Analisa Penentuan Sektor Prioritas Dalam Pembangunan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Oleh

SAHAT MARULI SILALAHI

097003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM

PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT MARULI SILALAHI

097003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

Nama Mahasiswa : Sahat Maruli Silalahi Nomor Pokok : 097003006

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) K e t u a

(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) (Drs. Rujiman, M.A) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1.Kasyful Mahalli, SE.M.Si 2. Drs. Rujiman. M.A

3. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si 4. Ir. Supriadi, MS


(5)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..

Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian, sektor unggulan


(6)

ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT

ABSTRACT

Economic growth is the main target in the process of regional development;

therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.

The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.

The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.

In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkatNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam Pembangunan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara” yang disusun untuk melengkapi kewajiban dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam lembaran pengantar ini saya menyampaikan terima kasih yang tulus dari lubuk hati saya yang paling dalam kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si., dan Bapak Drs. Rujiman, M.A, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang bersedia memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.


(8)

5. Istriku tercinta Agustina Pardosi, SST terima kasih buat doa dan dukunganmu baik materi dan moril, terlebih disaat engkau mengambil peran besar dalam menyelesaikan tulisan ini, saya dedikasikan tesis ini buat keluarga kita sebagai sebuah jawaban dari pengorbanan kalian, Terimakasih ya sayang….

6. Anak-anakku Michael Jonathan Silalahi dan Vianna Jovita Silalahi terima kasih buat doanya yang selalu menyebut “Tuhan, Jagain Daddy kami di Medan yang lagi sekolah” dan pengertiannya buat berkurangnya waktu Daddy diakhir pekan bersama kalian, Daddy bangga sama kalian berdua.

7. Orangtuaku Drs.G.Silalahi dan H br Panjaitan serta Mertuaku P. Pardosi dan H br Simanjuntak yang memberi dukungan Doa dan moril untuk menyelesaikan tulisan ini.

8. Seluruh mahasiswa PWK Angkatan 2009 khususnya “Team Dencis” sebagai sebuah team yang penuh keakraban dan saling mendukung serta staf administrasi PWD–USU atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

9. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Khususnya Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing dan Wakil Bupati Tapanuli Utara Bangkit Silaban, SE yang telah memberikan izin belajar, semoga tesis ini bisa menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pembangunan di Kab. Taput.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan yang sehat, serta saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

Medan, 16 Agustus 2011 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Dolok Sanggul pada tanggal 18 Mei 1975, anak kedua dari lima bersaudara dari Ayahanda Drs. G. Silalahi dan Ibunda H. br. Panjaitan. Penulis memiliki dua orang anak, Satu Putra bernama Michael Jonathan Silalahi dan Satu Putri bernama Vianna Jovita Silalahi buah Pernikahan dari Istri Tercinta Agustina Pardosi, SST.

Pendidikan Penulis dimulai dari Pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri Parsoburan dan tamat tahun 1987, Kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/SMP) di sekolah SMP Negeri Parsoburan dan tamat pada Tahun 1990, kemudian melanjutkan lagi pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/SMA) di sekolah SMA Negeri 5 Medan yang tamat pada Tahun 1993 dan Pada Tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Riau Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan tamat tahun 1999 dengan menyandang gelar Sarjana Pertanian (SP).

Pada Tahun 2003 penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan bertugas di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara. Pada Tahun 2007 penulis dipercaya untuk memegang jabatan Kasie Produksi Perkebunan dan Tahun 2008 penulis di percaya menjadi Kasubag Program pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara.

Kemudian pada tahun 2009 Penulis melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan pada tanggal 16 Agustus 2011 penulis mempertahankan Tesis dengan Judul “Analisa Penentuan Sektor Prioritas dalam Pembangunan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara”.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 7

2.2. Pembangunan Ekonomi Regional ... 9

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 11

2.4. Pendapatan Regional……….. ... 13

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory) ……… . 17

2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan ... 18

2.7. Peneliti Terdahulu……… . 20

2.8. Kerangka Pemikiran………. 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 24


(11)

3.3.1. Analisis Tipologi Klasen ... 26

3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ... 27

3.3.3. Model Rasio Pertumbuhan ... 33

3.3.4. Analisa Location Quotient (LQ) ... 35

3.3.5. Kombinasi MRP dan LQ Berdasarkan Tipologi Klasen ... 37

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 39

4.2. Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara ... 41

4.2.1.Pertumbuhan Ekonomi ... 41

4.2.2. Struktur Ekonomi ... 44

4.2.3. PDRB Perkapita ... 48

4.2.4. Analisis Sektoral Kecamatan ... 49

4.3. Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 62

4.4. Pergeseran dan Peranan Sektor Ekonomi Daerah ... 64

4.4.1. Efek Pertumbuhan (Provincial Share) ... 65

4.4.2. Efek Bauran Industri (Industrial Mix) ... 66

4.4.3. Regional Shift (Differential Shift) ... 67

4.5. Klasifikasi Sektor Menurut Kriteria Pertumbuhan ... 70

4.6. Analisis Basis Ekonomi ... 72

4.7. Deskripsi Sektor Ekonomi Potensial (Kombinasi MRP dan LQ) ... 76

4.8. Deskripsi Sektor Unggulan (Kombinasi MRP, LQ dan Shift Share) ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1. Kesimpulan ... 90

5.2. Saran ... 91


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Klasifikasi Daerah Menurut Klasen Typology ... 27 3.2 Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Kombinasi MRP dan LQ ... 37 4.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

Tahun 2000-2009 ... 46 4.3 Analisis Shift Share Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)... 65 4.4 Klasifikasi Sektor Menurut Efek Alokasi di Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2005-2009 ... 68 4.5 MRP dalam Konteks Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-

2009 ... 71 4.6 MRP dalam Konteks Kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 72 4.7 Analisis Location Quotient Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 74 4.8 Kategori Kombinasi MRP dan LQ ... 76 4.9 Kombinasi MRP dan LQ Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ... 77 4.10 Kombinasi MRP dan LQ dan Shift Share (Allocation Effect

