Konsep Pertanian TINJAUAN PUSTAKA

akan terjadi ketika kesejahteraan di perkotaan tercapai dan dimulai dari level yang tinggi seperti kawasan perkotaan ke kawasan yang lebih rendah seperti kawasan hinterland dan perdesaan melalui beberapa mekanisme yaitu hirarki perkotaan dan perusahaan-perusahaan besar. Namun demikian kegagalan teori pusat pertumbuhan karena trickle down effect dampak penetesan ke bawah dan spread effect dampak penyebaran tidak terjadi yang diakibatkan karena aktivitas industri tidak mempunyai hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota Mercado, 2002.

2.4. Konsep Pertanian

Pertanian didefinisikan sebagai pengelolaan tanaman, ternak, ikan dan lingkungannya agar memberikan suatu produk Mardjuki, 1994. Pertanian yang baik adalah pertanian yang dapat memberikan produk jauh lebih baik dibandingkan bila tanaman, ternak atau ikan tersebut dibiarkan hidup alami. Kegiatan pertanian adalah penerapan karya manusia terhadap alam dalam budidaya tumbuh-tumbuhan, binatang serta penangkapanperburuan, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia. Usaha pertanian adalah kegiatan menghasilkan produksi pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijualditukar atau secara ekonomi menunjang dan menanggung resiko. Untuk pertanian ini terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, Universitas Sumatera Utara usaha pertanian menurut bentuk; pertanian besar dikelola secara komersial oleh perusahaan yang berbadan hukum dan pertanian rakyat tidak berbadan hukum. Kedua, usaha pertanian menurut sub sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan. Peranan sektor pertanian di Indonesia dianggap penting terutama dalam hal penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya. Selain itu, sektor pertanian dianggap sebagai pemasok supply bahan baku bagi sektor industri. Pembangunan dalam bidang pertanian akan berhasil bilamana terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang cukup tinggi, sekaligus terjadinya perubahan kehidupan masyarakat petani dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Tantangan yang harus dihadapi sektor ini ke depan tampaknya akan semakin berat dan kompleks, terutama penyusutan lahan-lahan subur untuk keperluan sektor lainnya yang telah mendorong terjadinya transformasi lahan secara besar-besaran. Pada saat ini pembangunan dalam bidang pertanian seringkali dilihat dari perspektif terjadinya transformasi struktural perekonomian. Hal ini menurut Soekartawi 1996, dapat dilihat melalui beberapa ciri transformasi struktural, yaitu: 1. Peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya pada Product Domestic Bruto PDB serta penyerapan tenaga kerja semakin menurun; 2. Keterkaitan antar berbagai sektor ekonomi semakin tinggi; 3. Daerah pedesaan semakin terbuka; Universitas Sumatera Utara 4. Terjadi pola berusaha tani dari orientasi peningkatan produksi semata menjadi orientasi pada efisiensi dan nilai tambah. Kontribusi relatif sektor pertanian terhadp PDB terus merosot sekitar 19,3 persen, sementara sumbangan sektor industri sudah meningkat menjadi 21,4 persen terhadap PDB. Namun sayangnya, menurunnya peran sektor pertanian terhadap PDB tidak diimbangi dengan lepasnya tenaga kerja yang semula bekerja di sektor pertanian ke sektor industri. Bahkan kini angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian masih 49,3 persen dari total angkatan kerja yang ada. Sementara itu sektor industri yang maju begitu pesat hanya dapat menyerap sekitar 11-13 persen saja dari total angkatan kerja yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan produksi tanaman pangan Indonesia lebih banyak karena perluasan areal panen, termasuk sistem panen dua-tiga kali setahun pada tanaman padi sawah, dan hanya sedikit yang disebabkan oleh aplikasi teknologi modern. Dalam suatu studi yang mendalam, konsekuensi ekonomis perluasan areal pertanian dan bentuk intensifikasi pengunaan lahan lainnya terhadap degradasi lahan ternyata cukup besar dan bahkan mengikis habis nilai tambah atau PDB sektor pertanian tanaman pangan hingga 5 persen Arifin, 2001. Oleh karenanya, perlu dipikirkan alternatif untuk meningkatkan ekonomi pertanian pedesaan melalui akselerasi pembangunan pedesaan dengan fokus kepentingan golongan pendapatan rendah. Di samping itu, strategi pembangunan pedesaan perlu diarahkan pada penciptaan dan peningkatan kesempatan kerja dan Universitas Sumatera Utara transfer pendapatan yang seimbang. Selain itu perlu juga dirumuskan kebijakan alternatif sebagai reserve dalam pembangunan pertanian Indonesia melalui pemberdayaan institusional dalam pembangunan input-input pertanian. Peubah institusi yang mempengaruhi tingkat penggunaan input modern bidang pertanian mungkin dapat dikelompokkan menjadi: a akses terhadap saranaprasarana publik yang meliputi; jalan, sekolah dan saluran irigasi; b kelembagaan pasar yang meliputi; pasar pupuk, kredit, tenaga kerja, dan pasar output; c penyebaran informasi pertanian; d struktur kepemilikan lahan dan sumberdaya penting lainnya, seperti sumur pompa dan traktor tangan; serta e karakateristik fisik, seperti jenis, iklim, dan struktur sosial yang mendukungnya Arifin, 2001.

2.5. Konsep Pengembangan Agropolitan