BAB II Al- Ikhwan Al- Muslimun dan Perkembangannya di Mesir
1. Sejarah Al-Ikhwan Al-Muslimun
Al-Ikhwan Al-Muslimun didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir, seorang yang awalnya guru madrasah Islam kemudian menjadi tokoh politik oposisi Mesir,
bersama dengan enam orang rekannya di kota Isma’iliyah pada bulan Maret 1928. Pertemuan yang saling berjanji setia untuk hidup bersaudara dan berjuang untuk
Islam. Gerakan ini pada awalnya tidak memiliki pengaruh sosial-politik yang begitu besar, pada tiga tahun pertama aktifitas kegiatan dari gerakan ini yang berpusat di
kota Isma’iliyah. Perlahan kemudian membesar diakibatkan pengaruh karismatik dari Hasan Al-Banna sebagai Mursyid ‘Am ketua umum Al-Ikhwan Al-Muslimun yang
memperluas fragmentasi rekrutmen keanggotaan dari gerakan Ikhwan di sekitar wilayah Isma’iliyah. Pada tahun 1932, Hasan Al-Banna memutuskan untuk
memindahkan pusat pergerakannya ke pusat ibukota Mesir yaitu Kairo.
28
Gerakan Al Ikhwan Al Muslimun dibangun oleh Hasan Al Banna tidak lama setelah kejatuhan kekhalifahan Turki Ustmaniyah pada tahun 1924.Hasan Al Banna
dengan cermat mendefinisikan Al-Ikhwan Al-Muslimun dengan persepsi Islam yang komprehensif, “Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, peradaban
dan undang-undang serta jihad dan dakwah”. Pemikiran Hasan Al Banna ini diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas sosial politik yang dilakukan Al-Ikhwan Al-
Muslimun yang terus mewarnai sejarah politik Mesir dan Timur Tengah pada abad 20 sampai dengan saat ini. Prinsip-prinsip dasar Al-Ikhwan Al-Muslimun dapat
disimpulkan dengan : 1. Membentuk individu-individu muslim, 2. Membentuk keluarga-keluarga muslim, 3. Membentuk masyarakat muslim, 4. Membebaskan
28
Ziad Munson, Islamic Mobilization : Social Movement Theory and the Egyptian Moslem Broterhood, The Sociological Quarterly, Vol. 42 No.4, Department of Sociology, Harvard University, 2001, Hal 4
Universitas Sumatera Utara
negeri-negeri muslim, 5. Memperbaiki pemerintahan, 6. Menegakkan eksistensi kenegaraan, 7. Membentuk sokoguru peradaban Islam internasional.
29
Gerakan Al-Ikhwan kemudian menyempurnakan perpindahannya dengan melakukan merger dan penyatuan dengan organisasi Islam serupa yang memiliki
basis massa di Kairo. Setelah setahun di Kairo, gerakan Ikhwan melakukan penerbitan suratkabar dan melakukan muktamar kongres nasional pertamanya.
Sementara itu perkembangan keanggotaan organisasi menunjukkan hal yang signifikan, gerakan Ikhwan telah melebarkan sayap organisasi dengan memiliki lima
cabang pada tahun 1930, lima belas cabang pada tahun 1932, tiga ratus cabang pada tahun 1938 dan diperkirakan antara 1,700 sampai 2,000 cabang pada tahun 1948.
Jumlah anggota dan kader Ikhwan tidak diketahui dengan pasti, dengan keberadaan tiga ratus cabang organisasi diperkirakan gerakan Ikhwan memiliki 50,000 sampai
dengan 150,000 orang anggota pada tahun 1938. Sedangkan perhitungan lain memperkirakan gerakan Ikhwan memiliki 1 juta orang anggota dan simpatisan pada
tahun 1948.