& Regional Shief Effect) ... 87


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 24 4.1 Posisi Kabupaten Tapanuli Utara ... 39 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2008-2009 ... 43 4.3 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Tapanuli Utara atas

dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ... 47 4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara Menurut

Kelompok Sektor (Persen) ... 48 4.5 Perkembangan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000-2009 ... 49 4.6 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Klasen Tipology di

Kabupaten Tapanuli Tahun 2005-2009 ... 63 4.7 Klasifikasi Sektor Pertanian Berdasarkan Kombinasi MRP

dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 78 4.8 Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan

Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 79 4.9 Klasifikasi Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan

Kombinasi MRP dan LQ ... 82 4.10 Klasifikasi Sektor Listrik, Gas dan Air Berdasarkan

Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 81 4.11 Klasifikasi Sektor Bangunan Berdasarkan Kombinasi

MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

Tahun 2005-2009 ... 82 4.12 Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 83 4.13 Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi


(14)

Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan

di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 84 4.14 Klasifikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Berdasarkan Kombinasi MRP dan LQ Tiap Kecamatan di

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 ... 85 4.15 Klasifikasi Sektor Jasa-jasa Berdasarkan Kombinasi

MRP dan LQ Tiap Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli

Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009... 96

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli

Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 97

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 ... 98

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 99

5. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009…… 100 6. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 ………….. 101 7. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan

Penggalian Tahun 2005-2009………. 102

8. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pertambangan dan Penggalian

Tahun 2005-2009 ... 103 9. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Industri Pengolahan Tahun

2005-2009 ... 104 10. Distribusi PDRB Kecamatan sektor Industri Pengolahan Tahun

2005-2009 ... 105 11. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum

Tahun 2005-2009 ... 106 12. Laju PDRB Kecamatan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Tahun

2005-2009 ………... 107


(16)

14. Laju PDRB Kecamatan Sektor Bangunan Tahun 2005-2009 ………….. 109 15. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran Tahun 2005-2009... 110 16. Laju PDRB Kecamatan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Tahun 2005-2009 ………... 111

17. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Tahun 2005-2009 ……… 112

18. Laju PDRB Kecamatan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun

2005-2009 ... 113 19. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 114 20. Laju PDRB Kecamatan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan Tahun 2005-2009 ………. 115

21. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……. 116 22. Laju PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 ……… 117 23. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ……… 118

24. Location Quotient tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2005-2009 ……….. 119 25. Kombinasi MRP dan LQ dalam Konteks Kecamatan di Kabupaten


(17)

ANALISA PENENTUAN SEKTOR PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah dimana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri dengan memanfaatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan sektor prioritas dalam pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Laju pertumbuhan dan struktur di Kabupaten Tapanuli Utara selama periode 2005 – 2009 dipengaruhi oleh besarnya nilai tambah dari sektor pertanian dan jasa-jasa meningkat, maka laju pertumbuhan Kabupaten Tapanuli Utara juga meningkat. Tiga besar sektor yang mempengaruhi pembentukan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan jasa-jasa..

Secara umum Kabupaten Tapanuli Utara memiliki sektor prioritas yakni sektor pertanian, hal ini terlihat dari hasil analisis MRP dan LQ yang menunjukkan bahwa beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara harus memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, sedangkan berdasarkan shift share (allocation effect) bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang spesialis di Kabupaten Tapanuli Utara namun tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan provinsi Sumatera Utara. Maka sektor unggulan dan potensial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor LGA

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian, sektor unggulan


(18)

ANALYSIS OF PRIORITY SECTOR DECISION IN REGIONAL ECONOMIC DEVELOPMENT OF TAPANULI UTARA DISTRICT

ABSTRACT

Economic growth is the main target in the process of regional development;

therefore, to achieve this, a planning is done to be implemented in various forms of activities to encourage the economic growth itself by using the superior potentials owned by the region.

The purpose of this study was to analyze the priority sector decision in regional economic development of Tapanuli Utara District.

The rate of growth and structure in Tapanuli Utara District from 2005 to 2009 was influence by the amount of value added resulted from the increasing agricultural and service sectors. In line with this, the rate of growth of Tapanuli Utara District also increased. The three biggest sectors which influenced the Gross Regional Income of Tapanuli Utara District were agriculture, trade and services.

In general, Tapanuli Utara District has its priority sector – agriculture. We can see this from the result of MRP and LQ analysis showing that several subdistrict in Tapanuli Utara District must prioritize agricultural sector, while according to the shift share (allocation effect), agricultural sectors is a special sector in Tapanuli Utara District, yet it does not have any competitive superiority compared to that of Sumatera Utara Province. Thus, superior and potential sectors in Tapanuli Utara District are agriculture, service and LGA.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya berkembang negara tersebut. Pembangunan di bidang ekonomi diharapkan dapat merubah keadaan menuju yang lebih baik dengan harapan terjadinya peningkatan kesejahteraaan .

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa keterbelakangan utama yang di hadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah dibidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama.

Tujuan Pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang biasa diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Dengan demikian tujuan pembangunan di samping untuk meningkatkan pendapatan nasional juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umummnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri (Suparmoko, M dan Irawan 1995). Pembangunan ekonomi pada intinya


(20)

adalah suatu proses meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat ketaraf yang lebih baik/tinggi (Hulu,1988).

Pembangunan Ekonomi yang akan dilaksanakan oleh daerah harus didasarkan pada potensi yang berasal dari daerah tersebut, guna menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat merasa diikut sertakan dalam membangun daerahnya, karena tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah yang diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi daerah dengan pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya secara optimal.

Otonomi Daerah menuntut pemerintah daerah untuk lebih kreatif memacu pertumbuhan perekonomian didaerahnya dengan melibatkan bisa berbagai lini yang ada yang dianggap potensial bisa membangkitkan pertumbuhan perekonomian daerah tersebut dan menimbulkan multiplier effect pada sektor lainnya.


