Peristiwa berdirinya Al-Ikhwan Al-Muslimin

tidak mengizinkan hal tersebut sesuai perintah kerajaan. Dering telepon tak henti- hentinya untuk meyakinkan kematian Hasan Al-Banna hingga ia menemui ajal dengan kepahlawanannya. Tepat hari Sabtu malam Minggu tanggal 12 Desember 1949 beliau pulangke Rahmatullah.Hari itu dunia diliputi kesedihan yang mendalam karena dengankematiannya berarti hilang pula seorang pembela kebenaran penegak keadilan ditengah-tengah kelaliman.Pagi hari Minggu tanggal 12 Desember 1949 sampailah berita kematian kepada orang tuanya, Syaikh Ahmad Al-Banna. Sangat lebihmenyedihkan lagi, rezimpun tidak mengizinkan ummat Islam untuk merawat jenazahnya dan bertakziyah ke rumah shohibul musibah. Untuk menunjukkankeangkuhan serta kedengkian rezim terhadap Hasan Al-Banna mereka menyusun penjagaan militer dengan ketat, seperti siap untuk bertempur serta tank- tank yangseakan-akan hendak menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat.Tidak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tua beserta kedua saudari perempuannya.

2.1. Peristiwa berdirinya Al-Ikhwan Al-Muslimin

Setelah menyelesaikan sekolahnya di Darul Ulum pada bulan September tahun 1927, Hasan Al-Banna diangkat menjadi guru SD di Kota Isma’iliyah, disanalah beliau memulai da’wahnya, di warung-warung kopi kemudian pindah ke masjid. Da’wah yang dilakukannya di warung-warung kopi ini bukan pengalaman yang pertama baginya, tapi beliau sudah terbiasa dakwah di tempat-tempat seperti ini, ketika beliau masih mahasiswa di Darul Ulum, Kairo. Dakwah Hasan Al Banna mendapat sambutan dari para pengunjung warung- warung kopi, sehingga sebagian diantara mereka bertanya kepadanya tentang apa yang harus dilakukan demi agama dan tanah air. Setelah beberapa lama berdakwah di Universitas Sumatera Utara warung-warung kopi kemudian Hasan Al-Banna pindah dari warung kopi ke mushalla Zawiyah.Di Zawiyah inilah beliau berbicara dan mengajarkan praktek ibadah, dan meminta kepada mereka agar meninggalkan kebiasaan hidup mewah.Para pendengarnya menyambutnya dengan baik. Hasan Al-Banna membuat beberapa strategi dalam dakwahnya dengan menetapkan unsur-unsur yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, yaitu pada 4 unsur : 1. Ulama 2. Masyaikh furuq sufiah 3. Para tokoh masyarakat wujaha 4. Klub-klub nadi-nadi Maka Imam Syahid Hasan Al Banna membuat perencanaan dan berinteraksi dengan 4 unsur diatas. Hasan Al Banna mampu mengambil simpati ulama dengan menjalin hubungan persahabatan, menghormati dan menghargai mereka dan kadang- kadang memberikan hadiah kepada mereka, maka dengan cara ini mereka pada ulama menghormatinya tidak menghalanginya berda’wah di Isma’iliyah, inilah sebenarnya tujuan beliau untuk para ulama, agar mereka membiarkannya berda’wah Illallah dan tidak menyerangnya, karena Hasan Al-Banna bukan ulama Al Azhar. Hasan Al-Banna berbicara kepada masyaikh furuq sufiah dengan bahasa mereka, berinteraksi dengan mereka dengan etika yang berlaku di kalangan mereka, dengan demikian mereka tidak menghalanginya berdakwah dan tidak menyerangnya.Bahkan mereka membiarkan Al Banna berdakwah, kendatipun mereka tidak bergabung dengannya atau tidak mendukungnya. Para tokoh masyarakat, Hasan Al-Banna menghormati mereka sesuai dengan posisi mereka di masyarakat dan mengadakan pendekatan dengan bahasa yang baik dan amal-amal kebaikan, dengan cara ini mereka mencintai dan menghargainya, Universitas Sumatera Utara diantara yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna adalah menghilangkan sebab-sebab