Analisis Pengolahan Site

C. Analisis Pengolahan Site

1. Pencapaian

Dalam melakukan analisis pencapaian pada fasilitas Taman makam Vertikal ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu arah lalulintas jalan, bagian site yang berdekatan dengan jalan raya, dan orientasi entrance masuk.

Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa Site terbagi menjadi dua bagian yaitu site bagian barat dan site bagian timur sehingga terdapat dua bagian site yang berdekatan dengan jalan. Agar site dapat mengakomodir pengunjung dari arah Jakarta Pusat (dari arah selatan) dan arah Jakarta Utara (dari arah utara), maka entrance juga terbagi menjadi dua untuk mengakomodir masing masing bagian site. Entrance pada site bagian barat mengakomodir pengunjung dari arah selatan dan entrance pada site bagian timur mengakomodir pengunjung dari arah utara. Agar arus kendaraan dari arah utara ke selatan dapat mencapai site yang berada di bagian barat dengan lancar maka perlu disediakan jalur penghubung kedua jalan. Sedangkan pengunjung dari arah selatan ke utara

Gambar 4.4 Analisis Pencapaian

Arah dari Jakarta Pusat

Arah dari Jakarta Utara

Jalur Penghubung

yang ingin mencapai site di bagian timur dapat memanfaatkan perempatan di sebelah utara site untuk berputar.

2. Zonning

Area Taman Makam Vertikal merupakan fasilitas publik sehingga sebagian besar kegiatan yang diwadahi adalah untuk kepentingan publik. Sehingga enentuan zonning terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut

a. Zona Publik, merupakan area dapat diakses dengan leluasa dari ruang luar dan mewadahi semua kegiatan user publik

b. Zona Semi Publik, merupakan area pelayanan kepada user publik

c. Zona Privat,merupakan zona kerja khusus pengelola dan user publik tidak diperkenankan untuk memasukinya kecuali memiliki kepentingan khusus

Zona Publik berada pada lapisan terluar karena merupakan zona yang berfungsi sebagai akses dari ruang luar dan memiliki luasan terbanyak. Zona Semi publik berada di antara zona publik dan privat karena berfungsi sebagai area pelayanan yang harus menghubungkan pengelola dan publik. Zona Privat berada pada pusat zonning agar pelayanan dari pusat dapat menyebar dengan mudah. Sehingga zonning pada Taman Makam Vertikal ini memiliki pola lingkaran memusat dengan tiga lapisan zona berturut turut dari luar zona publik, zona semi publik, dan zona privat.

Arah Pelayanan Pengelola

Zona Privat

Gambar 4.5 Analisis Zona Kegiatan

Zona Semi Publik

Zona Publik

Ruang Luar

Arah Kepentingan Publik

3. Respon Bangunan Terhadap Matahari

Indonesia merupakan negara yang terletak pada wilayah yang beriklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Hal ini mengakibatkan intensitas cahaya matahari yang menyinari permukaan wilayah memiliki intensitas yang lebih besar. Penyinaran matahari ini memiliki potensi positif yang perlu dimanfaatkan dan potensi negatif yang perlu ditanggulangi. Pada analisis respon bangunan Taman makam Vertikal terhadap matahari terdapat empat aspek yang perlu diperhatikan, yaitu

a. Pemanfaatan potensi energi matahari sebagai alternatif energi

b. Pemanfaatan potensi matahari untuk penyinaran tanaman

c. Penanggulangan efek glare dan sinar matahari pada kegiatan taman

d. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dan penanggulagan glare dalam ruangan

Respon

Dengan mengacu prinsip pemanfaatan teknologi modern dan energi mandiri, energi matahari dapat diolah menjadi salah satu energi alternatif dengan menggunakan bantuan solar panel. Agar dapat menghasilkan energi yang maksimal maka solar panel harus menyerap intensitas sinar matahari yang relatif konstan, namun efek dari rotasi bumi mengakibatkan matahari seolah olah berputar dengan arah lintasan dari timur ke barat. Solar panel umumnya dipasang pada posisi konstan dan dihadapkan pada arah datangnya intensitas matahari terbesar saja dan hal tersebut hanya terjadi beberapa waktu saja (tidak dapat dilakukan dari pagi sampai sore).

