskan:
1. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
2. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker
4. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian
5. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien
24
6. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis
wicara 7.
Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknis gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis. Selain itu kebutuhan tenaga di RS juga diatur secara umum melalui
peraturan pemerintah No.5 tahun 1976 tentang formasi kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. Pertimbangan yang sering dipakai untuk merencanakan kebutuhan
tenaga di sebuah RS adalah sebagai berikut: 1.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh RS tersebut 2.
Sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh RS tersebut 3.
Perkiraan beban tugas masing-masing pekerjaan tersebut 4.
Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu ditampung oleh RS tersebut 5.
Jenis dan jumlah peralatan medis yang tersedia
d.
Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
1. Bed Occupancy Rate BOR
Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur RS.
25
2. Average Length of Stay ALOS
Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini disamping merupakan gambaran tingkat efisiensi manejemen pasien di sebuah RS,
indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya yang perlu pengamatan
lebih lanjut.
3. Bed Turn Over BTO
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu biasanya per tahun tempat tidur RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat
pemakaian tempat tidur RS.
4. Turn Over Interval TOI
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.
5. Normal Tissue Removal Rate
26
e. Pelayanan Rawat Inap
Menurut UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja menyatakan bahwa rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana
penderita tinggalmondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan Kesehatan lain.
Ruang pasien rawat inap adalah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesnambungan lebih dari 24
jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh
pihak rumah sakit kepada pasiennya Kemenkes RI, 2012.
E. Tenaga Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin, yaitu kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Harlley 1997 menjelaskan pengertian dasar
seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu, dan melindungi seseorang dari sakit, injuri, serta proses penuaan.
Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri danatau berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya Depkes RI, 2002 dalam Bastian 2008.
Lokakarya Nasional Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan 1983 dalam Aditama 2003 merumuskan bahwa keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
27
individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari secara mandiri
a. Peran dan Fungsi Perawat
Keperawatan merupakan profesi, yang di masa depan perlu semakin tertib seperti yang dikemukakan oleh World Medical Association, 1991,
yakni “enchancing the quality of life and the health status of all people”. Dengan demikian profesi perawat secara berkesinambungan akan berperan
besar dalam meningkatkan kualitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Fungsi perawat adalah melakukan pengkajian atas kondisi individu baik sehat maupun sakit, di mana segala aktivitas yang dilakukan berguna
untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien
secepat mungkin; yaitu dalam bentuk proses Keperawatan yang terdiri dari tahap
Pengkajian, Identifikasi
Masalah Diagnosis
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.
Keperawatan, dalam menjalankan pelayanan sebagai Nursing Service, menyangkut bidang yang sangat luas, yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat dari sejak lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan pengetahuan,
28
kemauan, serta kemampuan yang dimiliki. Jadi, orang tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri tanpa memerlukan
bantuan atau tergantung pada orang lain Henderson, 1980.
b. Hak dan Kewajiban Perawat
Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, Perawat memiliki Hak dan Kewajiban Perawat dalam
melaksanakan Praktik Keperawatan berhak: 1.
Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 2.
Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien danatau keluarganya;
3. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
4. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
5. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban: 1.
Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
29
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
4. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien danatau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
6. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan 7.
Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pelayanan Keperawatan di RS
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit.
James Willan dalam buku Hospital Management 1990 menyebutkan bahwa Nursing Departement di rumah sakit mempunyai beberapa tugas,
seperti: 1 memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk