Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun Untuk Mencapai Tujuan Karakteristik Khusus Dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun

4.2. Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun Untuk Mencapai Tujuan

Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk mencapai tujuannya telah dijelaskan secara ringkas oleh Hasan Al-Banna dalam tiga hal, yaitu: a. Iman yang mendalam b. Pembentukan yang cermat c. Amal secara bekesinambungan Hasan Al-Banna kemudian menjelaskan, bila individu, keluarga, dan masyarakat percaya kepada kebenaran dakwah Islam, bila seluruhnya telah terbentuk dengan ajaran-ajarannya, kemudian terus-menerus berdakwah dan menyebarluaskan dakwah diantara manusia, serta membentuk mereka berdasarkan ajaran-ajaran Islam, maka Al-Ikhwan Al-Muslimun telah berada di jalur yang benar, berpijak pada landasan yang benar, terus bergerak secara kontinyu menuju tujuan-tujuannya.

4.3. Karakteristik Khusus Dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun

Gerakan Ikhwan sebagai gerakan pembaharuan memiliki karakteristik khusus dalam dakwahnya yang membedakan mereka dengan gerakan dakwah Islam yang lain, yaitu: a. Rabbaniyah, sebab asas berpijak seluruh tujuannya adalah terwujudnya kedekatan dengan Allah ‘azza wa jalla. b. Universal, sebab gerakan Ikhwan diarahkan kepada seluruh umat manusia, karena umat manusia dalam pandangan Ikhwan adalah saudara dari bapak yang sama. c. Islamiah, sebab ia berafiliasi kepada Islam, bahkan dapat dikatakan sebagai karakteristiknya yang paling utama. d. Komprehensif, mencakup seluruh aliran kontemporer. Universitas Sumatera Utara Pendiri Ikhwan secara ringkas mengatakan: 48 “Sesungguhnya Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah: - Dakwah salafiyah, sebab mereka menyerukan gerakan kembali kepada Islam yaitu sumbernya yang jernih:Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. - Thariqah sunniyah, sebab mereka mewajibkan diri mereka mengamalkan sunnah yang suci dalam segala hal. - Haqiqah sufiyah, sebab mereka tahu bahwa asas kebaikan adalah kesucian jiwa dan selalu terkait dengan kebaikan. - Lembaga politik, sebab mereka menuntut perbaikan pemerintahan dan menegakkan khilafah. - Organisasi olahraga, sebab mereka tahu bahwa mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah, dan bahwa seluruh beban yang diberikan Islam tidak mungkin dapat dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan tubuh yang kuat. - Organisasi ilmiah dan budaya, sebab Islam menjadikan mencari ilmu sebagai kewajiban atas setiap Muslim dan Muslimah. - Lembaga ekonomi, sebab Islam sangat memperhatikan pengelolaan harta benda dan upaya mendapatkannya. - Pemikiran sosial, sebab mereka sangat memperhatikan obat penawar bagi masyarakat Islam dan berusaha mendapatkan solusi bagi segala persoalan masyarakat. Beliau mengakhiri ucapannya, “ Kekomprehensifan makna Islam telah menjadikan fikrah kita mencakup seluruh aspek reformasi atau perbaikan”. Senada dengan itu, Dr.Al-Husaini mengatakan, “ Sesungguhnya Ikhwan adalah sebuah fenomena yang mempunyai akar historis yang kuat dalam 48 Imam Al-Banna, Hasan, Da’watuna fi Thaurin Jadid, hal. 63 Universitas Sumatera Utara sejarah Islam. Ia, dalam banyak hal, mirip dengan gerakan Wahabiyah dan gerakan Sanusiyah, sangat dipengaruhi oleh aliran salafiyah yang digagas Rasyid Ridha di Mesir, aliran Ibnu Taimiyah , dan akhirnya aliran ahli hadits yang dipelopori oleh Ishaq ibn Rahawiyah di Khurasan serta Ahmad ibn Hanbal di Irak pada abad ke 3 H.” 49 e. Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai yang tidak berpijak atas dasar Islam. Mursyid Ikhwan, ketika berbicara tentang tujuan Al- Ikhwan Al-Muslimun mengatakan, “ Kalimat yang harus saya kemukakan dalam kesempatan ini adalah bahwa Ikhwan belum melihat adanya suatu pemerintahan yang bangkit mengemban beban kewajiban ini. Kata kedua, tidak ada kekeliruan yang lebih jauh ketimbang sebagian orang ynag menduga bahwa Ikhwan di setiap masa tunduk kepada pemerintah, atau mengarah kepada tujuan yang berbeda dengan tujuan mereka, berjuang ata dasar sistem yang berbeda dengan sistem mereka.” 