Perencanaan Strategi Sektor Pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara

deras yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Tarutung dan Muara. Sedangkan perikanan jaring apung daerah basis adalah Kecamatan Muara.

4.5. Perencanaan Strategi Sektor Pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara

4.5.1. Kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian suatu daerah, mengingat sektor pertanian terbukti masih dapat memberikan kontribusi pada perekonomian daerah walaupun badai krisis menerpa. Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan. Selain itu dapat dilihat peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2009 sebesar 54,74 persen yang merupakan penyumbang terbesar terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku. Jadi sektor pertanian sebagai sektor dominan penyumbang total PDRB sangat perlu terus dikembangkan sehingga Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara membuat visi ‘Mewujudkan kemakmuran rakyat berbasis pertanian” ingin membangkitkan geliat pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara dengan cara mengerahkan semua potensi yang ada, program demi program dijalankan, kemudian melakukan diskusi- diskusi membahas masalah pertanian, kemudian diadakan pelatihan-pelatihan, tanya jawab di lokasi-lokasi pertanian rakyat untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi rakyat ditambah lagi dengan penggarapan lahan-lahan tidur, bantuan bibit tanaman, pupuk dan modal berupa kredit lunak pun ditempuh sebagai alternatif dan motivasi bagi petani. Universitas Sumatera Utara Sektor pertanian ini mencakup sub sektor tanaman bahan makanan tanaman bahan pangan, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, dan perikanan. Sektor pertanian merupakan andalan Kabupaten Tapanuli Utara dalam penciptaan PDRB. Tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 peranan sektor ini sedikit demi sedikit mulai tergeser ke sektor yang lain, walaupun secara absolute besaran nilai tambah sektor pertanian terus meningkat. Dari tahun 2001-2006 kontribusinya terus menurun. Padai tahun 2005 sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar sebesar 56,08 persen, dan pada tahun 2006 menurun hingga mencapai 55,16 persen, yang kemudian sedikit meningkat menjadi 55,65 persen pada tahun 2007. Dan mencapai nilai 55,59 persen pada tahun 2008 dan menurun menjadi 54,74 persen pada tahun 2009. Sub sektor tanaman bahan makanan tabama adalah penyumbang terbesar terhadap sektor pertanian. Diantara sub sektor yang lain sub sektor tanaman bahan makanan merupakan penyumbang konstribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar 31,27 persen pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 sebesar 30,81 persen kemudian pada tahun 2007 sebesar 30,54 persen dan pada tahun 2008 sebesar 30,50 persen dan pada tahun 2009 menjadi sebesar 29,96 persen. Termasuk di dalam sub sektor ini adalah padi, jagung, ketela, kacang-kacangan, sayuran dan buah- buahan. Dari komoditi-komoditi tersebut produksi sayur-sayuran memberi andil terbesar di sub sektor tabama, sehingga bila terjadi perubahan produksi atau harga, akan berpengaruh besar terhadap sektor ini. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan empiris di lapangan, terlihat bahwa terjadinya penurunan produksi padi, kacang tanah dan sayur-sayuran disebabkan semakin menurunnya luas pertanaman setiap tahun. Terutama untuk tanaman padi terjadi konversi atau pengalihan fungsi penggunaan lahan dari tanaman padi ke tanaman tanaman perkebunan atau sarana perumahan, disamping itu pendapatan masyarakat dari bertani padi sudah rendah akibat tingginya harga pupuk dan pestisida sehingga masyarakat enggan untuk bertanam padi. Selain itu tidak adanya jaminan harga terhadap produksi padi. Sub sektor perkebunan sebagai penyumbang terbesar kedua terhadap sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa, selain itu juga kegiatan usaha perkebunan sangat bermanfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga ingin meningkatkan kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara, salah satunya dengan bantuan bibit tanaman kopi dan coklat kepada petani. Sub sektor tanaman perkebunan memperlihatkan adanya peningkatan peranan terhadap PDRB dari 19,10 persen tahun 2004 menjadi 19,32 persen ditahun 2005, tetapi menurun di tahun 2006 yaitu sebesar 18,85 persen dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 19,85 persen dan bertahan pada angka 19,84 persen pada tahun 2008 dan menurun sedikit menjadi sebesar 19,64 persen pada tahun 2009. Pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, peranannya mengalami kenaikan dari sebesar 3,73 persen tahun 2005, naik menjadi 3,80 persen tahun 2006 Universitas Sumatera Utara dan sedikit menurun menjadi 3,68 persen pada tahun 2007 dan menjadi 3,66 persen pada tahun 2008. Sedangkan untuk subsektor perikanan mengalami sedikit penurunan dari 0,65 persen tahun 2005 menjadi 0,64 persen tahun 2006 dan pada tahun 2007 kembali agak naik menjadi sebesar 0,67 persen dan naik lagi sebesar 0,01 persen menjadi 0,68 persen pada tahun 2008 dan kembali menjadi sebesar 0,67 persen pada tahun 2009. Pertumbuhan sektor pertanian mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu pertumbuhan yang melambat yaitu sebesar 3,65 persen pada tahun 2009, hal tersebut dikarenakan sub sektor tabama yang memiliki peranan yang besar dalam sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang melambat juga, diikuti pertumbuhan sub sektor peternakan, sedangkan subsektor perkebunan mengalami percepatan pertumbuhan dari 3,91 persen tahun 2008 menjadi 4,05 persen tahun 2009, subsektor kehutanan mengalami percepatan pertumbuhan yang lumayan tinggi yaitu sebesar 3,23 persen pada tahun 2008 menjadi 5,27 persen pada tahun 2009.

4.5.2. Perencanaan Strategi Sektor Pertanian

Untuk mendukung pengembangan komoditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara, berbagai perencanaan strategis dilakukan, yakni, antara lain: 1. Membagi wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi beberapa sentra produksi berdasarkan komoditi unggulan yang disesuaikan dengan potensi daerah dan kawasan yang sesuai dengan komoditi unggulan tersebut. Universitas Sumatera Utara Kecamatan Parmonangan : Kacang tanah, cabe, mangga, ayam, dan kolam sawah. Kecamatan Adiankoting : Padi ladang, kacang tanah, tomat, terong, karet, dan kolam sawah. Kecamatan Sipoholon : Cabe, jeruk, dan kolam. Kecamatan Tarutung : Jagung, alpukat, kemenyan, kopi, aren, dan kolam air deras. Kecamatan Siatas Barita : Jagung, cabe, kentang, alpukat,kopi, kerbau, babi, itik, dan kolam. Kecamatan Pahae Julu : Padi sawah, kemenyan, coklat, durian dan ayam. Kecamatan Pahae Jae : Padi sawah, terong, karet, durian dan itik. Kecamatan Purbatua : Padi sawah, cabe, kentang, terong, coklat, aren, durian, kerbau, babi, itik, dan kolam. Kecamatan Simangumban : Padi sawah, coklat, aren, itik dan kolam. Kecamatan Pangaribuan : Ubi kayu, kemenyan, nenas, sapi dan babi. Kecamatan Garoga : Padi ladang, jagung, cabe, karet, ayam, dan kolam sawah. Kecamatan Sipahutar : Padi ladang, tomat, kopi, dan nenas. Kecamatan Siborongborong : Ubi kayu, kentang, kopi, aren dan jeruk. Universitas Sumatera Utara Kecamatan Pagaran : Kacang tanah, kopi, aren, alpukat dan jeruk. Kecamatan Muara : Bawang merah, mangga, sapi, babi, kolam air deras dan keramba jaring apung. 2. Peningkatan produktifitas Untuk meningkatkan produktifitas tanaman ada 2 faktor yang harus diperhatikan, yakni faktor genetik tanaman dan faktor lingkungan. Faktor genetika bersifat statis, yaitu ditentukan oleh bibit tanaman. Untuk itu penggunaan bibit unggul yang sesuai dengan lokasi pertanaman adalah hal yang sangat penting. Untuk mendukung pengadaan bibit unggul maka perlu dikembangkan balai benih dan penangkar benih. Kebiasaan para petani dalam penggunaan bibit yang diproduksi sendiri menjadi penghambat dalam penggunaan bibit unggul. Secara spesifik beberapa upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai berikut: a. Komoditi Tanaman Pangan. Komoditi tanaman pangan