(21)

Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan

output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri atas 9 (Sembilan) sektor, yaitu (1) sektor pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik dan air minum; (5) Pembangunan dan konstruksi; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009 menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian 698.907,32 725.474,63 757.288,33 790.550,34 819.379,08

Pertambangan dan

Penggalian 962,13 1.018,05 1.073,11 1.120,22 1.183,67

Industri Pengolahan 28.221,23 28.593,81 30.885,04 32.351,40 33.074,94

Listrik dan Air

Minum 9.043,64 9.517,68 10.461,73 11.053,19 11.604,06

Bangunan dan

Konstruksi 74.600,03 80.926,79 87.999,28 95.428,83 101.164,95

Perdagangan, Hotel

dan Restoran 163.747,87 172.100,80 182.265,22 192.402,75 202.816,34

Pengangkutan dan

Komunikasi 47.387,35 50.228,32 52.992,49 55.241,51 58.286,85

Bank dan Lembaga


(22)

Jasa-jasa 162.266,78 183.068,75 205.003,16 228.061,40 250.129,34 Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara.

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara memiliki produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 yang terbesar adalah pada sektor pertanian pada kondisi tahun 2009 sebesar Rp.819.379,08 juta. Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusinya pada tahun 2009 adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 1.183 juta.

Dalam proses perencanaan pembangunan perlu diamati potensi ekonomi suatu daerah. Untuk itu perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan hal yang penting diperhatikan pemerintah karena bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya secara bertanggungjawab (Arsyad, 1999)

Perencanaan pembangunan penting bagi daerah untuk melakukan identifikasi atau mengumpulkan dan menganilisis potensi-potensi ekonomi daerah. Hal ini dapat


(23)

dijadikan sebagai basis untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah. Apabila hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah maka pelaksanaan pembangunan akan sangat berat bahkan bisa menemui kegagalan dalam pembangunan daerah.

Kewenangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi yang telah beralih dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keunggulan daerah tentu akan menunjang aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil secara khusus dan menunjang kesejahteraan rakyat secara umum.

Penelitian ini mencoba menjelaskan sektor-sektor ekonomi mana yang menjadi sektor unggulan dan memiliki prospek dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi sektor-sektor apa yang menjadi sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara?

2. Bagaimanakah Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanulil Utara?

3. Bagaimana Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara?


(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka di tetapkan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Untuk mengetahui Transformasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Untuk mengetahui Tipologi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat untuk: 1. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

Sebagai bahan informasi dalam menyusun perencanaan pembangunan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi dan Pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Para Peneliti

Sebagai bahan referensi dan memperluas khasanah pengkajian bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Dalam Pembangunan suatu wilayah perencanaan adalah suatu hal yang utama sebab dengan perencanaan yang tepat akan menimbulkan dampak positif terhadap daerah itu sendiri. Perencanan yang tepat adalah sebuah perencanaan yang dibuat atas dasar potensi atau keunggulan yang dimiliki daerah itu sendiri. Perencanaan juga akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan pembangunan yang mendukung perencanaan tersebut.

Konsep perencanaan wilayah merupakan tindak lanjut dari kegiatan perencanaan yang dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan, permasalahan, ciri dan karateristik dari masing-masing daerah/wilayah yang menuntut adanya campur tangan pihak pemerintah pada tingkat wilayah. Perecanaan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi permasalahan dimasing-masing wilayah dan mengupayakan keseimbangan pembangunan antar wilayah. Peran utamanya adalah mengatasi secara langsung persoalan-persoalan yang berkenaan dengan pembangunan ditingkat wilayah.

Perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya peningkatan kehidupan masyarakat. Berbagai faktor dalam kehidupan seperti


(26)

ekonomi, politik, dan sosial serta budaya maupun adat istiadat berbaur dalam perencanaan wilayah yang cukup kompleks. Semua faktor harus dipertimbangkan dan diupayakan berjalan seiring bahkan saling mendukung (Miraza, 2010).

Menurut (Arsyad, 1999), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan secara umum adalah:

1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengaruh kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksana kegiatan-kegiatan.

2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan dengan suatu perkiraan potensi, prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik. 4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi.

Nugroho dalam sirojuzilam (2008) menyatakan bahwa pendekatan

perencanaan regional di titikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dan instansi-instansi dipusat dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya perbedaan pertumbuhan dan disparitas antar wilayah, maka pendekatan perencanaan


(27)

Menurut Arsyad (1999), Perencanaan pembangunan ekonomi daerah memiliki beberapa implikasi antara lain:

1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional baik horizontal maupun vertikal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

2. Sesuatu yang baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan demikian sebaliknya sesuatu yang baik untuk daerah belum tentu baik secara nasional. 3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya

administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut.

Oleh karena itu perencanaan daerah yang efektif harus bisa menggunakan sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai.

2.2. Pembangunan Ekonomi Regional

Teori Pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan Boediono (1999). Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan spontan dan terputus-putus dalam keadaan


(28)

stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak ada atau belum dipergunakan, kendati penggunaannya telah cukup dikenal.

Pertumbuhan ekonomi merupakan target utama dalam proses pembangunan wilayah di mana untuk mencapai ini dilakukan perencanaan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil kenaikan ini akan diiringi dengan kenaikan pendapatan riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta disuatu wilayah.

Todaro dalam Sirojuzilam (2008), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.


(29)

Menurut Adisamita (2008), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan kmunikasi, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewirasuastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi dapat di nilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi wilayah dilakukan analisis terhadap suatu wilayah sejauh mana sistem ekonomi terbuka yang dimilikinya berhubungan dengan wilayah-wilayah sekitarnya dengan melihat arus perpindahan berbagai faktor produksi yang dimiliknya. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor wilayah lain yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta


(30)

Kebijaksanaan Pemerintah yang menyangkut ekonomi sangat berpengaruh terhadap Pertumbahan ekonomi wilayah itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang di bentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan bila hasil dari kegiatan ekonomi disuatu tahun lebih tinggi dari pada yang dicapai pada tahun sebelumnya, dengan kata lain pertumbuhan dapat tercipta apabila jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi menjadi bertambah besar pada tahun berikutnya.

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkat kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong ekonomi di daerahnya (Sjafizal, 2008).

