masyarakat yang susila. Rehabilisasi dan resosialisasi dilakukan melalui: pendidikan moral dan agama, latihan-latian kerja dan
pendidikan keterampilan agar mereka bersifat kreatif dan produktif. 3.
Penyempurnaan tempat-tempat penampungan bagi para wanita tuna susila terkena razia; disertai pembinaan mereka, sesuai dengan bakat
dan minat masing-masing. 4.
Pemberian suntikan dan pengobatan pada interval waktu tetap, untuk menjamin kesehatan para WTS dan lingkungannya.
5. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yang bersedia
meninggalkan profesi pelacuran, dan mau memulai hidup susila. 6.
Mengadakan pendakatan terhadap pihak keluarga para pelacur dan masyarakat asal mereka, agar mereka mau menerima kembali bekas-
bekas wanita tuna susila itu mengawali hidup baru. 7.
Mencarikan pasangan hidup yang permanentsuami bagi para wanita tuna susila, untuk membawa mereka ke jalan benar.
8. mengikutsertakan exs WTS bekas wanita tuna susila dalam usaha
trasmigrasi, dalam rangka pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan kerja bagi kaum wanita.
2. 5. Kerangka Pemikiran
Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu masalah sosial yang kompleks, mengingat prostitusi merupakan peradaban yang termasuk tertua di dunia
dan hingga saat ini masih terus ada pada masyarakat kita. Banyak hal ini yangn
Universitas Sumatera Utara
melatar belakangi wanita menjadi WTS antara lain karena faktor ekonomis, psikologis, kelonggaran kultur masyarakat di sekitar dan faktor lain.
Pelacuran jelas menimbulkan keresahan serta goncangan di dalam kehidupan dan penghudupan masyarakat. Pelacuran merupakan penghambat dalam proses
pembangunan masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk itu diperlukan penanganan masalah WTS oleh pemerintah, dimana salah satu fungsi yang dilakukan
pemerintah adalah dengan melaksanakan usaha rehabilitasi, untuk mempersiapkan mereka agar dapat secara utuh kembali kemasyarakat.
Di sumatera utara satu-satunya lembaga sosial yang secara khusus menangani pembinaan terhadap klien adalah Panti Sosial Karya Wanita Parawasa di Berastagi.
PSKW Parawasa adalah unit pelaksana teknis dari Dinas sosial provinsi yang memberikan rehabilitasi, resosialisasi dan bimbingan lanjutan. Proses ini merupakan
upaya untuk mewujudkan terbina dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan para penyandang tuna susila yang di liputi oleh pemulihan kembali rasa
harga diri, tanggung jawab sosial. serta kemauan dan berkemanmpuan melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Factor penyebab: - Ekonomi
- sosiologis - psikologis
Wanita tuna susila
- Positif - Netral
- Negatif Panti social karya wanita
Program: - Pendekatan awal
- Penerimaan - Bimbingan social dan
keterampilan - Resosialisasi
- Bimbingan lanjutan
Universitas Sumatera Utara
2. 6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2. 6. 1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompokatau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1989: 33. Untuk memfokuskan penelitian ini peneliti memberikan batasan konsep yang
diangkat dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Respon adalah tanggapan, reaksi maupun jawaban. 2.
Pengembangan masyarakat adalah usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
3. Wanita Tuna Susila adalah seseorang wanita yang mengadakan
hubungan seksual dengan seorang pria atau lebih diluar pernikahan dengan sengaja atau berpengharapan mendapat upah sebagai balas
jasa, sehinggga menjadi kebiasaan. Dalam hal ini sama dengan istilah pelacuran, penjaja seks, kupu-kupu malam, balon, dll.
4. Panti Sosial Karya Wanita adalah unit pelaksana teknis dari kantor
wilayah Dinas Sosial di Sumatera Utara yang bertanggung jawab langsung dibawah Departemen Sosial, yang memberikan rehabilitasi
dan pelayanan sosial terhadap WTS.
2. 6. 2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variable Singarimbun, 1989: 63.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat variabel-variabel dan indikator-indikator dalam penelitian ini dapat dilihat dari jenis pelayanan yang diberikan, yaitu:
1. Program pelayanan PSKW Parwasa yang diukur meliputi:
a. Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta memulihkan kemauan dan kemampuan untuk menyesuaikan
dirinya secara normatif. Berupa kegiatan ceramah hukum dan moral, simulasi dan ceramah P4, kelompok sadar hukum.
b. Bimbingan mental adalah bimbingan yang diberikan dengan
tujuan untuk memberikaan kemampuan pemeliharaan kondisi sehat fisik, integrasi diri, rasa percaya diri dan disiplin diri,.
Bimbingan ini berupa senam kesegaran jasmani, kegiatan ceramah agama, diskusi, sholat dan kegiatan lainnya. Bimbingan ini
diberikan oleh petugas dari Departemen Agama bekerjasama dengan petugas panti yang diberikan satu kali dalam sehari.
c. Bimbingan keterampilan adalah bimbingan yang diberikan dengan
tujuan untuk memberi kemampuan kepada penerima pelayanan agar dapat menguasai salah satu atau lebih jenis keterampilan
usaha sebagai bekal keluar setelah keluar dari panti. Bimbingan ini berupa latihan keterampilan menjahit, menyulam, memasak,
pertanaman atau bertani dan tata rias yang diberikan oleh petugas Departemen perindustrian bekerja sama dengan petugas panti.
Universitas Sumatera Utara
2. Sarana dan Prasarana atau fasilitas yang tersedia:
a. Gedung dan bangunan-bangunan
b. Tempat ibadah
c. Kegiatan olah raga
3. Kesejahteraan dan Kemandirian klien warga binaan, meliputi:
a. Dapat berfungsi sosial
b. Sudah memiliki keterampilan dan terampil
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN