dapat dilepaskan kembali.
118
B. Kedudukan Lembaga Penjamin Simpanan dalam Sistem Perbankan Nasional
Dalam menjalankan usaha bank biasanya hanya menyisakan sebagian kecil dari simpanan yang diterimanya untuk berjaga-jaga
apabila dialokasikan untuk pemberian kredit.
1. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan
Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. LPS
dibentuk oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang kemudian diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Didalam undang-undang ini diharapkan dapat memelihara kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan dan dapat meminimalkan risiko yang membebani anggaran negara atau resiko yang menimbulkan moral hazard.
119
Menurut ketentuan pada Pasal 4 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan, fungsi LPS adalah:
120
a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan; dan
b. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
dengan kewenangannya. Penjaminan simpanan nasabah penyimpan yang dimaksud dalam huruf a
diatas adalah meliputi penjaminan dalam bentuk yang setara dengan simpanan
118
Ibid.
119
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, penjelasan umum
120
Ibid., Pasal 4
Universitas Sumatera Utara
bank yang menggunakan prinsip syariah. LPS, Mentri Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan LPP juga turut aktif dalam memelihara
stabilitas sistem keuangan sesuai dengan peran, kewenangan, dan tugas masing- masing.
121
Dalam ketentuan Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2004, disebutkan tugas LPS, yaitu:
122
a. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a, LPS mempunyai tugas: a.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan
b. Melaksanakan penjaminan simpanan.
b. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b, LPS mempunyai tugas sebagai berikut: a.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan;
b. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan
penyelesaian Bank Gagal bank resolution yang tidak berdampak sistemik; dan
c. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak
sistemik. LPS merumuskan dan menetapkan kebijakan yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik setelah dinyatakan oleh LPP sebagai tidak dapat disehatkan lagi berdasarkan
kewenangan yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan penyelesaian Bank Gagal atau dalam istilah perbankan disebut resolusi bank bank resolution adalah:
123
1. menyelamatkan Bank Gagal; atau
2. tidak menyelamatkan Bank Gagal.
121
Ibid., Penjelasan Pasal 4
122
Ibid., Pasal 5
123
Ibid., Penjelasan Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
Mengenai wewenang Lembaga Penjamin Simpanan telah dijabarkan dalam ketentuan Pasal 6 Undang-undang LPS yang mengatakan:
124
1 dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, LPS mempunyai wewenang sebagai berikut: a.
menetapkan dan memungut premi pinjaman; b.
menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta;
c. melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS;
d. mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,
laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank;
e. melakukan rekonsiliasi, verifikasi, danatau konfirmasi atas data
sebagaimana dimaksud pada huruf d; f.
menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim; g.
menunjuk, menguasakan, danatau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan danatau atas nama LPS, guna
melaksanakan sebagian tugas tertentu; h.
melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan; dan
i. menjatuhkan saksi administratif.
2 LPS dapat melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal
dengan kewenangan: a.
Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS;
b. Menguasai dan mengelola asset dan kewajiban Bank Gagal yang
diselamatkan; c.
Meninjau ulang, membatalkan mengakhiri, danatau mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan
dengan pihak ketiga yang merugikan bank; dan d.
Menjual danatau mengalihkan asset bank tanpa persetujuan debitur danatau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, LPS dapat meminta data, informasi, danatau dokumen kepada pihak lain. Dan setiap pihak yang dimintai
data, informasi, danatau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatas wajib untuk memberikannya kepada LPS.
125
124
Ibid., Pasal 6
125
Ibid., Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
2. Kedudukan Lembaga Penjamin Simpanan dalam Sistem Perbankan Nasional
Lembaga Penjamin Simpanan merupakan badan hukum yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
126
Sejak mulai beroperasinya Lembaga Penjamin Simpanan pada 22 September 2005, banyak pihak yang melihat LPS ini hanya dari sisi fungsinya
saja. Pada umumnya, LPS hanya dipersepsikan sebagai lembaga penjamin simpanan dengan cara memungut premi dan mengeluarkan tingkat Suku Bunga
Penjaminan SBP. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi terhadap LPS itu sendiri.
127
Padahal sesuai dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah
penyimpan, dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
128
Bahkan begitu strategisnya, LPS dalam pertanggung jawabannya langsung kepada Presiden
129
Untuk mewujudkan amanat sesuai dengan Pasal 4 UU LPS, maka LPS mempunyai tugas untuk merumuskan dan
menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas perbankan, dan merumuskan, menetapkan dan melaksanakan penanganan bank gagal baik
yang berdampak sistemik maupun tidak sistemik.
130
126
Ibid., Pasal 2
Oleh karena kedudukannya yang strategis, maka sesuai dengan UU LPS yang menyatakan bahwa setiap bank
yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi
127
http:www.lps.go.idv2home.php?link=publikasipub_id=24 , diakses tanggal 20
Oktober 2013
128
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 4
129
http:www.lps.go.idv2home.php?link=publikasipub_id=24 , diakses tanggal 20
Oktober 2013
130
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
peserta penjaminan. Tidak termasuk dalam program penjaminan menurut UU tersebut adalah Bank Kredit Desa.