Pola pembangunan daerah dan sisitem perencanaan yang selama ini cenderung seragam dikarenakan system yang sentralisasi di mana setiap kebijakan pembangunan yang dilakukan selalu berasal dari satu arah yakni top-dwon, telah


(31)

berubah menjadi lebih bervariasi tergantung pada potensi dan permasalahan pokok yang di hadapi di daerah hal ini diakibatkan oleh Perubahan sistem pemerintah yang sangat mempengaruhi penerapan kebijakan didaerah. Penetapan kebijaksanaan sekarang sudah disesuaikan dengan potensi dan aspirasi yang berkembang didaerah. Kondisi ini juga memicu persaingan antara daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumberdaya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam, 2008).

Dalam hal ini, daerah dan kabupaten kota bisa mengambil peran mendorong perekonomiannya dengan memanfaatkan sumberdaya ekonomi didaerah (sumberdaya lokal) berdasarkan konsep lokal dan wilayah. Tiap daerah atau wilayah mempunyai potensi lokal yang berbeda. Dari potensi lokal inilah daerah/wilayah menggerakkan perekonomiannya, khususnya dari sudut keunggulan yang dimiliki (Miraza, 2010)

Identifikasi sektor dan sub sektor yang dapat menunjukan keunggulan komparatif daerah merupakan tugas utama pemerintah daerah sebab dengan mengetahui sektor yang menjadi unggulan akan menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang tepat oleh Pemerintah Daerah.


(32)

2.4. Pendapatan Regional

Dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu daerah selalu dilihat dari penyajian angka-angka pendapatan regional yang dimiliki daerah tersebut, dengan melihat angka tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengevaluasi kebijakan pembangunan yang telah dilakukan serta bahan dalam perencanaan pembangunan.

Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produk barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu pereokonomian dalam suatu wilayah selama satu tahun (Sukirno, 1985). Sedangkan menurut Tarigan (2007), pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat di ukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering di gunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, di antaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produk (output) di kurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup kompone-komponenfaktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dari pajak tidak langsung netto. Jadi dengan


(33)

menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan penggalian. c. Industri pengolahan.

d. Listrik, gas dan air bersih. e. Bangunan/konstruksi.

f. Perdagangan, hotel dan restoran. g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. i. Jasa-jasa.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga pasar.

PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutun keseluruhan.


(34)

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor.

Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas dasar harga pasar, maka di dapatkan produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan,bea ekspor.bea cukai dan pajak lain-lain,kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan.

Perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan (Tarigan,2007), yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)

Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang di produksi di dalam suatu wilayah. Total penyedian barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan ekspor netto (ekspor-impor).

2. Pendekatan produksi (prodiction approach).

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tipa-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendapatan produksi, maka pertama-tama yang harus dilakukan ialah nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai prodiksi yang


(35)

diciptakan oleh tiap-tiap sektor diatas. Pendapatan regional diperoleh dengan caraa menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.

3. Pendekatan penerimaan (income approach).

Dengan cara ini pendapatan regional di hitung dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa, jadi yang di jumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha ,penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economi Base Theory)

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama perumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).

Menurut Tarigan (2007), menyatakan bahwa teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari daerah sumber.

Ekonomi Base berdasarkan pendekatan dengan berasumsi bahwa lokal ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor besar yaitu :

1. Sektor basis (non-lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri yang berarti daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dalam daerah serta mampu mengekspor barang maupun jasa keluar daerah itu sendiri.


(36)

2. Sektor non basis (lokal sektor), yaitu sektor atau kegiatan yang mampu melayani pasar dalam daerah tersebut.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayan ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunya keuntungan kompetitif (competitife advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sktor lainya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

Perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diakibatkan oleh kebijakan pembangunan yang didasarkan pada potensi daerah. Semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

2.6. Konsep dan Pengertian Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor


(37)

tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan Negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Menurut Tumenggung (1996) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantages) dan keunggulan kompetitif (competitiv advantage) dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar. Sedangkan Mawardi (1997) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.


(38)

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui

output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat di tentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menetukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

Penelitian Tampubolon Tahun 2001, dengan judul pembangunan dan ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai tirmur sumatera utara, menyimpulkan bahwa karakteristik wilayah mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar wilayah. Potensi sektor-sektor wilayah mempengaruhi perubahan struktur okonomi. Struktur ekonomi wilayah pantai barat menuju industri pengolahan hasil pertanian dan struktur ekonomi wilayah pantai timur menuju industri pengolahan barang jadi.

Penelitian Supangkat tahun 2002, dengan judul Penelitian Analisis Penentuan sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB. Hasil penelitian menunjukkan


(39)

bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sektor prioritas bagi peningkatan pembangunan daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Marhayanie tahun 2003, dengan judul Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan. Hasil Penelitian dengan menganalisisi kontribusi per sektor, analisis lingkage, analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama dinegara berkembang. Namun tentunya bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal seperti ketersediaan sumberdaya alam, tenaga kerja, luas daerah, pasar ekspor, kebijakan pemerintah dan faktor-faktor lainnya.

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Sektor basis merupakan sektor pasar dari dalam maupun dari luar sedangkan sektor non basis adalah sektor yang hanya melayani pasar didaerah sendiri.


(40)

Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat pada daerah tersebut dimasa mendatang. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka, kebijakan yang tepat dapat dibuat sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah itu.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat sebereapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang di gunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan di upayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang di klasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relatifi tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentu kebijakan pembangunan atau posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.


(41)

2. Sektor basis dan non basis

Kegiatan ekonomi berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan kedalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor non basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral, keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.


(42)

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 2.1.

PEREKONOMIAN WILAYAH KAB.TAPUT

PDRB KECAMATAN DAN PDRB KABUPATEN

TAPUT

PERTUMBUHAN SEKTOR PEREKONOMIAN

SEKTOR BASIS DAN NON BASIS

TIPOLOGI PERTUMBUHAN

SEKTOR

TRANSFORMASI SEKTOR

PEREKONOMIAN

KLASIFIKASI SEKTOR EKONOMI

KLASIFIKASI DAERAH

PERUBAHAN DAN PERGESERAN

SEKTOR

SEKTOR UNGGULAN


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki 15 Kecamatan, yang merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara, agar hasil penelitian nantinya memberikan gambaran mengenai sektor-sektor unggulan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan menjadi skala prioritas dalam perencanaan pembangunan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode 2005-2009. Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu:

1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK Sumatera Utara, PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan PDRB tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, yang dirinci menurut lapangan usaha (sektor). Nilai PDRB tersebut didasarkan pada harga konstan (PDRB riil) dengan tahun dasar 2000 dan PDRB atas harga berlaku. Data pendapatan per kapita tahun 2005-2009. Data tersebut bersumber dari PDRB tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara 2005-2009 menurut lapangan usaha, yang dipublikasikan oleh BPS.


