31
2.1.2. Kontak Bahasa dan Kedwibahasaan
2.1.2.1. Kontak Bahasa
Weinreich 1968 menyatakan bahwa dalam penelitian terkini, dua bahasa atau lebih dikatakan mengalami kontak, jika kedua bahasa tersebut digunakan secara
bergantian oleh seorang penutur. Praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian ini disebut bilingualisme atau kedwibahasaan, sedangkan orang yang melakukan
praktik ini disebut bilingual atau dwibahasawan. Menurut Apeltauer 2001:17, kedwibahasaan bukanlah suatu keadaan yang
statis. Semakin banyak bahasa asing yang telah dipelajari seseorang, semakin besar pula usaha yang harus dilakukan untuk menjaga keterampilan tersebut. Penguasaan
dwibahasawan atas lebih dari satu bahasa sebagai hasil dari kontak bahasa dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan dari kaidah-kaidah suatu bahasa dalam
tuturan dwibahasawan yang disebut sebagai fenomena interferensi . Those instance of deviation from the norms of either language which occur in
the speech of bilinguals as a result of their familiarity with more than one language, i.e. as a result of language contact, will be referred to as INTERFERENCE
pheonomena.
Weinreich 1968 juga mengatakan bahwa interferensi harus dilihat secara
luas tanpa kualifikasi perbedaan tingkatan antara dua bahasa. Dengan demikian, dua system yang berinterferensi dapat saja berupa bahasa, dialek bahasa yang sama, atau
bahkan variasi dari dialek yang sama. Semakin besar perbedaan antara dua system tersebut, maka semakin besar tingkat kesulitan untuk mempelajari sistem tersebut dan
potensi terjadinya interferensi.
Universitas Sumatera Utara
32 Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang
sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa tersebut saling kontak. Terjadinya peristiwa saling kontak ini karena penutur mampu menguasai dan bahasa atau lebih
sehingga di dalam komunikasi dia dapat menggunakan bahasa yang diketahuinya. Rohmana 2000 : 13 mengambil dari Mackey 1977 : 554 memberikan
pengertian kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain baik langsung maupun tidak langsung. Ia membedakan antara kontak bahasa dan
kedwibahasaan, yaitu bahwa kontak bahasa cenderung merupakan gejala bahasa, sedangkan kedwibahasaan lebih cenderung kepada gejala tuturan. Hal ini berarti
bahwa kedwibahasaan terjadi akibat dari kontak bahasa. Suwito 1985 : 39 mengemukakan bahwa kontak bahasa terjadi dalam situasi
kontak sosial, yaitu situasi dimana seseorang belajar bahasa kedua didalam masyarakatnya. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa kontak bahasa
menyebabkan adanya pengaruh terhadap bahasa pertama yang dimiliki dwibahasaan. Berdasarkan pandangan di atas, jelaslah bahwa kontak bahasa meliputi segala
peristiwa persentuhan bahasa. Peristiwa ini mengakibatkan adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dalam kontak sosialnya. Fenomena
semacam ini terjadi pula dalam wujud kedwibahasaan campur kode.
2.1.2.2. Kedwibahasaan