131
Keberadaan LPS juga merupakan bagian dari kelengkapan instrumen pemerintah dalam rencana untuk menciptakan jaring pengamanan perbankan
sekaligus pengamanan sistem keuangan. Untuk jaring pengaman perbankan banking safety net dilakukan melalui program penjaminan dan penanganan bank
gagal, sementara sebagai pengaman sistem keuangan safety net diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan surplus dan akumulasi premi yang diinvestasikan di
SBI Surat Bank Indonesia dan SUN Surat Utang Negara. Dengan adanya modal dan akumulasi yang sudah dimiliki akan memberikan peluang bagi LPS
untuk memainkan peran sebagai market maker baik di pasar primer maupun sekunder pasar surat-surat berharga tersebut.
132
Keberadaan LPS sangat terkait dengan fungsi LPS jika dihubungkan dengan industri perbankan di Indonesia. Dengan munculnya LPS di Indonesia,
maka bank-bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Indonesia dapat terlindungi karena semuanya telah menjadi peserta LPS sebagiamana diatur
didalam UU LPS. Dengan adanya pengaturan didalam UU LPS, maka sudah ada jaminan yang jelas dan pasti kepada nasabah penyimpan masyarakat bahwa
uang yang mereka simpan dan percayakan kepada bank sudah dalam keadaan aman. Demikian pula halnya jika suatu saat ada bank yang mengalami masalah
dan dikategorikan sebagai bank gagal, maka sudah ada sistem dan lembaga yang
131
Ibid., Pasal 8
132
Michel Silaban, Lembaga Penjamin SImpanan Sebagai Salah Satu Sarana Untuk Meningkatkan Public Confidence Dalam Menggunakan Jasa Perbankan, Skripsi sarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2009 hal.. 50.
Universitas Sumatera Utara
akan menanganinya, yaitu LPS. Hal ini tentunya akan tetap menjamin bahwa bank merupakan suatu industri kepercayaan.
133
Dalam menjalankan usahanya, bank biasanya hanya menyisakan sebagian kecil dari simpanan yang telah diterimanya untuk berjaga-jaga apabila
terjadi penarikan dana oleh nasabah. Sementara, bagian terbesar dari simpanan yang ada dialokasikan untuk pemberian kredit. Keadaan yang seperti ini akan
menyebabkan perbankan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar dengan segera atas simpanan nasabah yang dikelolanya bila terjadi penarikan
secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar pula. Keterbatasan dalam penyediaan dana tunai cash ini adalah karena bank tidak dapat menarik segera
pinjaman yang telah disalurkannya. Apabila bank tidak dapat memenuhi permintaan penarikan simpanan oleh nasabahnya, maka nasabah biasanya akan
menjadi panik dan akan menutup rekeningnya yang ada pada bank tersebut sekalipun bank tersebut dalam keadaan sehat. Sedangkan, resiko sistemik terjadi
jika kebangkrutan suatu bank berakibat buruk terhadap bank lain, sehingga menghancurkan segmen terbesar dari sistem perbankan.
134
Kedudukan LPS disini sangatlah penting. LPS dapat mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum. Disamping itu, LPS juga dapat menjadi
pengawas dengan memantau neraca, praktik pemberian pinjaman dan strategi investasi dengan maksud untuk melihat tanda-tanda yang mengarah kepada
kebangkrutan bank. Oleh karena itulah keberadaan LPS sebagai bagian dari sistem perbankan menjadi penting dalam mencegah kepanikan nasabah dengan jalan
133
Ibid.,hal. 50
134
Ibid.,hal. 55
Universitas Sumatera Utara
meyakinkan nasabah tentang keamanan simpanan sekalipun kondisi keuangan didalam bank itu mengalami penurunan.
135
Menurut Rudjito, yang termasuk dalam sistem jaring pengaman sistem keuangan adalah Departemen Keuangan selaku pemegang kekuasaan financial,
Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan selaku pemegang kewenangan mengenai penjaminan simpanan nasabah.
136
Dengan demikian, keberadaan LPS sangat jelas sejalan dengan tujuan API Arsiterktur Perbankan Indonesia yang ingin menciptakan sistem perbankan
nasional yang kuat, bertumbuh, dan sehat. Fungsi LPS dalam menjamin simpanan nasabah bank maupun melakukan penyelamatan bank gagal merupakan bagian
penting dalam Pilar API yang menekankan kepada perlindungan terhadap nasabah perbankan. Selain itu, peran LPS dalam mendukung stabilitas sistem perbankan
juga dapat berkontribusi mendorong pertumbuhan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
137
3. Lembaga Penjamin Simpanan dan Perlindungan Terhadap Nasabah Bank
Lembaga Penjamin Simpanan LPS adalah suatu lembaga yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia dan turut aktif
dalam menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin oleh Lembaga
135
Ibid.,hal. 56
136
Ibid.
