3. Peranan, Strategis Pengembangan Masyarakat
5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari
partisipasi inklusif. Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian tertentu yang di hadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-
sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan
masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6. Proses pengambilan keputusan harus secara demokratis, rasional, dan
diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus. Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang
memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan
keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam
pelaksanaan tugas yang spesifik.
2. 2. 3. Peranan, Strategis Pengembangan Masyarakat
Menurut Parsons, Jorgensen dan Hernandez dalam Susantyo Badrun, 2008:51. Ada beberapa strategi dalam pengembangan masyarakat. Strategi tersebut
di sesuaikan dengan peranan pekerja sosial dalam melakukan pengembangan masyarakat, meliputi:
a. Fasilitator
Universitas Sumatera Utara
Dalam literature pekerjaan sosial , peranan fasilitator sering disebut sebagai pemungkin. Barker memberi defenisi pemungkin atau
fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transional.
Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi,
pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan aset-aset sosial,
pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara
pencapaiannya. Pengertian ini didasari oleh visi pekerja sosial bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya
usaha-usaha klien sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan
perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.” . b.
Broker Dalam pengertian umum, seorang broker membeli dan menjual saham
dan surat berharga lainnya di pasar modal. Seorang broker berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga
klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Dalam konteks pekerjaan sosial dengan masyarakat, peran pekerja
sosial sebagai broker tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya di pasar modal, dalam pekerja sosial dengan
masyarakat terdapat klien atau konsumen. Namun demikian, pekerja
Universitas Sumatera Utara
sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi
keinginan kliennya memperoleh keuntungan maksimal. Peranan sebagai broker, menghubungkan klien dengan barang-barang
dan jasa dan mengontrol kualitas barang dan jasa tersebut. Dengan demikian ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai
broker, yaitu: 1.
Menghubungkan linking yaitu proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau
pihak-pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan. 2.
Barang-barang dan jasa goods and services goods meliputi obyek-obyek yang nyata, seperti makanan, uang,
pakaian, perumahan, obat-obatan. Sedangkan services mencakup keluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan hidup klien, misalnya perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan, konseling, pengasuhan anak.
3. Pengontrolan kualitas quality control
yaitu proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produk-produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan. Proses ini memerlukan monitoring yang terus menerus terhadap lembaga dan semua jaringan pelayanan untuk menjamin
bahwa pelayanan memiliki mutu yang dapat dipertanggung jawabkan setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
c. Mediator
Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam paradigma
generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai
pihak. Pekerja sosial dapat memerankan sebagai fungsi kekuatan ketiga untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem
lingkungan yang dapat menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peranan
mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagi macam resolusi konflik.
d. Pembela
Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktik pekerja sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik.peran pembela dapat
dibagi menjadi dua : advokasi kasus dan advokasi kausal DuBois dan Miley; Parsons, Jorgensen dan Hernandez, dalam Susantyo Badrun,
2008:57. Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela
kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela pekerja social bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.
Rotblatt memberikan beberapa contoh yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan peran pembela dalam pekerjaan sosial dengan
masyarakat. :
Universitas Sumatera Utara
1. Keterbukan yaitu membiarkan berbagai pandangan untuk di
dengar. 2.
Perwakilan luas yaitu mewakili semua pelaku yang memiliki kepentingan dalam pembuatan keputusan.
3. Keadilan yaitu memiliki sebuah sistem kesetaraan atau kesamaan
sehingga posisi-posisi yang berbeda dapat diketahui sebagai bahan perbandingan.
4. Pengurangan
permusuhan yaitu mengembangkan sebuah keputusan yang mampu mengurangi permusuhan dan
keterasingan. 5.
Informasi yaitu menyajikan masing-masing pandangan secara bersama dengan dukungan dokumen dan analisis.
6. Pendukungan yaitu mendukung partisipasi secara luas.
7. Kepekaan yaitu mendorong para pembuat keputusan untuk benar-
benar mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap minat- minat dan posisi orang lain Rotblatt, dalam susantyo badrun,
2008:57. e.
Pelindung Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh
hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah dan
rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban dan populasi
Universitas Sumatera Utara
yang beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut;
1. Kekuasaan
2. Pengaruh
3. Otoritas
4. Pengawasan sosial
2. 2. 4. Proses Pengembangan Masyarakat