diantaranya tanaman padi sawah, jagung, ubi kayu, dan kacang tanah. Untuk tanaman padi sawah pada umumnya petani menggunakan varietas lokal yang berumur panjang. Perlu penyuluhan tentang pemakaian bibit unggul yang berumur pendek, sehingga pola tanam dua kali dalam setahun dapat dilakukan. Penggunaan bibit unggul juga sekaligus mempertimbangkan ketahanan terhadap hama penyakit terutama hama wereng. Universitas Sumatera Utara Pola pemupukan berimbang dan pemberantasan hama penyakit sangat diperlukan. Pemupukan serta pemberantasn hama penyakit yang tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat cara sangat penting dalam peningkatan mutu hasil tanaman padi sawah. Untuk tanaman jagung, petani pada umumnya belum memakai jagung hybrida. Kebutuhan pengolahan tanah yang baik dan pembumbunan sangat diperlukan dalam peningkatan produksi tanaman jagung. Metode panen sangat dibutuhkan dimana sesudah jagung dipanen harus segera dikeringkan untuk menghindarkan penyakit jamur pada biji. Untuk tanaman ubi kayu Untuk pengingkatan produktifitas, hal-hal yang perlu dilakukan adalah penggunaan bibit varietas unggul, pengolahan tanah yang baik, penggunaan pupuk kompos yang cukup tinggi ditambah pupuk anorganik yang berimbang dan penyiangan gulma. Hama penyakit hampir tidak ada pada ubi kayu dan kebutuhan tenaga kerja tidak begitu besar. Untuk mendukung peningkatan harga hal yang paling penting adalah mendirikan pabrik pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Sedangkan untuk tanaman kacang tanah penggunaan bibit yang lebih unggul, pengolahan tanah, pemakaian pupuk kompos dan pupuk berimbang, penyiangan, pembumbunan dan pemberantasan hama penyakit sangat diperlukan b. Komoditi Tanaman Sayur-sayuran. Komoditi tanaman sayur-sayuran diantaranya tanaman cabe, kentang, dan bawang merah. Beberapa teknologi budidaya yang dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan produktifitas tanaman cabe adalah: Penggunaan mulsa Universitas Sumatera Utara plastik, Pembuatan bedengan, saluran drainase yang sekaligus merupakan saluran irigasi, Penggunaan pupuk kandang yang cukup banyak dan pupuk berimbang, Pemberantasan hama penyakit, Pengolahan tanah yang baik, dan Pengaturan pH tanah 5,5-6,80 dengan Dolomit atau Kaptan. Untuk tanaman kentang varietas unggul yang disarankan adalah varietas yang sudah melalui uji adaptasi seperti Granola, Herta, Pationes, Thung 151C, Egenheimer dan lain-lain. Pengolahan tanah, penggunaan pupuk kompos dan pupuk berimbang sangat diperlukan. Pemberantasan hama penyakit perlu intensif karena banyaknya hama penyakit dari kentang. Waktu panen dan cara panen yang tepat perlu diperhatikan sehingga umbi kuat dan tidak terluka. Mengingat pertanaman kentang sepenuhnya tergantung pada air hujan, maka waktu tanam harus disesuikan dengan musim hujan. Potensi bibit unggul untuk tanaman bawang merah adalah seperti Cipanas, Bima, Brebes, Sumenep, Timor. Teknologi budidaya yang perlu diterapkan adalah pengolahan tanah yang lebih baik, pembuatan bedengan, pemupukan terutama penggunaan pupuk kandangkompos dan pupuk berimbang. Penyiangan serta pemberantasan hama penyakit dengan penyemprotan pestisida dan kimia pertanian lainnya. Untuk mendukung Agribisnis bawang merah perlu dilakukan kebun pembibitan untuk menghasilkan biji, dengan penggunaan biji untuk bibit, biaya produksi dapat dikurangi dan potensi produktifitas juga lebih tinggi. Untuk menghasilkan biji perlu dilakukan ”vernalisasi” untuk merangsang pembungaan. Universitas Sumatera Utara c. Komoditi Tanaman Buah-buahan Komoditi tanaman buah-buahan diantaranya tanaman mangga, durian dan jeruk. Untuk tanaman mangga peningkatan produktifitas buah disarankan untuk memilih pohon yang baik dengan produktifitas tinggi yang akan dijadikan bibit. Dari pohon yang terpilih dapat diambil sumber bibit entres dengan cara okulasi, sambung atau mini grafting. Untuk tanaman yang sudah cukup umur yang tidak produktif dapat dilakukan metode “Top Working” untuk memperbaiki bibit tanaman. Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan teknik pembuatan bibit dan metode Top Working. Juga perlu dilakukan pembuatan kebun bibit dengan pohon induk terpilih dan perbanyakan bibit. Untuk tanaman jeruk teknologi budidaya yang baik, tetapi masih ada hal-hal yang masih perlu diperbaiki, seperti penggunaan pupuk kompos yang lebih banyak, pemasaran, pengairan dan pemberantasan hama dan penyakit. Juga pemilihan lahan dan penyiapan lahan tanaman serta konservasi dari lahan yang topografinya tidak rata perlu ditingkatkan. Sebagai program pendukung diperlukan penyuluhan dan pelatihan petani jeruk dan pembentukan kelompok tani atau perhimpunan petani sendiri, pengadaan kebun bibit dan pemeliharaan pohon induk yang baik untuk bibit. Praktek pembudidayaan durian di Thailand dan yang mulai diterapkan di beberapa tempat lain di Indonesia perlu diterapkan di Tapanuli Utara, penggunaan bibit unggul yang sesuai dibudidayakan perlu dilaksanakan. Untuk itu perlu dibantu pemerintahdinas pengadaan bibit unggul.Untuk pengadaan bibit yang lebih Universitas Sumatera Utara terjamin sekaligus dengan sertifikasi dan biaya yang lebih murah perlu dibangun kebun bibit dan ditingkatkan produksi bibit unggul. d. Komoditi Tanaman Perkebunan Komoditi tanaman perkebunan diantaranya tanaman kopi, kakao, karet dan kemenyan. Beberapa upaya untuk peningkatan produktifitas yang dapat dilakukan untuk tanaman kopi adalah Penggunaan pohon pelindung seperti pohon kelor atau pohon Dapdap, Pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk kompos, Pemangkasan bentuk dan cabang cacing, dan Pemberantasan hama dan penyakit dimana dianjurkan menggunakan biopestisida yang ramah lingkungan. Tanaman karet, peningkatan produktivitas sabagian besar tanaman tua harus di replanting dan diganti dengan clone bibit unggul. Karena sebagian besar tanaman karet berada di lahan yang topografimya miringberbukit, maka penerapan metode konservasi lahan sangat dibutuhkan terutama membuat teras dan menanam menurut countour. Selain penggunaan bibit unggul yang sudah teruji dan sesuai lahan maka penerapan teknologi budidaya disarankan adalah: Pengolahan tanah yang baik dan pembuatan lubang tanam yang cukup besar dan lebih dulu diisi pupuk kompos, Penyiapan bibit dan penanaman bibit, Penggunaan pupuk berimbang, Penggunaan tanaman pelindung antara lain Gliricidia atau tanaman kelapa, durian dan tanaman pisang atau ubi kayu waktu tanaman muda, Pemberantasan hama penyakit, Pemangkasan Bentuk, pemeliharaan dan produksi. Program pendukung untuk peningkatan produktivitas Kakao adalah pembuatan kebun Universitas Sumatera Utara bibit dan produksi bibit unggul, pendirian pusat pengolahan fermentase dan penjemuran serta penyuluhan dan pelatihan petani dalam budidaya dan pengolahan. Untuk meningkatkan produktivitas kemenyan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mulai melakukan pembudidayaaan dan menggunakan bibit yang lebih baik yang sudah tersedia. e. Pengembangan Produktivitas Ternak dan Ikan Untuk mencapai produktivitas daging dan susu seperti diterangkan perlu dilakukan hal-hal berikut Pembuatan kandang yang bagus, Perbaikan pakan ternak yang terdiri dari pakan hijauan, pakan penguat konsentrat dan pakan tambahan mineral dan Vitamin, Tata laksana perawatan mulai dari anak sampai dewasa, Pengendalian dan pencegahan penyakit dan Membantu perkembang biakan reproduksi. Hal-hal yang diperlukan dalam penerapan teknologi budidaya ikan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi adalah: Pembuatan kolam yang baik, dimana air cukup mengandung oksigen, ada sumber-sumber pakan dan tidak mengandung racun. Air mengalir untuk ikan Mas lebih baik dari air tenang, Pembuatan Keramba Jaring Apung KJA dan penempatannya dengan baik di Danau Toba, Pemberian pakan dan ramuan yang baik berupa pellet dan pakan tambahan lain. Jumlah dan waktu pemberian pakan perlu dilakukan secara tepat untuk pertumbuhan yang baik, mencegah perilaku ikan yang tidak baik dan mencegah pemborosan, Tata laksana pemeliharaan termasuk mengatur Universitas Sumatera Utara jumlah populasi yang tepat pada setiap waktu, Pencegahan dan pengendalian penyakit dan Pengamanan dari binatang-binatang pengganggu. 