30
Pada awal berdirinya gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun tampil dengan bentuk organisasi keagamaan, sosial dan kemasyarakatan yang menekankan pentingnya
pembangunan sosial, pendidikan, dan moral kaum muslimin, jadi merupakan suatu usaha reformasi dari yang sudah lama dirintis tokoh-tokoh seperti Jamaluddin Al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Tetapi sistem organisasi yang diterapkan oleh Al-Banna sedemikian praktis dan modern sehingga Al-Ikhwan
merupakan organisasi yang secara konkrit mencoba merealisasikan pikiran-pikiran pembaruan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.Ikhwan
memfokuskan gerak organisasinya pada perluasan rekrutmen keanggotaan, diskusi-
29
Muhammad Abdullah Al Khatib, Muhammad Abdul Halim Hamid, “Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan : Kajian Analitik Terhadap Risalah Ta’lim”, Asy Syaamil Press Grafika : Bandung, 2001, Hal 114-118
30
Ziad Munson, op.cit., Hal 4
Universitas Sumatera Utara
diskusi mengenai dakwah, perbaikan moral dan keagamaan masyarakat dan juga menjadi organisasi yang melakukan pelayanan sosial pada masyarakat.Dan dalam
pertumbuhan selanjutnya Al-Ikhwan menjadi tidak saja sebagai gerakan sosial dan pendidikan, tetapi juga kekuatan sosial-politik yang selalu diperhitungkan baik
sebelum maupun sesudah revolusi Mesir tahun 1952. Sebelum organisasi Al-Ikhwan didirikan, sudah banyak gerakanorganisasi dakwah yang didirikan, dan banyak
memberikan warna pada pola dakwah Al-Ikhwan. Sehingga Al-Ikhwan dapat mengambil pelajaran berharga dari organisasi-organisasi yang mendahuluinya.
Penyebab utama dari perubahan perilaku gerakan Ikhwan adalah isu Palestina yang mulai berkembang pada tahun-tahun itu. Dimana negara-negara Arab
melakukan serangan umum untuk membebaskan Palestina dari pengaruh negara Barat dan komunitas Yahudi yang berupaya membentuk negara Yahudi di sana. Gerakan
Ikhwan menyediakan dukungan yang besar untuk operasi militer tersebut, mencoba untuk menyebarkan isu Palestina di kalangan masyarakat Mesir dan melakukan
penggalangan dana untuk medukung isu tersebut. Pada saat yang bersamaan, penerbitan suratkabar Al-Ikhwan secara efektif
menjadi sarana kritik terhadap rezim politik yang sedang berkuasa di Mesir, terutama terhadap kekuasaan kolonial Inggris yang memegang kendali atas negeri
Mesir.Gerakan Ikhwan untuk pertama kalinya mencoba untuk masuk ke dalam arena politik praktis ketika mengajukan kandidat pada pemilihan umum legislatif pada
tahun 1941. Al-Ikhwan Al-Muslimun kemudian menggalang aksi-aksi massa dan
demonstrasi, menuntut adanya reformasi sosial dan penarikan mundur tentara kolonial Inggris dari wilayah Mesir. Otoritas militer Inggris memerintahkan Hasan
Al-Banna untuk pergi meninggalkan Kairo pada Mei 1941. Pada bulan Oktober 1941, Hasan Al-Banna dan para pimpinan Al-Ikhwan Al-Muslimun lainnya ditangkap dan
Universitas Sumatera Utara
dipenjarakan, dan aktivitas-aktivitas organisasi Ikhwan dilarang oleh pemerintah setelah aksi demontasi menentang pendudukan Inggris.
Tekanan pemerintah terhadap Al-Ikhwan Al-Muslimun tidak berlangsung lama, rezim pemerintah sedang berhadapan dengan ancaman besar Perang Dunia II
dan tidak terlalu pusing dengan “ancaman kecil” gerakan reformasi keagamaan seperti Al-Ikhwan Al-Muslimun. Aktivitas-aktivitas pertemuan Ikhwan kembali
diperbolehkan, para elite pemimpinnya dibebaskan dari penjara, dan kemudian jumlah anggota yang mengikuti organisasi Ikhwan semakin berkembang dengan
sangat cepat. Al-Ikhwan Al-Muslimun kemudian menerbitkan sejumlah majalah dan surat kabar baru selama dua tahun ke depan dan semakin meningkatkan frekuensi
gerakan mereka dalam aksi massa dan demonstrasi. Ikhwan kemudian membentuk sebuah unit khusus yang kemudian akan
dikenal sebagai “biro rahasia”, sayap paramiliter dari organisasi yang memiliki prinsip dasar untuk melindungi para elite pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun dan
untuk tujuan-tujuan militer jangka panjang organisasi. Pada tahun 1949, gerakan Al- Ikhwan Al-Muslimun telah memperbesar kapasitas organisasinya dengan sejumlah
2,000 cabang di seluruh Mesir dan sekitar 300,000 sampai dengan 600,000 anggota aktif, menjadikannya sebagai organisasi masyarakat terbesar di Mesir.
31
2. Kehidupan Pendiri Al-Ikhwan Al-Muslimin Hasan Al-Banna