2.1.2. Epidemiologi Penyakit Malaria
Epidemiologi malaria merupakan pengetahuan yang menyangkut studi tentang kejadian insidensi, prevalensi, kematian karena malaria, penyebaran atau
penularannya pada penduduk yang tinggal di suatu wilayah pada periode waktu tertentu, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya Mardihusodo 2007, dalam
epidemiologi malaria secara garis besar menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan yaitu inang host: manusia sebagai inang antara dan nyamuk vektor
sebagai inang definitif parasit malaria, penyebab penyakit agent: plasmodium, dan lingkungan environment.
Setiap spesies malaria terdiri dari berbagai strain dan satu spesies yang menginfeksi vektor lokal, mungkin tidak dapat menginfeksi vektor di daerah lain.
Lamanya masa inkubasi dan pola terjadinya kambuh juga berbeda menurut geografi. P.vivax dari daerah Eropa Utara mempunyai masa inkubasi yang lama. Plasmodium
vivax telah tersebar luas secara geografis di mana lazim dan banyak ditemui pada daerah beriklim sedang temperate climate .P. falciparum adalah spesies umum yang
berada di daerah tropis dan subtropis, meskipun bisa terjadi pada beberapa daerah beriklim sedang. P.ovale spesies yang utama ditemui di daerah tropis di Afrika
Chwatt-Bruce. L.J, 1985. Secara epidemiologi penularan malaria secara alamiah bergantung pada
kehadiran dan hubungan antara tiga faktor, yaitu host, agent dan environment. Manusia adalah host vertebrata dari human plasmodia, nyamuk sebagai host
Universitas Sumatera Utara
invertebrata, sementara parasit malaria sebagai agent penular yang sesungguhnya atau agent penyebab infeksi Chwatt-Bruce. L.J, 1985.
Menurut Harijanto 2000, keterbatasan pengetahuan tentang epidemiologi malaria yang terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi manusia dan lingkungan
menjadi hambatan dalam menanggulangi malaria. 1 Parasit AgentPlasmodium
Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina
pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang antrofilik agar sporogoni dimungkinkan
dan menghasilkan sporozoit yang infektif Harijanto, 2000. Menurut Fatmah 2011 menyatakan faktor Agent plasmodium; Penyakit
malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium Class Sporozoa. Pada manusia hanya 4 empat spesies yang
dapat berkembang, yaitu P.falciparum, P.vivax, P.malariae, dan P.ovale. Menurut Harijanto 2000, menyatakan parasitplasmodium hidup dalam
tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual pembiakan kawin dan hidup dalam tubuh manusia pada daur aseksual pembiakan tidak kawin, melalui pembelahan diri.
2 Manusia Hostpenjamu. Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, bagi penjamu ada beberapa
faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan penjamu terhadap agent. Faktor tersebut mencakup umur, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan,
Universitas Sumatera Utara
riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas keturunan, status gizi dan tingkat imunitas. Faktor tersebut penting untuk diketahui karena akan mempengaruhi
resiko untuk terpapar oleh penyakit malaria. Menurut Harijanto 2000, pada wanita hamil yang menderita malaria akan
mempunyai dampak terhadap bayi dan ibu, dimana akan terjadinya abortus, berat badan bayi lahir rendah, partus prematur dan kematian janin intrauterine.
Beberapa faktor genetik bersifat protektif melindungi terhadap malaria terdapat beberapa kelompok orang yaitu golongan darah Duffy negative, Haemoglobin S
menyebabkan sickle cell enemia, Thalasemia alfa dan beta, Haemoglobinopati lainnya HbF dan HbE, Defisiensi G-6-PD glucose-6-phospate dehydrogenase,
Ovalositosis di Papua New Guinea dan di Irian Jaya Harijanto. 2000. 3 Environment Lingkungan.
Lingkungan adalah lokasi dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang
dibutuhkan. Faktor lingkungan dapat dikelompokan dalam tiga kelompok, lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya Depkes, 2003.
Apabila satu atau beberapa faktor lingkungan yang diperlukan oleh nyamuk terbatas atau berlimpah, maka nyamuk itu tidak dapat mempertahankan hidupnya.
Jadi dalam keadaan minimum atau maksimum yang dapat ditoleransi oleh nyamuk maka nyamuk itu dapat hidup. Bila faktor-faktor tersebut dalam keadaan optimum
maka dapat menghasilkan kehidupan yang baik bagi nyamuk Depkes, 2003.
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaruh tempat atau lokasi terjadinya penularan suatu penyakit yang ditularkan oleh vektor ditentukan oleh kekhususan topografi tempat, adanya vektor dengan
lingkungan yang cocok. Berdasarkan tempat atau lokasi terhadap penyakit yang ditularkan oleh vektor maka perlu diperhatikan pembagian zoogeografi,
ketinggian tempat, letak geografis tempat, susunan geologi dan besar atau luas tempat.
b. Pengaruh iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya dan angin. Nyamuk dapat bertahan
hidup dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai di bawah suhu kritis dan pada suhu yang sangat
tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologinya. c. Pengaruh tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan nyamuk antara lain sebagai
tempat meletakkan telur, tempat berlindung, dan tempat mencari makan bagi jentik dan tempat hinggap istirahat nyamuk dewasa selama menunggu siklus
gonotropik. Selain itu adanya suatu jenis tumbuhan atau berbagai jenis tumbuhan pada suatu tempat dapat dipakai sebagai indikator memperkirakan adanya jenis-
jenis nyamuk tertentu. Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di
suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Penularan Penyakit Malaria