(44)

2. Data sekunder lainnya yang mendukung dan masih memiliki kaitan dengan penelitian ini.

3. Peta wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang bersumber dan dipublikasikan oleh BPS.

4. Tapanuli Utara Dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS.

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Analisis Shift share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah lain dengan mengamati sektor-sektor ekonomi

4. Analisis Location Quotient digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan perekonomian dalam perekonomian yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

5. Kombinasi MRP dan LQ berdasarkan Tipologi Klassen yaitu untuk melihat gambaran kegiatan ekonomi yang potensial dan diklasifikasikan dalam empat


(45)

kategori menurut tipologi Klassen.

3.3.1 Analisis Tipologi Klassen

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah. Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan dapat terlihat bagaimana potensi relatif perekonomiannya suatu daerah baik secara agregat dan sektoral terhadap daerah lain sekitarnya.

Untuk mengetahui gambaran tentang klasifikasi tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara digunakan klassen typology sebagai dasar analisis. Analisis ini didasarkan pada dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita di suatu daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertical dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Menurut Sjafrizal (2008) melalui alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu: 1. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (high growth and high income)

merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.

2. Kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan (low growth but high income ) merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi


(46)

pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.

3. Kuadran III yaitu sektor sedang tumbuh (high growth but low income ) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota. 4. Kuadran IV yaitu sektor relatif tertinggal (low growth and low income )

merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan ataupun kabupaten/kota.

Tabel 3.1. Klasifikasi Daerah Menurut Klassen Typology

_ R _ Y _ j ij Y Y > _ j ij Y Y <

(1) (2) (3)

j ij R

R _

> Daerah maju dan tumbuh cepatKuadran I

Kuadran III Daerah berkembang cepat

j ij R

R _

< Daerah maju tapi tertekanKuadran II

Kuadran IV Daerah relatif tertinggal

Keterangan:

Rij adalah laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

j

R _

adalah rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kabupaten Tapanuli Utara Yij adalah pendapatan per kapita tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Yi adalah rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten Tapanuli Utara.

3.3.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)


(47)

serta peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Oleh banyak peneliti regional, analisis shift share dianggap sebaga teknik yang sangat baik untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasional (Tambunan, 2001). Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Teknik ini biasa digunakan untuk berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah ekonomi regional, misalnya untuk mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan regional.

Data yang biasa digunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang waktu tertentu, misalnya pada penelitian ini tahun 2005-2009.

Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 menurut lapangan


(48)

usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar yang sama agar bobot (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007)

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen (Richardson,1991):

1. Provincial Share, yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.

2. Proportional Shift (Sp) atau industrial mix adalah pengaruh bauran industri atau pergeseran proporsional sektor i pada Kabupaten Tapanuli Utara pada wilayah j (Provinsi Sumatera Utara).

3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah sektor yang sama di tingkat provinsi. Komponen ini juga digunakan untuk mengetahui daya saing suatu sektor dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi (provinsi).


(49)

karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Menurut Glasson (1977), kedua komponen shift yaitu Sp dan Sd memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal;Sp merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (provinsi), sedangkan

Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja dalam daerah yang bersangkutan.

Apabila nilai Sd dan Sp positif maka sektor yang bersangkutan dalam perekonomian daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, bila nilainya negatif maka perekonomian daerah sektor tersebut masih dapat diperbaiki, antara lain dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi (Richardson, 1991).

Sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki Sd positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila Sd negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

Pendekatan yang dapat dipakai dalam model shift share adalah sebagai berikut:

keterangan:

ij ij ij

ij PS IM RS

G

= + + atau ij ij ij

ij R Sp Sd

G

= + + (1)


(50)

Keterangan:

G

ij : Regional Economic Growth, untuk mengukur pertumbuhan PDRB sektor i

wilayah j

ij

PS : Provincial Share atau R: Regional Share, untuk mengukur PDRB provinsi sektor i wilayah j

ij

IM : Industrial Mix atau Sp: Proportional Shift, untuk mengukur pengaruh bauran industri sektor i wilayah j

ij

RS : Regional Shift atau Sd: Differential Shift, untuk mengukur pengaruh persaingan/daya saing sektor i wilayah j.

Beberapa pakar merasakan perlu memperluas analisis yang memperhitungkan efek komposisi industri dengan menguraikan differential (competitive) shift yang ada. Misalnya, Esteban-Marquillas menyatakan bahwa regional shift di atas perlu diuraikan lebih jauh. Untuk keperluan itu Esteban-Marquillas memperkenalkan konsep homothetic employment yaitu jumlah atau perubahan pendapatan yang diharapkan di sektor i wilayah j, yang diberi notasi

E

"

ij Homothetic employment

dapat juga diartikan sebagai variabel wilayah (

E

ij) bila struktur wilayah sama dengan struktur provinsi atau

E

ij yang diharapkan. Rumus yang dipakai untuk memperoleh nilai homothetic employment

(HE) :

E

"

ij=

E

j 

    

n in

E E

Nilai HE digunakan untuk menguraikan regional shift yang terdiri dari


(51)

oleh Esteban-Marquillas adalah: 1. AEij =

(

EijE"ij

)(

rijrin

)

2. RSEij = Eij(rijrn)

di mana:

(

EijE"ij

)

adalah spesialisasi yang muncul apabila variabel wilayah actual Eijlebih

besar dari variabel yang diharapkan.

(

rijrin

)

adalah keunggulan kompetitif yang muncul apabila laju pertumbuhan sektor regional lebih besar dari laju pertumbuhan provinsi.

