kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktifitas atau kegiatan dari program pemerintah.
B. Model- model Implementasi Kebijakan
Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan
tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi
kebijakan. Sekalipun banyak dikembangkan model model yang membahas tentang
implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relative baru dan banyak mempengaruhi
berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli. Berikut beberapa model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :
a. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang disebut sebagai model proses implementasi kebijakan
Menurut Meter dan Horn ada enam variable yang mempengaruhi kinerja implementasi
17
, yakni : 1.
Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat
direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
17
A. G Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 99
Universitas Sumatera Utara
multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.
2. Sumberdaya
Kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia human resources
maupun sumberdaya non-manusia non-human resource. Dalam berbagai kasus Program Jaring Pengaman Sosial JPS untuk
kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksanaan.
3. Hubungan antar Organisasi
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4.
Karakteristik agen pelaksana Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur
birokrsi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu
program. 5.
Kondisi sosial, politik dan ekonomi Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;
Universitas Sumatera Utara
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : a respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; b kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan; dan
c intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Sumber :Subarsono 2005 : 99
Komunikasi antarorganisasi dan
kegiatan pelaksanaan
Ukuran dan tujuan organisasi
Sumber daya Lingkungan ekonomi dan politik
Karakteristik badan pelaksana
Disposisi pelaksana
Kinerja Implementasi
Universitas Sumatera Utara
b. Model Edward
18
George Edward II, menegaskan bahwa ada empat variable yang mempenagruhi implementasi kebijakan publik :
1 Komunikasi
Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni:
a. Transmisi
Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk
pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana keputusan-
keputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan yang dikeluarkan.
Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah- perintah implementasi. Pertama, pertentangan pendapat pelaksana dengan
pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Hal ini terjadi karena para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan
dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan
ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan.
b.Konsistensi Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan
harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsurkejelasan,
18
A. G Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 90
Universitas Sumatera Utara