Gambar 4.6 Analisis Matahari

UTARA

Pagi

Siang

Sore

Pendekatan arsitektur pragmatik utopian senantiasa berusaha menemukan suatu inovasi pada elemen-elemen arsitektur dan memberinya nilai lebih pada pemanfaatan. Dengan prinsip omaginatif logis dan inovasi maka Solar panel yang selama ini dipasang pada posisi konstan dapat ditingkatkan dengan tambahan sensor matahari dan mesin penggerak sehingga solar panel senantiasa dapat menghadap arah datangnya intensitas matahari terbesar dan mengikuti pergerakannya layaknya bunga matahari yang senantiasa menghadap arah datangnya sinar matahari. Dengan demikian output energi dari pemanfaatan solar cell ini dapat maksimal.

Fasilitas ini merupakan suatu taman makam sehingga didominasi oleh unsur vegetasi. Untuk melakukan fotosintesis vegetasi membutuhkan cahaya matahari. Sehingga diusahakan cahaya matahari dapat menyinari vegetasi secara keseluruhan. Sehingga bentukan bangunan hendaknya dilengkapi

Gambar 4.8 Analisis Penyinaran Matahari pada Vegetasi

Gambar 4.7 Analisis Inovasi Solar Cell

Sensor + penggerak

Sensor + penggerak

Sensor + penggerak

dengan celah celah agar cahaya matahari dapat menjangkau vegetasi yang digunakan untuk melakukan fotosintesis.

Sebagai taman fasilitas ini memerlukan suatu peneduh agar user taman dapat merasa nyaman dan tidak terganggu dengan intensitas sinar matahari yang berlebihan. Untuk meningkatkan kesan alami maka fasilitas ini hendaknya didominasi oleh vegetasi sehingga sinar matahari yang sifatnya mengganggu ini dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan barier vegetasi. Tak hanya nyaman

karena akan tercipta shading namun O 2 hasil fotosintesis dari vegetasi juga menyegarkan udara sekitar.

Dari pagi sampai sore hari matahari seolah olah bergerak dengan garis lintas dari timur ke barat. Cahaya ini dapat dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami dalam ruangan. Untuk mendapatkan pencahayaan yang optimal arah hadap dari bukaan bangunan hendaknya tidak menghadap frontal terhadap arah datang dan tidak pula menghindari arah datangnya sinar matahari namun menghadap di antaranya, sehingga arah bukaan cenderung dihadapkan pada posisi serong dari arah datangnya sinar matahari yakni pada arah tenggara-barat laut atau barat daya - timur laut. Meskipun optimal namun posisi ini dapat beresiko timbulnya glare yang mengganggu sehingga dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan teknologi electrochromic smart window, yaitu bukaan dengan kaca yang dapat mengatur intensitas matahari yang melewatinya. Pengaturan intensitas matahari ini terjadi karena pergerakan ion ion pada material electrochromic yang diatur oleh komputer.

Gambar 4.9 Electrochromic Smart Window

Sumber : HowStuffWorks.com

4. Respon Bangunan Terhadap Angin

Sejauh tiga kilometer ke arah utara merupakan Laut Jawa, sehingga angin dominan relatif bertiup pada arah utara-selatan karena perbedaan tekanan udara di darat dan di laut. Angin yang bertiup pada siang hari merupakan angin laut yang mengalir dari arah utara ke selatan, sedangkan pada malam hari merupakan angin darat yang mengalir dari arah selatan ke utara. Kecepatan angin di area ini relatif tinggi antara 7-10m/s dan kecepatan ini akan semakin bertambah pada tempat yang lebih tinggi karena angin dapat bertiup tanpa terhalang oleh massa bangunan. Angin merupakan termasuk energi kinetik yang memiliki potensi positif yang dapat dimanfaatkan dan potensi negatif yang perlu ditanggulangi.

Pada analisis respon bangunan Taman Makam Vertikal terhadap angin terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu pemanfaatan potensi energi kinetik angin untuk alternatif energi dan penanggulangan potensi negatif tekanan angin pada bangunan.

Potensi energi kinetik dari angin dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber penyediaan alternatif energi dengan menggunakan wind turbin. Kincir angin yang berputar karena tiupan angin akan menggerakkan generator yang menghasilkan energi listrik. Selama ini wind turbin diletakkan secara konstan dan dihadapkan pada arah datangnya angin dominan saja padahal angin merupakan salah satu bentuk energi yang bergerak dan dapat berubah arah.

Gambar 4.10 Analisis Angin

3km ke arah utara dari site merupakan laut jawa

Angin Darat

Angin Laut

Sehingga kincir angin hanya bergerak maksimal pada waktu waktu tertentu karena tidak dapat mengikuti arah datangnya angin dominan. Pada site terpilih angin dominan yang melintas adalah angin darat dan angin laut dengan arah yang konstan secara periodik yaitu bertiup dari selatan ke utara pada malam hari dan bertiup dari utara ke selatan pada siang hari. Sehingga wind turbin pada fasilitas ini perlu dihadapkan pada arah utara-selatan. Agar wind turbin ini dapat berputar maksimal selama 24 jam dan menghasilkan energi yang maksimal maka perlu inovasi wind turbin yang dapat berputar baik diterpa angin dari arah utara maupun arah selatan.

Sebagai suatu fasilitas taman makam yang memiliki unsur refreshing maka wind turbin hendaknya juga menjadi suatu elemen estetika sesuai dengan prinsip manfaat ganda. Bila suatu titik warna bergerak memutar secara cepat maka akan membentuk suatu lingkaran warna sesuai arah putaran. Warna secara visual memberi kesan yang menyenangkan bagi yang melihat namun secara tersirat warna juga dapat memberi pengaruh secara tidak langsung. Warna juga memiliki beberapa filosofi seperti warna kuning menggambarkan harapan dan optimis, merah menggambarkan kekuatan dan kehangatan, biru menggambarkan teknologi, spiritualitas, dan menenangkan, hijau menggambarkan alami dan kesuburan, ungu dan jingga menggambarkan spiritualitas dan ramah (Adek, (2010), Memaknai Warna Dalam Sebuah Desain, http://www.abangadek- adv.com, diakses pada 30 Juni 2012). Dari filosofi tersebut warna yang sesuai dengan fasilitas ini antara lain warna biru karena menggambarkan teknologi, ketenangan, dan spiritualitas, warna jingga dan ungu karena menggambarkan spiritualitas dan ramah. Sehingga kincir dapat dilengkapi lampu LED yang hemat energi dengan warna dominan jingga, ungu, biru, dan gradasi warna pelangi yang tidak begitu dominan untuk menghubungkan ketiga warna tersebut.

Gambar 4.11 Analisis Turbin

Diam

Bergera

Angin merupakan energi kinetik yang bergerak dan menimbulkan tekanan bila terhalang sesuatu. Pada intensitas yang tinggi tekanan ini sangat mempengaruhi struktur bangunan karena memberi tekanan dari arah horisontal sehingga perlu bentukan massa bangunan yang aerodinamis sehingga angin dapat mengalir melewati bangunan dengan lancar tanpa memberi tekanan pada struktur bangunan. Selain itu arus angin yang terhalang oleh sesuatu dapat menimbulkan turbulensi angin yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Angin yang menerpa permukaan yang rata dan luas akan cenderung memberi tekanan yang tinggi terhadap permukaan tersebut. Bentuk yang dapat mengalirkan angin tanpa memberi suatu tekanan pada permukaan adalah bentuk kurva atau lengkung. Sehingga bentukan bangunan hendaknya didominasi bentuk lengkung agar angin dapat mengalir dengan lancar.

5. Respon Bangunan Terhadap View

Analisis respon bangunan terhadap view pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu pemaksimalan potensi tampilan lingkungan sekitar sebagai view keluar site dan peemaksimalan view ke dalam site untuk mengekspos keseluruhan fasilitas.

permukaan rata

Gambar 4.12 Analisis Aliran Angin pada Permukaan

permukaan lengkung

View ke luar

View ke dalam

UTARA

Lingkungan sekitar site merupakan jalur hijau yang banyak dipenuhi vegetasi. Di kota besar seperti di Jakarta tampilan hijau dari vegetasi merupakan suatu hal yang jarang ditemui sehingga hal tersebut bisa menjadi suatu view yang sangat menarik untuk dipandang, apalagi pada ketinggian tertentu. Sehingga bentukan massa bangunan hendaklah berbentuk melingkar sehingga user dapat mengamati suasana sekitar ke segala arah dengan leluasa.

Fasilitas Taman Makam Vertikal sebagai suatu pengingat kematian perlu diekspos secara maksimal kepada masyarakat. Agar mudah dilihat oleh khalayak ramai maka keseluruhan bangunan haruslah menjadi suatu point of interest dengan mendesain bangunan dengan prinsip bentukan yang dinamis dan skala yang monumental. Dengan ukuran yang monumental, fasilitas ini dapat terlihat dari jarak yang relatif jauh. Bentukan dinamis yang unik akan menarik perhatian orang yang melihat dan memunculkan suatu rasa penasaran untuk mengetahui lebih jauh sehingga akan menarik pengunjung untuk mengamati lebih dekat.

D. Analisis Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap

1. Tampilan bangunan

Pada analisis tampilan bangunan pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu tampilan eksterior bangunan secara keseluruhan dan tampilan interior bangunan.

Gambar 4.14 Analisis Pemaksimalan View

View ke luar

View kedalam

Keseluruhan bangunan sebagai

Point of Interest

Fasilitas Taman Makam Vertikal merupakan suatu fasilitas mix use antara taman publik dan pemakaman terpadu yang memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Di satu sisi taman publik merupakan tempat yang ramai, menyenangkan, cenderung bebas sedangkan pemakaman merupakan tempat yang sepi, sedih, dan cenderung dibatasi dengan aturan. Kedua hal yang berbeda tersebut dipadukan dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian dengan menggabungkan potensi dari masing masing aspek dan menyelaraskannya. Penyelarasan tersebut dilakukan dengan memaksimalkan potensi positif untuk menutupi aspek aspek negatif dari kedua fungsi yang dipadukan. Maka didapatkan suatu fasilitas Taman Makam Vertikal yang memiliki tampilan eksterior dengan kesan kesan yang inovatif seperti

Ekspos Monumental

Relatif banyak dikunjungi masyarakat

Terdapat

Pedestrian

Secara audio cenderung tenang dan teratur

Plumeria (kamboja) Terkesan menarik

dan menyenangkan

Terdapat pelayanan

pendukung pemakaman

Ekspos

Dominasi vegetasi

bunga

Merupakan tempat

berziarah

Didukung elemen

taman

Teknologi

Relatif banyak

dikunjungi masyarakat

Terkesan menarik dan menyenangkan

Tempat untuk

Secara audio relatif

ramai

Dominasi vegetasi

bunga

Didukung elemen

taman

Kegiatan cenderung

bebas

Karakter Pemakaman Karakter Taman Publik

Relatif sepi

Terkesan angker dan

menakutkan

Terdapat petak

makam

Merupakan tempat

berziarah

Secara audio

cenderung tenang

Terdapat pelayanan pendukung pemakaman

Kegiatan dibatasi

Plumeria (kamboja)

Arsitektur Pragmatik Utopian

Inovasi Teknologi

Inovasi Karakter

Kedua kegiatan teratur dan saling menyesuaikan

Terdapat petak makam

Tempat untuk

berinteraksi

Monumental Monumental

b. Seperti yang terlihat pada bagan 4.11, fasilitas taman makam hendaknya diekspos secara maksimal kepada masyarakat sebagai suatu sarana pengingat kematian secara tersirat dan menarik, karena selama ini pemakaman sebagai pengingat kematian jarang sekali diekspos ke publik dan dianggap sebagai suatu hal yang tabu sehingga orang jarang mengunjungi pemakaman (pengingat kematian) sehingga cenderung lupa akan datangnya kematian. Dengan tampilan yang menarik diharapkan dapat menggiring masyarakat untuk mengunjungi taman makam dengan frekuensi yang lebih besar sehingga secara halus mendekatkan masyarakat pada pemakaman (pengingat kematian ) dan senantiasa ingat dan takut pada datangnya kematian.

b. Mengakomodir kegiatan taman publik yang bebas namun mendorong user untuk senantiasa teratur (dibatasi etika memasuki area pemakaman),