50 Berbagai tribulasi yang pernah dan tengah dialami Al-Ikhwan Al-Muslimun sepanjang sejarahnya, akibat adanya tindakan represif yang dilancarkan berbagai pemerintahan di seluruh penjuruh dunia Islammerupakan bukti bahwa Ikhwan telah menolah loyalitasnya dari seluruh pemerintahan, dan bahwa ia tidak berjuang untuk kepentingan salah satu pemerintahan mana pun. f. Diantara karakteristik Ikhwan adalah menjauhi wilayah perselisihan fiqih sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang tidak dapat dielakkan akibat perbedaan akal manusia dalam memahami nash. 49 Dr. Ishaq, Al-Husaini, Al-Ikhwan Al-Muslimun Kubra Al-Harakat Al-Islamiyah, hal. 47 50 Al-Banna, Hasan, Al-Mu’tamar Al-Khamis, hal. 275 Universitas Sumatera Utara Hasan Al-Banna mengatakan, “ Ikhwan menjauhi wilayah perselisihan fiqih karena Ikhwan meyakini bahwa perbedaan dalam masalah furu’ termasuk masalah yang tidak bisa dielakkan.” 51 Ikhwan mempunyai kaidah dalam memilah–milah manusia dalam persoalan tersebut. Kaidah itu tersimpulkan dalam kata-kata Hasan Al-Banna, “ Setiap Muslim yang belum mencapai derajat nazhar pemahaman mendalam atas dalil-dalil hukum yang bersifat furu’ hendaknya mengikuti salah seorang imam agama. Namun, bersamaaan dengan mengikuti imamnya tersebut, sebaiknya dia bersungguh-sungguh memahami dalil imamnya dan menyempurnakan kekurangannya agar ia termasuk ahlu nazhar dalam bidang hokum. Perselisihan dalam furu’ tidak boleh menjadi penyebab perpecahan dalam agama. Juga tidak boleh menyebabkan permusuhan dan kebencian.” 52 Syaikh Said Hawwa mempertegas kaidah tersebut dengan mengattakan bahwa Mufashalah dala Islam tidak boleh berdasarkan furu’ fiqih, tetapi atas dasar pokok- pokok aqidah. Jika persoalannya tidak bersadarkan pada asas ini, maka dua orang dari kaum Muslimin tidak lagi menjadi satu tangan. g. Karakteristki lain jamaah ini adalah menjaukan diri dari kooptasi para tokoh dan elit. Pendiri Ikhwan menjelaskan faktor penyebab hal itu dengan mengatakan, “Sebab para tokoh dan elit itu memalingkan diri dari dakwah. Karena Ikhwan membebaskan diri dari tujuan-tujuan duniawi semata, juga karena dakwah harus independen sehingga tidak dimanfaatkan atau diarahkan oleh salah seorang diantara mereka untuk tujuan-tujuan politis. Di samping karena banyak para elit ynag kurang menunjukkan komitmen keislaman yang seharusnya dimiliki oleh setiap Muslim biasa, apalagi Muslim pengemban tugas dakwah.” 51 Ibid, hal. 251 52 Al-Banna, Hasan, Risalah Ta’alim,Solo: Era Media, 2009, hal. 8 Universitas Sumatera Utara h. Menjauhi partai- partai politik sebab antar partai politik terdapat pertentangan dan permusuhan. Juga karena Ikhwan berkeyakinan bahwa dakwah Islam bersifat umum dan menyeluruh, mencakup seluruh umat dan tidak memilah- milah. Tidak ada orang yang bisa mengemban tugas dakwah Islam dan berjuang untuk Islam kecualiorang yang telah melepas semua bentuk loyalitas dan hanya memberikannya secara resmi kepada Allah semata. i. Bertahab dalam melangkah, sebab Ikhwan berkeyakinan bahwa setiap dakwah harus melalui tiga fase, yaitu: 1. Fase pengenalan, yaitu mengenalkan dakwah dan menyampaikannya kepada manusia. 2. Fase pembentukan takwin, seleksi para pendukung, dan menyiapkan anggota dari kalangan orang-orang yang menyambut dakwah. 3. Fase pelaksanaan tanfidz, yaitu fase amal dan produksi. Setiap fase berlangsung secara hierarkis. Tanpa melalui ketiga fase tersebut, dakwah apapun tidak mungkin dapat mencapai tujuannya. Ketiga fase tersebut dapat bertemu dalam satu masa, tetapi yang tidak mungkin adalah mendahulukan satu fase dari fase lainnya. Seseorang tidak dapat melaksanakan sesuatu sebelum dia sendiri terbentuk di atas dasar sesuatu tersebut, dan seseorang tidak mungkin terbentuk atas dasar sesuatu sebelum dia mengenalnya. Karena itu, dia harus mengenal terlebih dahulu, kemudian dia terbentuk atas dasar tersebut dan baru setelah itu diminta melaksanakannya. 5. Perkembangan Al-Ikhwan Al-Muslimin 5.1. Al-Ikhwan Al-Muslimun dan Revolusi Mesir 1952