3. Peningkatan mutu Mutu tanaman yang baik adalah mutu yang diharapkan konsumen seperti rasa, aroma, kemanisan, kelembutan dan khasiatnya pada kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu tanaman adalah dengan penggunaan bibit yang baik dan mempunyai sifat untuk menghasilkan hasil dengan mutu yang diinginkan. Cara lain untuk menghasilkan mutu yang baik, terutama sayur-sayuran dan buah- buahan adalah penggunaan pupuk organik dan mencegah penggunaan pestisida yang cukup banyak. Untuk itu maka penggunaan pupuk organik pupuk kandang, pupuk kompos harus digalakkan dengan mengembangkan produksi pupuk kompos. Sedangkan untuk mengurangi penggunaan pestisida perlu digunakan lebih banyak biopestisida dan metode pemberantasan hama terpadu cara Biologis. Untuk peningkatan mutu ternak dan ikan juga dibutuhkan penggunaan jenis bibit yang baik, misalnya untuk daging babi, ayam dan domba. Selain itu mutu pakan ternak dan kesehatan ternak sangat menentukan mutu hasil ternak seperti daging, susu dan telur. Selain ditentukan pakan ternak dan kesehatan ternak, umur ternak, metode pengambilan dagingnya umur pemotongan sangat menentukan mutu. Syarat-syarat diperlukan untuk hasil-hasil ternak dan ikan antara lain tidak boleh terlalu banyak memperoleh obat antibiotika, tidak mengandung penyakit bibit Universitas Sumatera Utara penyakit dan kandungan-kandungan yang ada dalam hasil ternakikan seperti lemak, protein dan vitamin atau zat-zat tertentu. Program yang dibutuhkan untuk mrningkatkan mutu tanaman, ternak dan ikan adalah: Penyuluhan dan pelatihan pada petani, peternak dan petani ikan, Mendirikan Laboratorium Pengendali mutu dan membuat standar-standar mutu yang jelas dan Pengembangan sarana-sarana produksi yang diperlukan seperti pabrik pupuk kompos dan biopestisida. 4. Pengembangan pemasaran hasil-hasil pertanian. Program yang dibutuhkan dalam pengembangan pemasaran hasil-hasil pertanian adalah: Pengembangan dan peningkatan kemampuan koperasi dan manajer koperasi, Pengembangan bursa effek, pasar lelang dan sistem resi gudang pada pusat kawasan atau pusat distrik, Menciptakan pasar khusus barang-barang ekspor dengan fasilitas-fasilitas penting seperti pergudangan, cold storage, tempat packing, fasilitas transportasi, telekomunikasi, perbankan dan lain-lain, Pengadaan pusat informasi dean cabamg-cabang pusat informasi di pusat distrik dan pusat lokalitas. 5. Program Agropolitan dikolaborasikan dengan program pemberdayaan sektor pertanian seperti Program OVOP One Village One Product dan program Corporate Farming Pada tahun 2002, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara bersama 8 delapan Pemerintah KabupatenKota di Kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, CF. Universitas Sumatera Utara Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan dan Samosir bersama Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang difasilitasi oleh Bappeda, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pertanian RI telah mengikat kerjasama dalam Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara KADTBBSU. Pada dasarnya konsep pengembangan wilayah Agropolitan Friedmann dan Douglass, 1976 berawal dari tingkat perkembangan yang berbeda dan keterkaitan yang tidak simetris yang mengarah pada terjadinya leakage sehingga menyebabkan terjadinya distorsi antara rural dan urban. Pengembangan rural yang berkelanjutan dengan basis pemenuhan kebutuhan dasar merupakan salah satu saran dari pendekatan Agropolitan. Konsep pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan memadukan usaha intensiikasi, diversifikasi dan rehabilitasi pertanian yang berwawasan lingkungan yakni dengan menyesuaikan dan memperhatikan kondisi tanah, ketersediaan air serta iklim dengan pengaturan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan potensi lahan. Untuk mendukung hal tersebut Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah membangun sarana dan