Bagan 4.11 Analisis Tampilan Pengingat

Tampilan makam menakutkan & angker secara visual

Orang menjauhi

Orang lupa akan

kematian

Orang tak takut datangnya kematian

Tampilan Menarik dan diekspos secara visual

Masyarakat tertarik mengunjungi taman

makam dengan frekuensi lebih besar

Masyarakat lebih

dekat dengan

pemakaman (pegingat kematian)

Masyarakat diingatkan secara halus (tersirat) untuk senantiasa ingat

dan takut pada datangnya kematian

Pragmatik Utopian

karena selama ini kegiatan taman publik berjalan dengan bebas tanpa aturan sehingga taman publik kerap kali disalahgunakan untuk kegiatan negatif dan sering terjadi vandalisme

c. Memiliki atmosfer suasana yang menyenangkan, menjadi sarana refreshing, dan mampu mengurangi rasa sedih dari keluarga duka maupun pengunjung yang lain, karena selama ini pengelolaan makam yang kurang teratur membuat pemakaman memiliki image yang buruk di mindset masyarakat

d. Memiliki tampilan yang menarik dan terlepas dari kesan pemakaman yang angker dan mencekam, karena selama ini makam dianggap oleh masyarakat sebagai suatu tempat yang angker dan menakutkan

e. Mengekspos bentukan massa dengan skala monumental, bentukan massa yang unik, dan mengekspos penggunaan teknologi modern dan inovasi, karena selama ini pemakaman kurang diangkat dalam dunia arsitektur sehingga jarang sekali adanya desain inovatif pada arsitektur pemakaman

f. Memaksimalkan suasana alami dengan dominasi unsur vegetasi pada bangunan, karena taman dan makam identik dengan lansekap yang alami

Eksterior dan interior suatu bangunan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Maka tampilan interior pada fasilitas Taman makam Vertikal ini perlu diselaraskan dengan tampilan eksteriornya. Tampilan interior perlu didominasi oleh unsur vegetasi untuk menguatkan kesan alami dalam ruangan. Kesan monumental dari interior dapat dikuatkan dengan langit langit yang relatif tinggi dan dominasi partisi non masiv agar ruangan terlihat lebih luas. Mengekspos sebagian struktur bangunan sebagai elemen estetika bangunan.

Gambar 4.16 Tampilan Interior

2. Tata Massa Bangunan

Dari gambar 4.17 terlihat bahwa site terbelah menjadi dua bagian yaitu di sebelah timur jalan dan di sebelah barat jalan sehingga fasilitas ini terbagi menjadi dua massa utama (massa jamak). Untuk kemudahan sirkulasi maka kedua massa perlu dihubungkan satu sama lain.

Proses pembentukan massa pada arsitektur pragmatik utopian cenderung mengutamakan aspek filosofis daripada suatu bentukan yang komunikatif. Dengan proses filosofis maka akan mendorong orang yang melihat menjadi penasaran dan berusaha menafsirkan bentukan bangunan. Proses tersebut membuat orang untuk mengamati dan merasakan lebih dekat sehingga akan menjadi suatu sarana penarik pengunjung.

Fasilitas Taman Makam Vertikal ini secara tersirat merupakan sarana pengingat kematian pada masyarakat. Pengingat kematian secara tersirat identik dengan sifat gelombang yang menyebar dan mempengaruhi tanpa terlihat oleh mata kepala. Sehingga bentukan massa fasilitas ini mengambil