137
http:www.lps.go.idv2home.php?link=publikasipub_id=147 , diakses tanggal 20
Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
Penjamin Simpanan maksimum sebesar Rp. 100 juta, maka sisa simpanan akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.
Tujuan kebijakan publik penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan tersebut adalah untuk melindungi simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data
distribusi simpanan per 31 Desember 2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp. 100 juta mencakup lebih dari 98 rekening simpanan. Sejak terjadi krisis
global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan Perpu. No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Rp. 2.000.000.000 Dua Milyar Rupiah.
Perpu ini dapat disesuaikan kembali apabila adanya krisis global meluas ataupun mereda.
138
Pada dasarnya bank mempuyai fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Bank mempunyai fungsi strategis dalam
perekonomian masyarakat melalui perbankan dan akan mempengaruhi perkembangan pembangunan karena dapat mempengaruhi produktifitas
nasyarakat yang tidak memiliki kecukupan modal untuk berproduksi. Bertitik tolak dari posisi strategis tersebut, perbankan di Indonesia dibangun dengan
138
Resi Ananda, Pertanggung Jawaban Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hubungannya Terhadap Nasabah dan Bank, Skripsi sarjana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2011. hal. 69-70
Universitas Sumatera Utara
tujuan untuk menunjang pelaksanaan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
139
Lembaga penjamin simpanan dapat berfungsi untuk mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum. Disamping itu, LPS juga dapat berfungsi
sebagai pengawas yang dilakukan dengan cara memantau neraca, praktik pemberian pinjaman dan strategi investasi dengan maksud melihat tanda-tanda
yang mengarah kepada kebangkrutan bank. Oleh sebab itulah keberadaan LPS sebagai bagian dari sistem perbankan menjadi sangat penting guna mencegah
kepanikan nasabah dengan jalan meyakinkan nasabah tentang keamanan simpanan, sekalipun kondisi keuangan memburuk.
Adapun dampak yang pasti akan terjadi dengan skim peminjaman maksimum Rp. 2 miliar adalah semakin dituntutnya nasabah semakin hati-hati di
satu pihak dan bank agar selalu sehat di lain pihak. Adanya nasabah yang semakin hati-hati dan selektif serta bank yang semakin sehat adalah tujuan utama bagi
regulator dan pemerintah dalam mengelola tatanan perbankan nasional. Hanya dengan pendekatan itulah bank akan semakin dipercaya oleh masyarakat. Oleh
sebab itu, kalangan perbankan harus bisa meyakinkan para nasabahnya agar tetap loyal sekalipun skim peminjaman terbatas.
140
139
Michel Silaban, Lembaga Penjamin Simpanan sebagai Salah Satu Sarana Untuk Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Public Confidence Dalam Menggunakan Jasa
Perbankan, Skripsi Fakultas hukum Unversitas Indonesia, Depok, 2009 hal. 58
140
Dhian Indah, Aspek Hukum Lembaga Penjaminan Simpanan Terhadap Perlindungan Nasabah, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2013, hal. vii
Universitas Sumatera Utara
Peran LPS dalam melindungi kepentingan nasabah yaitu:
141
a. Tahap penyehatan bank
Didalam ketentuan Pasal 37 ayat 1 UU Perbankan, suatu bank yang mengalami kesulitan dalam kelangsungan usaha dapat melakukan
tindakan-tindakan guna penyehatan bank. Salah satu tindakan tersebut adalah meyerahkan pengelolaan kepada pihak lain. Pengelolaan dialihkan
karena bank tersebut insolven. Bank Indonesia dapat mengalihkan pengelolaan bank yang mengalami kesulitan yang dapat membahayakan
usahanya sendiri. Salah satu pihak yang dapat menerima pengalihan pengelolaan bank tersebut adalah Lembaga Penjamin Simpanan karena
LPS sangatlah berkepentingan untuk melindungi simpanan nasabah. Kewenangan LPS ini dimuat dalam bentuk Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Pengalihan pengelolaan dari pengurus bank yang insolven tersebut dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya likuidasi b.
Tahap likuidasi bank Pada saat bank sudah tidak dapat disehatkan maka Lembaga Penjamin
Simpanan memberikan rekomendasi kepada Bank Indonesia untuk mencabut izin usaha, dilakukan pembubaran badan hukum bank maka
Lembaga Penjamin Sipanan dapat berperan untuk menunjukkan Tim Likuidasi atau Lembaga Penjamin Simpanan diberikan peran dalam tahap
141
Dhian Indah, Peran Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah, Humani, Vol 5 No.1, 2012, hal. 7
Universitas Sumatera Utara
likuidasi bank karena Lembaga Penjamin Simpanan menggantikan kedudukan nasabah penyimpan dana.
C. Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Lembaga yang Independen