Modifikasi Esteban-Marquillas terhadap model shift-share (SS) adalah sebagai berikut:

(

ij ij

)

ij ij

ij PS IM RSE AE

G = + + + (2)

(

ij n

)

ij

(

in n

)

[

ij

(

ij n

) (

ij ij

)(

ij in

)

]

ij E r E r r E r r E E r r

G = * + − + " − + − " − (3)

keterangan: ij ij ij ij E E E

r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Kabupaten Tapanuli Utara

in in in in E E E

r = ' − adalah pertumbuhan sektor i Provinsi Sumatera Utara

n n n n E E E

r = ' − adalah pertumbuhan PDRB total Provinsi Sumatera Utara

ij


(52)

ij

E' adalah PDRB sektor i Kabupaten Tapanuli Utara tahun akhir (2009)

in

E adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)

in

E' adalah PDRB sektor i Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)

j

E adalah total PDRB Kabupaten Tapanuli Utara tahun awal (2005)

n

E adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun awal (2005)

n

E' adalah total PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun akhir (2009)

ij

E" adalah variabel wilayah (Eij) yang diharapkan

Menurut Olsen dan Herzog (1977) allocation effect (AE) mempunyai empat kemungkinan (Soepono, 1993):

1. EijE"ij >0dan rijrin> 0 = specialized, competitive advantage (S, CA)

2. EijE"ij >0dan rijrin< 0 = specialized, competitive disadvantage (S, CD)

3. EijE"ij <0dan rijrin> 0 = not specialized, competitive advantage (NS, CA)

4.EijE"ij<0dan rijrin> 0 = not specialized, competitive disadvantage (NS, CD)

Sektor yang spesialisasi dan kompetitif adalah sektor unggulan daerah dan mampu bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain. Sektor yang spesialisasi tetapi tidak kompetitif adalah sektor unggulan tetapi produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing dengan daerah lain. Sektor yang tidak spesialisasi tetapi kompetitif adalah sektor yang bukan unggulan tetapi produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan daerah lain. Sektor yang tidak spesialisasi dan tidak kompetitif adalah sektor


(53)

yang bukan unggulan dan tidak mampu bersaing dengan daerah lain.

3.2.3. Model Rasio Pertumbuhan

Model rasio pertumbuhan (MRP) merupakan modifikasi dari analisis shift share (Field dan MacGregor, 1993). Model rasio pertumbuhan (MRP) digunakan untuk melihat perbandingan pertumbuhan ekonomi antar satu daerah dengan daerah lain dengan mengamati sektor-sektor ekonomi. Analisis ini untuk membandingkan pertumbuhan suatu sektor yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu rasio pertumbuhan referensi (RPR) dan rasio pertumbuhan studi (RPs).

) 0 ( ) 0 ( R R iR iR R E E E E RP ∆ ∆

= (4)

keterangan:

R

RP adalah rasio pertumbuhan wilayah referensi

iR

E

∆ = EiR(t)- EiR(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah rerensi dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

iR

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar

R

E

∆ = ER(t)- ER(0)adalah perubahan total PDRB ADHK 2000 di wilayah referensi dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

R


(54)

) 0 ( ) 0 ( iR iR ij ij S E E E E RP ∆ ∆

= (5)

RPs adalah rasio pertumbuhan wilayah studi

ij

E

∆ = Eij(t)- Eij(0) adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

ij

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah studi j pada tahun dasar

iR

E

∆ = EiR(t)- EiR(0)adalah perubahan PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi dari tahun dasar sampai tahun t

) 0 (

iR

E adalah PDRB ADHK 2000 sektor i di wilayah referensi pada tahun dasar Jika nilai RP lebih besar dari satu dikatakan positif dan jika kurang dari satu dikatakan negatif. RPR yang positif menunjukkan pertumbuhan suatu sektor pada wilayah referensi lebih tinggi dari pada pertumbuhan PDRB wilayah referensi dan demikian pula sebaliknya jika RPR negatif. RPsmembandingkan pertumbuhan sektor dalam wilayah studi dengan pertumbuhan sektor yang sama dalam wilayah referensi. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih tinggi dari pertumbuhan sektor wilayah referensi maka RPsbernilai positif. Bila pertumbuhan sektor wilayah studi lebih rendah dari pertumbuhan sektor wilayah referensi maka RPs bernilai negatif.

3.2.4. Analisis Location Quotient (LQ)


(1)

Garoga

0,88

2,99

2,47

1,57

1,57

Sipahutar

0,92

0,24

2,76

1,59

1,80

Siborong-borong

2,84

2,39

3,00

1,63

1,95

Pagaran

1,60

4,31

2,24

1,60

1,71

Muara

0,85

3,92

2,78

1,72

1,86

Total

2,82

2,74

2,89

1,65

1,89

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara.

Lampiran 21. Distribusi PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009

Tabel 21. Distribusi PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 (Persen)

Sektor

Tahun

2005

2006

2006

2008

2009

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Parmonangan

3,33

4,34

4,28

4,27

3,98

Adian Koting

2,18

2,26

2,24

2,24

2,12

Sipoholon

1,58

1,52

1,41

1,34

6,29

Tarutung

26,10

26,38

26,38

26,42

25,21

Siatas Barita

3,94

4,37

4,34

4,34

4,11

Pahae Julu

4,66

4,37

4,32

4,34

4,07

Pahae Jae

4,40

4,37

4,34

4,35

4,13

Purbatua

2,33

2,26

2,24

2,23

2,10

Simangumban

2,20

2,26

2,25

2,25

2,13


(2)

Garoga

5,20

4,34

4,29

4,29

4,01

Sipahutar

7,78

6,57

6,56

6,56

6,22

Siborong-borong

18,57

18,78

19,27

19,29

18,45

Pagaran

4,79

4,20

4,16

4,16

3,92

Muara

3,48

4,37

4,39

4,36

4,12

Total

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara.