UTARA

Gambar 4.17 Analisis Tata Massa

Massa 2

Massa 1

Gambar 4.18 Gelombang Gambar 4.18 Gelombang

Gelombang terdiri dari dua bagian yaitu pusat sumber gelombang dan gelombang yang senantiasa menyebar dan meluas dari pusat gelombang ke arah luar. Kedua bagian tersebut ditansformasikan menjadi fisik bangunan dengan bentukan yang dinamis dan didominasi oleh lengkungan. Pusat gelombang yang menjadi inti penggerak gelombang ditransformasikan menjadi bentukan fisik bangunan pengelola yang menjadi pusat penggerak dari keseluruhan kegiatan pada fasilitas. Sedangkan gelombang merupakan bagian yang menyebar dan mempengaruhi sehingga ditransformasikan menjadi bangunan fisik dari taman makam vertikal. Mayoritas pemakaman di Jawa dipengaruhi oleh ajaran Islam (bersifat universal) yang berorientasi pada arah utara selatan agar jenazah menghadap ke kiblat, orientasi tersebut juga perlu diangkat dalam pembentukan massa dari fasilitas taman makam vertikal ini. Walaupun sifat gelombang dapat menyebar dan meluas sampai tak terhingga, namun bangunan dibatasi oleh site yang tersedia sehingga perwujudan fisik dari gelombang hendaknya juga memperhatikan luasan site yang ada.

3. Tata Lansekap

Analisis tata lansekap pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu

a. Pola Sirkulasi pedestrian

b. Sirkulasi Vertikal

c. Tata petak makam makam dan vegetasi

d. Elemen taman Jalur pedestrian pada area taman umumnya memiliki jalur sirkulasi yang simple, dinamis, dan mengarahkan user untuk menikmati suasana sekitar sambil mengelilingi keseluruhan lansekap taman. Pola sirkulasi pada pendekatan arsitektur pragmatik utopian cenderung mengikuti bentukan dari massa bangunan yang bersifat dinamis. Dengan mengikuti bentukan massa bangunan maka pola sirkulasi dapat mengarahkan user untuk mengelilingi keseluruhan lansekap. Sehingga pola sirkulasi pada fasilitas Taman Makam

Vertikal ini mengikuti bentukan massa dinamis yang mengambil analogi filosofi lingkar gelombang dan memperhatikan arah orientasi utara- selatan.

Fasilitas ini merupakan area taman makam dengan sistem vertikal sehingga selain sirkulasi horisontal juga harus diperhatikan aspek sirkulasi vertikal. Sebagai taman publik harus bersifat democratic, yaitu dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi termasuk kalangan difabel yang memiliki keterbatasan. Kalangan difabel memerlukan bantuan khusus untuk menjangkau suatu tempat terutama pada ketinggian yang berbeda. Sebagai taman makam, fasilitas ini juga harus menyediakan jalur sirkulasi untuk pengusungan jenazah. Proses pengusungan jenazah bukanlah suatu kegiatan yang mudah dilakukan karena beban jenazah yang relatif berat, tidak boleh jatuh, keadaaan jenazah harus stabil, dan secara adat harus dilakukan secara manual diusung oleh manusia. Oleh karena itu proses pengusungan jenazah juga memerlukan suatu bantuan khusus untuk menjangkau tempat pada ketinggian lantai yang berbeda. Saat ini terdapat berbagai alat bantu dalam pencapaian sirkulasi vertikal seperti tangga, eskalator, ram, elevator dan lain sebagainya. Dari beberapa alternatif sirkulasi vertikal tersebut tentunya memiliki konsekuensi masing masing dalam menggunakannya, tangga memerlukan usaha ekstra saat menaikinya, eskalator memang berjalan dengan otomatis namun memerlukan keseimbangan saat menaikinya, ram mudah dilewati namun memerlukan banyak lahan dan jarak tempuh menjadi jauh, dan elevator memberi kemudahan namun memerlukan perawatan yang rutin dan energi listrik. Pendekatan arsitektur pragmatik utopian menekankan prinsip inovasi, teknologi modern, manfaat ganda, dan dominasi unsur publik sehingga elevator merupakan alternatif yang dapat digunakan. Untuk masalah perawatan dan penyediaan energi dapat didukung oleh aspek yang lain. Selain pola sirkulasi yang digunakan untuk kegiatan utama, suatu fasilitas tentunya juga harus menyediakan pola sirkulasi darurat pada saat terjadi suatu bencana. Pola sirkulasi ini bersifat manual dan mudah diakses kapan saja. Sehingga pola sirkulasi vertikal juga harus dilengkapi dengan tangga darurat.