perselisihan dan permusuhan diantara mereka, dalam hal ini beliau berhasil dan mendapat penghargaan dari mereka. Hasan Al-Banna sering mendatangi klub-klub tempat-tempat pertemuan dan disana beliau menyampaikan pengajian, muhadhoroh nadwah menjalin hubungan persaudaraan dengan orang banyak dan berhasil merekrut jumlah yang tidak sedikit untuk mengikuti pengajian beliau di Zawiyah.Demikian Hasan Al-Banna pada permulaan dakwahnya di Isma’iliyah berhasil menarik simpati dan mengambil hati masyarakat. Kemudian dikumpulkan lalu diarahkan sehingga mereka memiliki ghiroh semangat terhadap agama mereka dan cinta akan amal islami. Cara-cara diatas dilakukan oleh Al Banna kurang lebih selama 1 tahun. Pada bulan bulan Maret 1928 M, Hasan Al-Banna bersama enam orang rekannya mengadakan sebuah pertemuan yang menjadi latar belakang berdirinya Al- Ikhwan Al-Muslimun. Mereka berbicara kepada Hasan Al-Banna tentang apa yang harus mereka lakukan demi agama dan mereka menawarkan sebagian harta milik mereka yang sedikit. Lalu mereka meminta kepada Hasan Al-Banna untuk menjadi pimpinan mereka, kemudian permintaan ini diterimanya. Lalu mereka berbaiat kepadanya untuk bekerja demi Islam dan mereka bermusyawarah tentang nama perkumpulan mereka. Hasan Al-Banna berkata : “Kita ikhwah dalam berkhidmat untuk Islam, dengan demikian kita Al-Ikhwanu Al-Muslimun”. Kemudian mereka menjadikan kamar di suatu rumah sewaan yang sangat sederhana sebagai “Kantor Jama’ah” dengan mengambil namaMadrosah At-Tahzab. Disanalah Imam Syahid mulai meletakkan mengambil manhaj tarbawi bersama pengikut-pengikutnya, manhaj tarbawi pada waktu itu adalah : 1. Al-Qur’anul Karim tilawah dan hafalan. 2. As Sunnah An Nabawiyah menghafal sejumlah hadits. Universitas Sumatera Utara 3. Pelatihan khutbah. 4. Pelatihan mengajar untuk umum. Setelah beberapa bulan jumlah pengikut jama’ah menjadi 76 orang, kemudian terus bertambah. Dan mereka mendermakan harta mereka untuk da’wah sampai dapat membeli sebidang tanah untuk dibangun diatasnya markas jama’ah Darul Ikhwanul Muslimin terdiri dari masjid, 1 sekolah untuk putra, 1 sekolah untuk putri, nadi tempat pertemuan ikhwan. Pada bulan Oktober tahun 1932, Hasan Al-Banna dimutasi ke Kairo sebagai guru di Madrasah Abbas I, Distrik Sabtiah, perpindahan kerja ini atas permintaan kedutaan Inggris kepada Raja Farouq akibat kekhawatiran terhadap dakwah Hasan Al-Banna terhadap para buruh yang bekerja di perusahaan Inggris waktu itu. Pengaruh pemikiran Hasan Al-Banna menyebabkan para buruh tidak mau tunduk kepada perintah atasannya yang notabene adalah orang-orang Inggris.Perpindahan ini menjadi peluang bagi Hasan Al-Banna untuk membawa dakwah ke Kairo yang menjadi ibukota Mesir, mengingat Kairo pusat kebijakan politik, dan mendapatkan kesempatan berdakwah di depan jutaan penduduk Kairo. Pada tahun pertama Hasan Al-Banna telah mampu menyebarkan da’wah di seluruh kota Kairo dan telah membuka cabang baru lebih dari 50 kabupaten, dimana Hasan Al-Banna mendatangi perkampungan negeri Mesir untuk berda’wah tidak mengenal letih, apalagi malas, hal itu dilakukannya disaat-saat musim liburan sekolah. 