Lampiran 22. Laju PDRB Kecamatan Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009

Tabel 22. Laju PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Sektor Jasa-Jasa Tahun 2005-2009 (Persen)

Sektor

Tahun

2005

2006

2006

2008

2009

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Parmonangan

3,33

4,34

4,28

4,27

3,98

Adian Koting

2,18

2,26

2,24

2,24

2,12

Sipoholon

1,58

1,52

1,41

1,34

6,29

Tarutung

26,10

26,38

26,38

26,42

25,21

Siatas Barita

3,94

4,37

4,34

4,34

4,11

Pahae Julu

4,66

4,37

4,32

4,34

4,07

Pahae Jae

4,40

4,37

4,34

4,35

4,13

Purbatua

2,33

2,26

2,24

2,23

2,10


(3)

Pangaribuan

9,47

9,59

9,56

9,57

9,16

Garoga

5,20

4,34

4,29

4,29

4,01

Sipahutar

7,78

6,57

6,56

6,56

6,22

Siborong-borong

18,57

18,78

19,27

19,29

18,45

Pagaran

4,79

4,20

4,16

4,16

3,92

Muara

3,48

4,37

4,39

4,36

4,12

Total

5,52

12,82

11,98

11,25

9,72


(4)

Lampiran 23.

Location Quotient

tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009

Tabel 23.

Location Quotient

tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2009

Sektor

Tahun

Kecamatan

Parmonangan

Adian Koting Sipoholon Tarutung

Siatas Barita Pahae Julu

Pahae Jae

Purbatua

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Pertanian

2005 1,14 1,24 1,08 0,71 1,02 1,13 1,10 0,99

2006 1,14 1,25 1,08 0,71 1,01 1,13 1,10 0,99

2007 1,14 1,26 1,08 0,71 1,01 1,13 1,10 0,99

2008 1,14 1,26 1,08 0,69 1,02 1,13 1,11 0,99

2009 1,15 1,27 1,08 0,68 1,02 1,14 1,11 0,99

Pertambangan

2005 0,85 1,15 1,29 0,54 1,10 2,47 1,00 1,80

2006 0,88 1,18 1,38 0,55 1,13 2,42 1,00 1,75

2007 0,88 1,19 1,41 0,54 1,13 2,43 1,01 1,74

2008 0,88 1,19 1,41 0,54 1,14 2,43 1,01 1,74

2009 0,89 1,20 1,42 0,54 1,14 2,44 1,01 1,75

Industri

2005 0,67 0,79 0,92 1,43 1,40 0,99 0,74 0,95

2006 0,67 0,80 0,92 1,52 1,41 1,00 0,74 0,94

2007 0,67 0,81 0,92 1,42 1,42 1,00 0,74 0,95

2008 0,67 0,81 0,92 1,44 1,42 1,00 0,74 0,95

2009 0,68 0,81 0,92 1,43 1,42 1,00 0,74 0,95

LGA

2005 0,61 0,35 0,95 1,27 1,17 0,94 0,78 0,67

2006 0,62 0,36 0,95 1,27 1,16 0,94 0,78 0,66

2007 0,63 0,36 0,95 1,21 1,17 0,95 0,78 0,66

2008 0,62 0,36 0,95 1,25 1,16 0,94 0,78 0,66

2009 0,62 0,36 0,95 1,24 1,16 0,94 0,78 0,65

Bangunan

2005 0,88 0,56 0,98 1,19 1,07 1,04 0,77 1,09

2006 0,89 0,56 0,99 1,17 1,07 1,04 0,77 1,07

2007 0,89 0,56 0,99 1,17 1,07 1,05 0,76 1,07

2008 0,89 0,56 0,99 1,19 1,07 1,05 0,76 1,07

2009 0,88 0,56 0,99 1,18 1,07 1,05 0,76 1,07

Perdagangan

2005 0,87 0,72 0,93 1,35 0,90 0,84 0,95 1,04

2006 0,88 0,72 0,93 1,36 0,89 0,84 0,94 1,04

2007 0,88 0,72 0,93 1,35 0,89 0,84 0,94 1,04

2008 0,88 0,72 0,93 1,34 0,89 0,84 0,94 1,04

2009 0,88 0,73 0,93 1,34 0,89 0,84 0,94 1,04

Pengangkutan

2005 0,58 0,48 0,79 1,43 1,35 0,61 0,84 0,69

2006 0,58 0,48 0,79 1,47 1,35 0,61 0,84 0,69

2007 0,58 0,49 0,79 1,48 1,35 0,61 0,84 0,69

2008 0,58 0,49 0,80 1,46 1,35 0,61 0,84 0,69

2009 0,58 0,49 0,80 1,45 1,35 0,61 0,84 0,68

Keuangan

2005 0,59 0,80 0,70 1,85 0,70 0,62 0,64 1,06

2006 0,59 0,81 0,72 1,90 0,71 0,63 0,64 1,06

2007 0,59 0,81 0,72 1,89 0,71 0,62 0,64 1,06

2008 0,59 0,81 0,72 1,82 0,71 0,62 0,64 1,06

2009 0,60 0,81 0,73 1,81 0,71 0,63 0,64 1,06

Jasa-jasa

2005 0,91 0,72 0,90 1,36 0,91 0,82 0,95 1,06

2006 0,91 0,73 0,90 1,28 0,92 0,83 0,95 1,05

2007 0,91 0,72 0,90 1,29 0,92 0,82 0,94 1,05

2008 0,91 0,73 0,90 1,35 0,92 0,82 0,95 1,05


(5)

Lampiran 24.

Location Quotient

tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009

Tabel 24.

