3. Prostitusi Pelacuran 3. 1. Pengertian Prostitusi Pelacuran 3. 2 Kategori Pelacuran

apabila sistem sasarana tidak menolak untuk berkomunikasi dengan sistem kegiatan, akan tetapi consensus akan perlunya perubahan belum tercapai, atau sistem sasaran mendukung perubahan tetapi tidak ada alokasi sumber untuk perubahan tersebut. Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam kategori teknik kampanye adalah: a. Teknik Edukasi b. Teknik Persuasi 3. Kontes Kontes dilakukan apabila sistem sasaran tidak setuju dengan perubahan atau alokasi sumber, masih terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai ketidaksepakatan ini. Kegiatan yang termasuk kategori teknik ini, adalah: a. Tawar menawar dan negosiasi b. Aksi masyarakat atau kelompok besar Brager, Holloway, dalam Susantyo badrun, 2008:79. 2. 3. Prostitusi Pelacuran 2. 3. 1. Pengertian Prostitusi Pelacuran Prostitusi berasal dari kata “prostituere” bahasa latin yang berarti menonjolkan diri dalam hal-hal yang buruk atau tercela atau menyerahkan diri secara terang-terangan kepada umum. Di Indonesia istilah ini dikenal dengan “pelacuran” yang pada umumnya dirumuskan demikian: “pelacuran” dapat diartikan sebagai penyerahan badan wanita dengan bayaran, kepada orang lak-laki guna pemuasan nafsu seksual orang-orang itu. Di Eropa sering disebut adanya “pelacur laki-laki” yang bersedia memuaskan wanita-wanita kesepian tetapi hal ini tidak umum di Universitas Sumatera Utara Asia dan Indonesia sehingga kita hanya menerima pendapat pelacur hanya dikalangan wanita, maka pers pun menyebutnya Wanita Tuna Susila sebagai nama lain dari pelacur yang mata pencaharian nafkahnya menyediakan diri bagi siapa saja yang mengkehendaki tanpa pilih-pilih, dan atas kesediannya dia mendapat upah uang atau barang-barang yang diterimanya sebagai pembayaran. Menurut Peraturan Pemerintah Daerah DKI Jakarta Raya tahun 1967 mengenai penanggulangan masalah pelacuran. Wanita Tuna Susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak. Sedangkan pasal 296 KUHP mengenai prostitusi, menyatakan: barang siapa yang pekerjaannya atau kebiasaannya, dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan.

2. 3. 2 Kategori Pelacuran

Menurut Soedjono D. mengkategorikan pelacuran dengan kelas-kelas seperti: 1. Pelacuran kelas rendah jalanan, bordil-bordil murahan 2. Pelacuran menengah yang berada di bordil-bordil tertentu yang cukup bersih dan pelayanannya baik. 3. Pelacuran kelas tinggi, biasanya para pelacur tinggal di rumah sendiri terselubung tersembunyi dan hanya menerima panggilan dengan perantara yang cukup rapi sehingga sulit diketahui dan bayarannya cukup mahal. Ketiga kategori murah, menengah, kelas tinggi, ini ditentukan oleh tarif mahal murahnya sipelacur. Akhir-akhir ini bentuk-bentuk pelacuran di Indonesia Universitas Sumatera Utara dapat dikatakan tambah lagi dengan apa yang dinamakan pelacuran tersembunyi terselubung dalam bentuk-bentuk kerja jasa lainnya yang sulit dibuktikan, umpamanya pada tingkat murah adalah terselubung dalam pekerjaan tukang-tukang pijat hotel-hotel dan dalam tingkat yang cukup tinggi bersembunyi di tempat-tempat mandi uap dan pijat tertentu yang terdapat di kota-kota besar.

2. 3. 3. Faktor Penyebab Prostitusi Pelacuran