prasarana berupa benih unggul, alat-alat pertanian dan mesin pertanian serta pembukaan jalan ke sentra- sentra produksi pertanian dan agroindustri. Program Agropolitan dapat dikombinasikan dengan Program OVOP One Village One Product. Program OVOP One Village One Product berbasis pertanian merupakan salah satu program pemberdayaan petani sekaligus peningkatan daya Universitas Sumatera Utara saing produk pertanian di setiap daerah. Produk yang dikembangkan memiliki keunggulan yang berbeda-beda di tiap daerah yang berbeda. Dalam hal ini pemberdayaan petani yang dilakukan menghasilkan cooperative entrepreneurship dimana ada inisiatif pelaku usaha untuk memberikan value added pada sumberdaya lokal dan pengembangan kapasitas SDM melalui pelatihan. Program OVOP sesuai dengan Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM. Program OVOP One Village One Product merupakan perpaduan antara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam mengoptimalkan sumberdaya daerah. Program OVOP menekankan pada peningkatan value-added sumberdaya lokal dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia SDM melalui pelatihan dan pemberdayaan. Prinsip pengembangan program OVOP meliputi pengembangan dan pemasaran produk unggulan yang mampu mendunia dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat; kemandirian dan kreativitas dengan menggunakan potensi lokalregional di wilayah masing-masing; dan pengembangan SDM sebagai komponen terpenting untuk menjamin pelaksanaan program tersebut. Pengembangan program OVOP One Village One Product memiliki prinsip dasar dalam upaya meningkatkan inisiatif usaha untuk memberikan nilai tambah pada sumberdaya lokal dan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia SDM melalui pelatihan. Program OVOP berbasis pertanian merupakan salah satu wujud konkret dalam penyinergian subsistem hulu, usahatani, hilir dan penunjangjasa Universitas Sumatera Utara sektor pertanian. Agenda yang paling diutamakan adalah upaya peningkatan produktivitas dan dayasaing sektor pertanian. Intregasi vertikal antarsubsistem melibatkan fasilitator mekanisme sistem agribisnis yang terdiri dari pemerintah, swasta, edukator, peneliti dan masyarakat. Prinsip utama program OVOP dalam upaya menciptakan produk lokal tapi global, meningkatkan kemandirian dan kreativitas potensi lokal serta pengembangan dan pemberdayaan SDM yang secara nyata dapat menciptakan Cooperative Entrepreneurship in Agriculture. Cooperative Entrepreneurship in Agriculture melalui program OVOP berbasis pertanian menghasilkan wirausaha-wirausaha sektor pertanian dari kalangan petani. Pelaksanaan program OVOP dapat juga dikombinasikan dengan program Corporate Farming CF. Corporate Farming adalah suatu bentuk kerjasama ekonomi dari sekelompok petani dengan orientasi agribisnis melalui konsolidasi pengelolaan lahan sehamparan dengan tetap menjamin kepemilikan lahan pada masing-masing petani, sehingga efisiensi usaha, standarisasi mutu, dan efektivitas serta efisiensi manajemen pemanfaatan sumber daya dapat dicapai. Proses menuju konsolidasi lahan ini akan berjalan apabila petani dengan kepemilikan lahan sempit mempunyai kesempatan, kemampuan dan kemauan mencari alternatif pekerjaan lain off-farm dan non-farm, yang memberikan kesejahteraan lebih baik. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan petani dan perkembangan lingkungan agribisnis di wilayah yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Tujuan jangka panjang pengembangan Corporate Farming adalah mewujudkan suatu usaha pertanian yang mandiri, berdaya saing dan berkesinambungan melalui pengelolaan lahan secara korporasi. Pendekatan dalam pengembangannya adalah pembangunan pedesaan berbasis agribisnis dengan memanfaatkan peluang sumberdaya dan kelembagaan masyarakat secara optimal. Ciri pokok dari Corporate Farming adalah sebagai berikut: 1. Sekelompok petani sehamparan mempercayaai pengelolaan lahannya kepada suatu lembaga agribisnis dengan suatu perjanjian kerjasama ekonomi tertentu, dimana petani bertindak sebagai pemegang