Location Quotient

tiap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2009

Sektor

Tahun

Kecamatan

Simangumban

Pangaribuan

Garoga

Sipahutar

Siborong-borong

Pagaran

Muara

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Pertanian

2005 0,85 1,10 1,22 1,15 0,95 1,26 1,00

2006 0,86 1,10 1,23 1,16 0,95 1,27 1,00

2007 0,85 1,10 1,23 1,16 0,95 1,28 1,00

2008 0,85 1,10 1,24 1,16 0,95 1,28 1,00

2009 0,85 1,10 1,24 1,17 0,95 1,29 1,00

Pertambangan

2005 1,74 0,90 0,37 0,20 1,52 0,63 0,95

2006 1,75 0,91 0,38 0,21 1,48 0,64 0,93

2007 1,76 0,90 0,38 0,21 1,46 0,65 0,94

2008 1,76 0,90 0,38 0,21 1,45 0,65 0,94

2009 1,75 0,91 0,39 0,21 1,45 0,66 0,94

Industri

2005 1,15 0,48 0,56 0,52 1,30 0,51 0,93

2006 1,14 0,48 0,56 0,51 1,30 0,51 0,93

2007 1,14 0,48 0,57 0,51 1,30 0,51 0,93

2008 1,13 0,48 0,57 0,51 1,30 0,51 0,93

2009 1,13 0,48 0,57 0,52 1,29 0,51 0,93

LGA

2005 0,52 0,97 0,54 1,09 1,28 0,53 0,99

2006 0,50 0,97 0,53 1,09 1,29 0,53 0,99

2007 0,50 0,97 0,53 1,08 1,28 0,53 0,99

2008 0,49 0,97 0,52 1,08 1,29 0,53 1,00

2009 0,49 0,97 0,52 1,08 1,29 0,54 1,00

Bangunan

2005 0,83 1,10 0,83 1,00 0,94 0,75 1,15

2006 0,82 1,11 0,84 1,00 0,93 0,74 1,16

2007 0,82 1,10 0,84 1,00 0,93 0,75 1,17

2008 0,81 1,11 0,84 1,01 0,93 0,75 1,16

2009 0,81 1,11 0,84 1,01 0,93 0,75 1,16

Perdagangan

2005 1,37 0,88 0,75 0,78 1,02 0,70 1,05

2006 1,36 0,89 0,76 0,79 1,01 0,70 1,04

2007 1,35 0,89 0,76 0,79 1,01 0,71 1,04

2008 1,34 0,89 0,76 0,79 1,01 0,71 1,04

2009 1,34 0,89 0,77 0,79 1,01 0,71 1,04

Pengangkutan

2005 0,50 0,70 0,50 0,82 1,46 0,46 0,71

2006 0,49 0,71 0,50 0,82 1,45 0,46 0,71

2007 0,49 0,71 0,50 0,82 1,45 0,47 0,71

2008 0,49 0,71 0,50 0,82 1,45 0,46 0,71

2009 0,48 0,71 0,50 0,83 1,45 0,46 0,71

Keuangan

2005 1,18 0,80 0,49 0,73 1,10 0,48 0,68

2006 1,17 0,79 0,49 0,71 1,10 0,49 0,69

2007 1,16 0,79 0,49 0,71 1,10 0,49 0,69

2008 1,16 0,79 0,49 0,71 1,09 0,49 0,69

2009 1,15 0,79 0,49 0,71 1,09 0,49 0,69

Jasa-jasa

2005 1,42 0,89 0,78 0,77 1,00 0,71 1,06

2006 1,41 0,89 0,77 0,78 1,00 0,71 1,06

2007 1,41 0,88 0,77 0,78 1,00 0,71 1,06

2008 1,41 0,89 0,77 0,78 1,00 0,71 1,06


(6)

Lampiran 25. Kombinasi MRP dan LQ dalam Konteks Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2009

Tabel.25. Kombinasi MRP dan LQ dalam Konteks Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2005-2009

Sektor 1

Sektor 2

Sektor 3

Sektor 4

Sektor 5

Sektor 6

Sektor 7

Sektor 8

Sektor 9

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

RPs

LQ

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Parmonangan

0,87

1,14

1,07

0,88

0,91

0,67

0,94

0,62

0,91

0,89

0,90

0,88

0,91

0,58

0,92

0,59

0,93

0,91

Adian Koting

0,98

1,26

1,06

1,18

0,99

0,81

0,98

0,36

0,94

0,56

0,91

0,72

0,90

0,49

0,92

0,81

0,97

0,72

Sipoholon

0,94

1,08

1,50

1,38

0,99

0,92

0,98

0,95

1,01

0,99

0,98

0,93

0,98

0,79

1,36

0,72

0,99

0,90

Tarutung

1,03

0,70

0,99

0,54

1,03

1,45

1,03

1,25

1,03

1,18

1,06

1,35

1,03

1,46

1,04

1,86

1,02

1,32

Siatas Barita

0,96

1,01

1,16

1,13

1,05

1,41

0,91

1,16

0,99

1,07

0,93

0,89

0,96

1,35

0,96

0,71

0,99

0,92

Pahae Julu

0,97

1,13

0,84

2,44

0,93

1,00

0,93

0,94

0,95

1,05

0,90

0,84

0,91

0,61

0,96

0,62

0,95

0,82

Pahae Jae

1,05

1,10

1,08

1,01

0,98

0,74

1,05

0,78

0,97

0,77

0,95

0,94

1,01

0,84

0,98

0,64

1,00

0,95

Purbatua

0,98

0,99

0,82

1,76

0,92

0,95

0,88

0,66

0,91

1,08

0,97

1,04

0,93

0,69

0,90

1,06

0,94

1,05

Simangumban

1,00

0,85

1,08

1,75

0,90

1,14

0,82

0,50

0,94

0,82

0,91

1,35

0,89

0,49

0,89

1,16

0,99

1,41

Pangaribuan

1,05

1,10

1,06

0,90

1,02

0,48

1,02

0,97

1,04

1,11

1,07

0,89

1,03

0,71

0,91

0,79

1,01

0,89

Garoga

0,95

1,23

1,16

0,38

0,90

0,56

0,77

0,53

0,95

0,84

0,95

0,76

0,91

0,50

0,94

0,49

0,90

0,77

Sipahutar

1,02

1,16

1,12

0,21

0,96

0,51

0,94

1,08

1,01

1,00

1,03

0,79

1,01

0,82

0,69

0,71

1,01

0,78

Siborong-borong

1,07

0,95

0,79

1,47

1,03

1,30

1,08

1,28

1,01

0,93

1,02

1,01

1,02

1,45

0,98

1,10

1,04

1,00

Pagaran

0,93

1,28

0,99

0,65

0,63

0,51

1,12

0,53

1,36

0,75

0,95

0,71

0,87

0,46

0,42

0,49

2,15

0,71