42 An-Nadawi berkomentar tentang Al-Ikhwan Al-Muslimun, ia mengatakan bahwa Hasan Al-Banna telah berhasil dengan gemilang membentuk gerakan Islam yang jarang didapati di dunia Arab khususnya, sebuah gerakan yang lebih luas, lebih aktif, lebih berwibawa, lebih berpengaruh, lebih menyatu dengan masyarakat, dan 42 http:harakatuna.wordpress.com20081201sejarah-kehidupan-hasan-al-banna, diakses pada tanggal 20 januari 2014 Universitas Sumatera Utara lebih mampu mengendalikan jiwa darinya. Dakwah yang telah mengembalikan ke dalam jiwa generasi baru di dunia Arab kepercayaan kepada kelayakan Islam dan keabadian risalahnya, telah menumbuhkan iman baru dalam jiwa dan hati, dan telah menghalau rasa rendah diri dan kekalahan mental yang menggerogoti umat. 43 Hasan Al Banna mengajarkan kepada ikhwan untuk menjadi generasi yang pemberani dalam kebenaran, menganggap para penjajah adalah musuh dan bentuk perbudakan yang paling buruk sepanjang sejarah manusia, mereka begitu semangat dan berebut untuk mendapatkan izin menuju Palestina untuk meraih syahadah ketika DK PBB pada tahun 1948 secara resmi memutuskan tanah Palestina menjadi dua, Hasan Al-Banna dalam pidatonya dimuka khalayak ramai di hotel intercontinental mengatakan : “Pembagian Palestina menjadi dua adalah tanda bahwa dunia telah tidak waras”. Hal serupa juga pernah disampaikan kepada pemerintah Inggris lewat perwakilannya di Kairo tahun 1939, bahwa ummat Islam akan mempertahankan Palestina hingga titik darah terakhir. Perlawanan para ikhwan menghadapi penjajah Inggris atas intervensinya terhadap kota Isma’iliyah awal perang dunia kedua 1939 merupakan contoh keberanian mereka. Melihat keberhasilan Hasan Al-Banna dengan jamaahnya yang cukup gemilang, dimana pada waktu yang relatif singkat fikroh ikhwan telah mampu mempengaruhi dan mewarnai di berbagai bidang ekonomi, sosial politik dan keagamaan, khususnya sikap masyarakat luas terhadap Palestina dan penjajah, maka Inggrispun sangat gerah terhadap Hasan Al-Banna dan sangat berkepentingan untuk membunuhnya dan membubarkan jamaahnya. Pada tanggal 10 Nopember 1948 tiga segitiga setan mengadakan pertemuan secara rahasia, mereka adalah Inggris, Amerika dan Perancis di Paid, memutuskan agar ikhwanul muslimin segera dibubarkan. Sebulan kemudian tepat pada tanggal 8 43 An-Nadawi, Mudzakirah ad-Dahwah, hal. 8 Universitas Sumatera Utara Desember 1948 datang SK militer yang berisikan pembubaran terhadap ikhwan. Rupanya pembubaran jamaah tidak berdampak terhadap aktifitas dan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, justru pembelaan dari masyarakat luas semakin kentara dari hari ke hari, kewibawaan dan kemampuan Hasan Al-Banna merekrut masyarakat luas sangat diakui lawannya, kemampuan membangkitkan semangat ummat, membuka hati yang tertutup, menghimpun kekuatan arus bawah sangat ditakuti lawan. Maka tidak ada lagi pilihan lain, kecuali harus merencanakan sebuah makar yang lebih besar yang belum pernah terpikir dibenak mereka yaitu dengan membunuh pendirinya. Sejak saat itu rezim Faruq benar-benar memperhitungkan langkah untuk menghambat dan memberangus Al-Ikhwan Al-Muslimun khususnya terhadap Hasan Al Banna, beberapa langkah-langkah rezim Faruq untuk menumpas Al-Ikhwan Al- Muslimun yaitu: 1. Dengan memenjarakan seluruh anggota ikhwan dan membiarkan Hasan Al- Banna seorang diri agar masyarakat luas menganggap bahwa rezim masih memiliki rasa tolerir terhadap beliau, padahal itu sebuah siksaan batin, setiap harinya hanya tangisan ribuan anak kecil dan rintihan ibu-ibu yang didengarnya, menengok kanan dan kiri tidak ada yang peduli seakan-akan seluruh rakyat telah diintimidasi oleh rezim, takut untuk melakukan sebuah kebaikan, siapa sedekah mati, dan siapa menolong orang yang kelaparan dianggap sebagai pemberontak. Sungguhpun perasaan-perasaan buruk dan mencekam yang melanda masyarakat lebih dari yang terungkapkan. 2. Setelah perasaan yang mencekam benar-benar menyelimuti seluruh rakyat Mesir, polisi intel segera memenjarakan adik kandung Hasan Al-Banna, Abdul Basith yang merupakan seorang anggota polisi padahal adiknya bukan seorang ikhwan. Hal itu untuk mempermudah penangkapan terhadapnya kapanpun mereka menginginkannya. Sebenarnya perasaan ini juga ada dalam sanubari Universitas Sumatera Utara kecil beliau, namun justru keberanian dan perasaan tidak takut mati semakin lebih nampak apalagi setelah di suatu malam beliau bertemu dengan Sayyidina Umar di dalam sebuah mimpinya mengatakan wahai Hasan, kau akan dibunuh kemudian terbangun lalu tidur kembali sehingga terulang mimpi itu lalu bangun sholat hingga subuh, sungguhpun mati adalah batas uang tidak dapat ditawar. Dan ketika Hasan Al-Banna mengajukan untuk tinggal di luar kota Kairo bersama saudaranyapun tidak diizinkan, hal itu semakin memperjelas makar yang dirancang oleh rezim untuk meringkusnya secara perlahan. 3. Setelah seluruh persenjataan ikhwan, dan kekayaannya termasuk pistol dan mobil pribadi beliau yang statusnya pinjaman disita oleh penguasa yang serakah, maka tinggal episode yang terakhir. Maka mereka merekayasa sebuah pertemuan antara Hasan Al-Banna dengan Mohammad An-Naqhi salah satu pengurus Dar Asy-Syubban pada hari Jum’at tanggal 11 Desember 1949 M pukul 17.00. Namun hingga pukul 20.00 masalah yang diagendakan belum ada kejelasan yaitu salah seorang menteri yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah ikhwan, lalu pulanglah beliau dengan mertuanya ustadz Mansur dengan komitmen akan datang kembali esok harinya, namun tiba-tiba beliau dapati suasana yang sungguh lain, jalan protokol “Quin Ramses” yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk lalu lintas dan lalu lalang manusia, saat itu sanga sepi dan tidak seorangpun yang lewat kecuali sebuah taksi yang menongkrong di depan gerbang pintu Dar Asy Syubban, toko-toko dan rumah-rumah makan yang berdekatan juga sudah tutup, kecurigaan semakin tinggi ketika menuju jalan raya. Tiba-tiba seluruh lampu penerang jalan mati, saat itulah peluru api meluncur sebagian mengenai Hasan Al-Banna dan peluru yang lain mengenai ustadz Mansur, namun beliau masih kuat untuk naik sendiri menuju gedung Dar Asy-Syubban menelepon untuk meminta pertolongan kepada ambulance, sesampainya di rumah sakit “Qosr Aini” tak Universitas Sumatera Utara seorangpun dari perawat atau dokter yang berani menolong Hasan Al-Banna sekalipun banyak dokter muslim yang ingin merawatnya, namun kepala rumah sakit tidak mengizinkan atas perintah kerajaan. Tepat hari Sabtu malam tanggal 12 Desember 1949 Hasan Al-Banna meninggal dunia. Ditengah-tengah puncak kebahagiaan Raja Faruq dalam merayakan hari ulang tahunnya kepala polisi intel memberikan hadiah berupa berita kematian Hasan Al- Banna. Keesokan harinya tanggal 12 Desember 1949 sampailah berita kematian kepada orang tuanya Ahmad Al-Banna.Pdsa saat pemakaman Hasan Al-Banna, rezim tidak mengizinkan ummat Islam untuk merawat jenazahnya dan bertakziyah ke rumahnya.Untuk menunjukkan keangkuhan serta kedengkiannya terhadap Hasan Al- Banna dan dakwahnya, penjagaan militer secara ketat yang siap untuk bertempur dan tank-tank yang seakan-akan menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat, padahal sebuah upacara kematian yang terdiri dari beberapa orang.Tidak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju pemakaman kecuali orang tua Hasan Al- Banna beserta seorang dan kedua saudari perempuannya. 3. Struktur Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun 3.1. Hai’ah Ta’sisiyah Dewan Pendiri