Selama ini penataan petak makam kebanyakan menggunakan dengan sistem grid baik itu grid yang teratur maupun tidak teratur. Hal tersebut menimbulkan suatu kebosanan dan tampilan yang statis. Sehingga agar lebih menarik pola petak makam hendaknya ditata dengan prinsip inovasi, pola yang dinamis, dan filosofis. Agar pola petak makam unity terhadap pola sirkulasi dan bentukan massa yang dinamis, maka pola petak makam juga ditata bendasarkan filosofi lingkar gelombang yang didominasi unsur lengkungan dan juga memperhatikan orientasi utara selatan.

Kebanyakan petak makam di Indonesia ditandai dengan nisan dan diplester dengan semen. Hal tersebut dilakukan tak hanya sebagai penanda saja namun juga sebagai penutup tanah agar petak makam tidak ditumbuhi oleh rumput liar. Bila dilihat lebih dalam hal tersebut memiliki lebih banyak nilai negatif seperti dengan tidak munculnya rumput liar maka keluarga jarang melakukan ziarah, nisan apabila tidak dibersihkan dengan teratur maka akan timbul lumut yang membuat tampilan makam menjadi tidak bagus, sulit untuk melakukan re-use petak makam, peresapan air dapat terganggu, dan lain sebagainya. Sehingga dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian melakukan inovasi untuk mengganti nisan dengan area vegetasi sebagai elemen estetika taman. Dengan digunakannnya vegetasi sebagai penanda petak makam maka mendorong keluarga untuk berziarah dan bertanggungjawab menjaga tanaman pada petak makam, peresapan air dapat berlangsung dengan lancar, dapat dilakukan re-use pemakaman, kegiatan simbolik tabur bunga dapat diganti menjadi kegiatan siram air yang lebih fungsional karena merupakan salah satu tindakan merawat taman.

Gambar 4.19 Petak Makam

Utara

Vegetasi pada petak makam selain menjadi suatu elemen estetika hendaknya menggunakan prinsip manfaat ganda supaya lebih fungsional. Salah satu hal yang mengganggu pada area taman adalah serangga seperti nyamuk yang beresiko mengganggu user. Taman sebagai area untuk melakukan refreshing dan olahraga hendaknya dapat memproduksi udara segar yang senantiasa menyehatkan user . Sehingga inovasi pemilihan vegetasi untuk pengisi petak makam dapat dibedakan menjadi dua jenis , yaitu

a. Tanaman anti serangga & aroma terapi Pemanfaatan tumbuhan lavender, serai wangi, akar wangi, zodia, dan geranium di area Taman Makam Vertikal dapat mencegah serangga sekaligus memberikan aroma terapi yang menciptakan suasana yang menenangkan user di dalamnya. Aroma ini timbul dari gesekan antara daun atau bunga. Semerbak aroma akan ditebarkan dengan bantuan angin. Tanaman ini merupakan tanaman menahun dan dapat hidup di wilayah tropis Indonesia.

b. Tanaman penjernih udara Pemanfaatan tumbuhan Areca palm, lady palm, bamboopalm, rubber plant, dracaena, english ivy, dwarf date palm, ficus ali, boston fern, dan peace lily sebagai elemen vegetasi taman yang sudah diteliti oleh NASA Amerika

Serikat sebagai tumbuhan penjernih udara yang tak hanya menyarap CO 2 dan menghasilkan O 2 namun juga menyerap toksin pada udara sekitar. Tanaman tanaman tersebut merupakan tanaman rumpun palmae yang hidup di indonesia dan biasa digunakan sebagai elemen vegetasi taman.

Gambar 4.20 Vegetasi

Arsitektur pragmatik utopian menekankan prinsip inovasi, manfaat ganda, imaginatif-logis,dan dominasi publik. Layaknya suatu evolusi, elemen taman pun juga dapat berevolusi dan beradaptasi menyesuaikan kebutuhan dari user publik, dalam hal ini adalah sebagai taman publik dengan kebutuhan dominan akan permainan, olahraga, dan refreshing. Sehingga elemen taman pada Taman Makam Vertikal merupakan inovasi dari hasil evolusi elemen taman yang beradaptasi pada kebutuhan olah raga, bermain, dan refreshing. Elemen ini ini dapat berupa lampu taman sekaligus latdown pull, pedestrian sekaligus permainan meniti, kursi taman sekaligus ayunan, lampu taman sekaligus ayunan, dan lain sebagainya