saham sesuai dengan perluasan kepemilikannya; 2. Corporate Farming dibentuk melalui musyawarahmufakat antar para anggotanya dengan memperhatikan sosial dan budaya setempat; 3. Corporate Farming dipimpin oleh manajer profesional, yang dipilih oleh petani serta dikelola secara transparan, demokratis sesuai dengan kaidah bisnis komersial; 4. Corporate Farming mensyaratkan skala usaha optimal, sesuai dengan kondisi dan kapasitas sumberdaya setempat, potensi dan kapasitas pengembangan agroindutri dan pemasaran, dan ketersediaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, serta kemampuan teknis pengelolaan dalam satu manajemen; dan 5. Cakupan kegiatan Corporate Farming tetap bertumpu pada komoditas unggulan di wilayahnya, dan memperhatikan peluang pengembangan dan diversifikasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Universitas Sumatera Utara Keberhasilan corporate farming akan lebih cepat dicapai apabila didukung oleh berbagai faktor antara lain: 1. Pengembangan Corporate Farming dilaksanakan secara terpadu dengan pengembangan ekonomi wilayah setempat; 2. Tersedianya lapangan pekerjaan alternatif lain bagi petani yang mempercayakan pengelolaan lahannya kepada Corporate Farming; 3. Tersedianya dana khusus untuk memulai usaha start-up business dan seed capital bagi petani untuk memulai kegiatan baru; 4. Terdapat lembaga pemerintahnon pemerintah yang mampu berfungsi sebagai fasilitator. Berbagai hambatan yang diduga akan dapat timbul dalam pelaksanaan Corporate Farming, apabila antara lain: 1. Petani tidak berkeinginan mempercayakan lahannya untuk dikelola secara korporasi karena alasan ikatan emosional dan kultural; 2. Pada tahap awal Corporate Farming cenderung mengurangi lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang tidak memiliki lahan; 3. Adanya perbedaan persepsi antar petani dalam satu hamparan terhadap Corporate Farming; 4. Kesulitan mencari alternatif usaha bagi para petani kecil yang masih melibatkan kelembagaan tradisional seperti bawon, ceblokan, kedokan, tebasan dan lainnya; Universitas Sumatera Utara 5. Pembentukan Corporate Farming dapat menjadi sumber konflik pranata sosial di pedesaan antara buruh dan manajer; dan 6. Adanya kemungkinan ketidak-terpaduan dalam pembinaan sistem agribisnis termasuk pengembangan prasarana dan penyediaan sarana agribisnis. Pengembangan Corporate Farming masih memerlukan pengaturan dan fasilitator termasuk instansi pemerintah. Pesan pemerintah diarahkan pada penciptaan kondisi yang kondusif guna mendorong partisipasi masyarakat secara aktif, antara lain berupa regulasi dan pelayanan publik. Secara lebih spesifik, peran permerintah diharapkan berupa: 1. Pelayanan kelembagaan, yang akan memberikan dukungan dalam mendorong pelaksanaan musyawarahmufakat oleh petani; 2. Penyediaan hasil kajian dalam berbagai bentuk alternatif rancang bangun kelembagaan yang sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan kebutuhan petani; 3. Fasilitas kerja sama kemitraan dengan unit-unit agribisnis lainnya, baik yang berada dalam wilayah maupun yang berada di luar wilayah; 4. Bimbingan dalam merumuskan bentuk badan usaha yang layak dapat berbentuk koperasi atau Perseroan Terbatas dsb. Serta proses penentuan manajer dari Corporate Farming; 5. Penyediaan sarana publik yang meliputi dukungan prasarana yang menunjang pengembangan Corporate Farming seperti pembangunan danatau rehabilitasi sarana irigasi, jalan lapangan, fasilitas penataan dan sertifikasi lahan; dan Universitas Sumatera Utara 6. Dukungan pendanaan, khususnya untuk start-up business yang akan dikelola manajer dan penyediaan seed cafital bagi petani untuk memuali kegiatan baru, baik kegiatan on farm, off farm, maupun non-farm. Dana ini dikelola oleh manajer sesuai dengan kebutuhan petani dengan menggunakan pola kredit. Apabila pelaksanaan Corporate Farming tersebut sudah mantap, maka dana tersebut digunakan untuk investasi perluasannya atau untuk mendanai pembentukan Corporate Farming yang baru. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN