Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Lembaga yang Independen

likuidasi bank karena Lembaga Penjamin Simpanan menggantikan kedudukan nasabah penyimpan dana.

C. Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Lembaga yang Independen

1. Independensi Lembaga Penjamin Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel. 142 Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, LPS bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 143 Oleh karena itu, kebijakan penjaminan berdampak pada sektor perbankan dan fiskal, maka di dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang berwenang di sektor perbankan dan fiskal. Keberadaan para wakil otoritas dimaksudkan untuk bersama-sama merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung kebijakan sektor- sektor tersebut. Meskipun demikian, pelaksanaan kebijakan tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab dan kewenangan LPS tanpa dapat dicampurtangani oleh pihak manapun. 144 Sebagai lembaga yang independen, akuntabilitas adalah hal yang sangat penting diterapkan sehingga para stakeholders mengetahui apa dan bagaimana LPS menjalankan fungsi dan tugasnya sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam rangka menjalankan fungsi dan tugasnya, LPS memiliki visi yaitu sebagai lembaga penjamin yang dipercaya dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional. Kepercayaan 142 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 2 ayat 3 143 Ibid., Pasal 2 ayat 4 144 Zulkarnain Sitompul, Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan: Pengalaman Mengatasi Krisis,hal. 8 Universitas Sumatera Utara dari masyarakat itu perlu untuk diperjuangkan dengan berbagai karya nyata. Dan dengan cara mengedepankan nilai-nilai integritas, kompetensi kejujuran dan akuntabilitas dalam menjalankan kegiatan operasional LPS sehari-hari. 145 Salah satu upaya strategis dalam menciptakan dan menjaga kepercayaan masyarakat kepada industri perbakan adalah perlunya skim penjaminan simpanan yang dijalankan oleh sebuah lembaga yang independen. Lembaga tersebut didesain merupakan bagian dari jaring pengamanan sistem keuangan yang pembentukannya telah diadopsi banyak negara dalam rangka menciptakan stabilitas sistem keuangan. Apalagi, industri perbankan adalah salah satu sektor yang mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan makin kompleksnya transaksi keuangan serta perdagangan global. 146 Dengan hadirnya LPS diharapkan untuk mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil dengan melakukan program penjaminan simpanan terhadap simpanan nasabah bank yang dilakukan secara independen dan berkesinambungan. Membangun kepercayaan trust publik atas industri perbankan adalah salah satu kunci penting dari upaya menjaga stabilitas perbankan. 147 2. Hubungan Lembaga Penjamin Simpanan dengan Lembaga Lain Dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang LPS, tidak terlepas dari adanya hubungan ataupun koordinasi dengan lembaga lainnya. Didalam Pasal 90 145 Rudjito, Op.cit.,hal. vi 146 Ibid.,hal. xvi 147 Ibid. Universitas Sumatera Utara UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS , mengatur tentang hubungan antara LPS dengan lembaga lain, yaitu: 148 1 Dalam menjalankan tugasnya, LPS dapat bekerja sama dengan organisasi atau lembaga dalam negeri dan luar negeri. 2 LPS dapat bertindak sebagai anggota dari organisasi atau lembaga internasional mewakili Negara Republik Indonesia apabila terdapat ketentuan bahwa anggota dari organisasi atau lembaga internasional tersebut mengharuskan atas nama Negara. Adapun kerjasama yang dilakukan oleh LPS dengan organisasi atau lembaga dalam negeri antara lain dengan instansi pemerintah yang berwenang atau pihak lain yang diperlukan guna memperoleh keterangan dari pihak yang terlibat atau patut diduga terlibat atau mengetahui kegiatan yang merugikan bank 149 Salah satu kerjasama yang dilakukan LPS adalah dengan Kepala PPATK. Kerjasama ini dibuat dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang atau money laundering. Kerjasama ini dituangkan dalam Nota Kesepahaman MoU. Kesepahaman antara LPS dengan PPATK merupakan suatu kebutuhan, terutama dikaitkan dengan pemulihan asset asset recovery atas biaya klaim penjaminan dan penyetoran penyertaan modal sementara. Kerjasama itu sudah dilakukan sejak tahun 2009 silam. Asset recovery ini diharapkan dapat diperoleh dari asset bank yang disalahgunakan atau diduga berasal dari tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pemegang saham, pengurus, pegawai dan atau pihak terafiliasi 148 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 90 149 Ibid., Penjelasan Pasal 90 Universitas Sumatera Utara dengan bank. Kerjasama yang dilakukan antara LPS dengan PPATK ini dapat dilakukan dalam bentuk tukar menukar data dan informasi dalam hal adanya keterkaitan antara pelaksanaan kewenangan LPS dalam pelaksanaan penjaminan simpanan dengan tindak pidanan pencucian uang. Tidak hanya menyangkut tindak pidana money laundering, kerjasama ini juga menyangkut kerjasama soal sosialisasi rezim anti pencucian uang, sosialisasi penjamin simpanan nasabah bank dan kebijakan penyelesaian, penanganan bank gagal, dan pendidikan dan pelatihan dalam rangka penanganan masalah yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang. 150 150 http:economy.okezone.comread2009112020277449redirect , diakses tanggal 20 Oktober 2013 Universitas Sumatera Utara

BAB IV SISTEM KOORDINASI ANTARA OTORITAS JASA

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

DESKRIPSI KEDUDUKAN DAN WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 14 44

KOORDINASI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DAN BANK INDONESIA (BI) DALAM UPAYA PENANGANAN BANK BERMASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

3 32 52

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

KEWENANGAN BANK INDONESIA SETELAH DISAHKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 16

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

Sistem Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Penanganan Bank Gagal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA JASA KEUANGAN SYARI’AH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) - Raden Intan Repository

0 0 95