5. Kerangka Pemikiran 6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 6. 1. Defenisi Konsep 6. Defenisi Operasional

masyarakat yang susila. Rehabilisasi dan resosialisasi dilakukan melalui: pendidikan moral dan agama, latihan-latian kerja dan pendidikan keterampilan agar mereka bersifat kreatif dan produktif. 3. Penyempurnaan tempat-tempat penampungan bagi para wanita tuna susila terkena razia; disertai pembinaan mereka, sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. 4. Pemberian suntikan dan pengobatan pada interval waktu tetap, untuk menjamin kesehatan para WTS dan lingkungannya. 5. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yang bersedia meninggalkan profesi pelacuran, dan mau memulai hidup susila. 6. Mengadakan pendakatan terhadap pihak keluarga para pelacur dan masyarakat asal mereka, agar mereka mau menerima kembali bekas- bekas wanita tuna susila itu mengawali hidup baru. 7. Mencarikan pasangan hidup yang permanentsuami bagi para wanita tuna susila, untuk membawa mereka ke jalan benar. 8. mengikutsertakan exs WTS bekas wanita tuna susila dalam usaha trasmigrasi, dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan kerja bagi kaum wanita.

2. 5. Kerangka Pemikiran

Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu masalah sosial yang kompleks, mengingat prostitusi merupakan peradaban yang termasuk tertua di dunia dan hingga saat ini masih terus ada pada masyarakat kita. Banyak hal ini yangn Universitas Sumatera Utara melatar belakangi wanita menjadi WTS antara lain karena faktor ekonomis, psikologis, kelonggaran kultur masyarakat di sekitar dan faktor lain. Pelacuran jelas menimbulkan keresahan serta goncangan di dalam kehidupan dan penghudupan masyarakat. Pelacuran merupakan penghambat dalam proses pembangunan masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk itu diperlukan penanganan masalah WTS oleh pemerintah, dimana salah satu fungsi yang dilakukan pemerintah adalah dengan melaksanakan usaha rehabilitasi, untuk mempersiapkan mereka agar dapat secara utuh kembali kemasyarakat. Di sumatera utara satu-satunya lembaga sosial yang secara khusus menangani pembinaan terhadap klien adalah Panti Sosial Karya Wanita Parawasa di Berastagi. PSKW Parawasa adalah unit pelaksana teknis dari Dinas sosial provinsi yang memberikan rehabilitasi, resosialisasi dan bimbingan lanjutan. Proses ini merupakan upaya untuk mewujudkan terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan para penyandang tuna susila yang di liputi oleh pemulihan kembali rasa harga diri, tanggung jawab sosial. serta kemauan dan berkemanmpuan melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Bagan 1 Kerangka Pemikiran Factor penyebab: - Ekonomi - sosiologis - psikologis Wanita tuna susila - Positif - Netral - Negatif Panti social karya wanita Program: - Pendekatan awal - Penerimaan - Bimbingan social dan keterampilan - Resosialisasi - Bimbingan lanjutan Universitas Sumatera Utara 2. 6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2. 6. 1. Defenisi Konsep Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompokatau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1989: 33. Untuk memfokuskan penelitian ini peneliti memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban. 2. Pengembangan masyarakat adalah usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. 3. Wanita Tuna Susila adalah seseorang wanita yang mengadakan hubungan seksual dengan seorang pria atau lebih diluar pernikahan dengan sengaja atau berpengharapan mendapat upah sebagai balas jasa, sehinggga menjadi kebiasaan. Dalam hal ini sama dengan istilah pelacuran, penjaja seks, kupu-kupu malam, balon, dll. 4. Panti Sosial Karya Wanita adalah unit pelaksana teknis dari kantor wilayah Dinas Sosial di Sumatera Utara yang bertanggung jawab langsung dibawah Departemen Sosial, yang memberikan rehabilitasi dan pelayanan sosial terhadap WTS. 2. 6. 2. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variable Singarimbun, 1989: 63. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat variabel-variabel dan indikator-indikator dalam penelitian ini dapat dilihat dari jenis pelayanan yang diberikan, yaitu: 1. Program pelayanan PSKW Parwasa yang diukur meliputi: a. Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta memulihkan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan dirinya secara normatif. Berupa kegiatan ceramah hukum dan moral, simulasi dan ceramah P4, kelompok sadar hukum. b. Bimbingan mental adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk memberikaan kemampuan pemeliharaan kondisi sehat fisik, integrasi diri, rasa percaya diri dan disiplin diri,. Bimbingan ini berupa senam kesegaran jasmani, kegiatan ceramah agama, diskusi, sholat dan kegiatan lainnya. Bimbingan ini diberikan oleh petugas dari Departemen Agama bekerjasama dengan petugas panti yang diberikan satu kali dalam sehari. c. Bimbingan keterampilan adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk memberi kemampuan kepada penerima pelayanan agar dapat menguasai salah satu atau lebih jenis keterampilan usaha sebagai bekal keluar setelah keluar dari panti. Bimbingan ini berupa latihan keterampilan menjahit, menyulam, memasak, pertanaman atau bertani dan tata rias yang diberikan oleh petugas Departemen perindustrian bekerja sama dengan petugas panti. Universitas Sumatera Utara 2. Sarana dan Prasarana atau fasilitas yang tersedia: a. Gedung dan bangunan-bangunan b. Tempat ibadah c. Kegiatan olah raga 3. Kesejahteraan dan Kemandirian klien warga binaan, meliputi: a. Dapat berfungsi sosial b. Sudah memiliki keterampilan dan terampil Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN