Gamaa’at Islamiya Sebagai Sayap Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun

Muslimun yang dibuang ke luar negeri untuk kembali ke Mesir.Seperti yang sudah disebutkan di awal, Nasser melakukan pendekatan yang liberalistik dalam pengelolaan organisasi mahasiswa di universitas menyusul adanya perang 1967.Anwar Sadat mencoba untuk melakukan perubahan terhadap kebijakan ini dengan memberikan peluang kepada Al-Ikhwan Al-Muslimun untuk melakukan pergerakan di universitas-universitas. 72 Strategi ini dijalankan untuk membendung pengaruh dari gerakan kiri yang cukup berpengaruh di kalangan mahasiswa.Ketika Al-Ikhwan Al-Muslimun menikmati kebebasan dalam pengelolaan kampus, ini juga bermanfaat bagi rezim yaitu secara efektif mengimbangi kelompok oposisi lainnya.Dukungan dari Anwar Sadat kepada kelompok politik Islam diwujudkan dalam sektor public lainnya.Pada tahun 1981, Sadat menetapkan Syariah Islam sebagai “nilai dasar pada hukum legal nasional” dengan melakukan amandemen konstitusi. 73 Para pengamat politik menilai upaya ini sebagai aksi preemptive terhadap kelompok oposisi Islam.Dengan merangkul prinsip-prinsip Islam, Sadat mencoba untuk menghilangkan kritik Al-Ikhwan Al-Muslimun terhadap konsep pemerintahan sekuler.Bersamaan juga dengan pengelolaan dan pergerakan yang massif dari Al- Ikhwan Al-Muslimun di kampus-kampus dapat membendung pengaruh dari kelompok oposisi lainnya dan mengkonsolidasikan kekuatan politik dari Anwar Sadat.Kelompok reformis Islam, Al-Ikhwan Al-Muslimun, pada akhirnya menggantikan peranan dari gerakan kiri sebagai kekuatan oposisi nasional yang paling dominan. 74

5.4.1. Gamaa’at Islamiya Sebagai Sayap Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun

72 Stephen Robinson, Political Process Model of Hybridization : The Muslim Brotherhood and the Free Officers’ Legacy, 2011, hal 44 73 Ibid, hal. 44 74 Ibid, hal 9 Universitas Sumatera Utara Persaingan diantara kelompok pro-Nasser dan pro-Sadat dalam memperebutkan posisi kepemimpinan lembaga mahasiswa ditambah dengan adanya tekanan pemerintah, serta munculnya kepemimpinan mahasiswa independen memberikan kesempatan kelompok mahasiswa Ikhwan untuk meningkatkan kekuatannya dalam gerakan. Ketika kekuatan politik gerakan semakin meningkat, situasi sosial-politik semakin mendukung kekuatan mahasiswa Ikhwan dalam mendapatkan pengaruh yang lebih besar.Mengakui pentingnya peranan gerakan mahasiswa sebagai pion efektif dalam menghilangkan pengaruh Nasser, Anwar Sadat melihat elemen gerakan mahasiswa Islam sebagai pion untuk memperbesar pengaruhnya terhadap gerakan mahasiswa kiri. 75 Mengendurnya tekanan Anwar Sadat kepada Al-Ikhwan Al-Muslimun, memberikan peluang ekspansi dari gerakan mahasiswa Islam, yang dimana pada tahun 1970-an masih dianggap sebagai kelompok minoritas dalam skala gerakan mahasiswa yang lebih luas. Islamisme bukan merupakan gerakan yang populer pada awal tahun 1970-an ketika diskusi tentang diakletika materialisme, imperialisme dan penjajahan Barat masih menjadi wacana utama saat itu. Sementara itu untuk lapisan kelas bawah, generasi pertama mahasiswa dari Mesir Utara, tema-tema diskusi ini dirasa terlalu elitis.Mahasiswa mulai mencari pertanyaan yang lebih mendasar tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat kelas bawah Mesir yang sedang dilanda kemiskinan. Asosiasi mahasiswa Islam Gama’at Islamiya dibentuk pada tahun 1970 di Rumah Sakit Qasr al-Ayni Kairo oleh dokter dan mahasiswa Al-Ikhwan Al- Muslimun yang dilepaskan dari penjara zaman Nasser. Kelompok serupa juga dibentuk tidak lama kemudian di sejumlah fakultas Kedoketran di Kairo, Ayn Shams dan di sejumlah universitas di Mesir bagian atas. 75 Charles Robert Davidson, op.cit., hal 244 Universitas Sumatera Utara Permainan kepentingan dari rezim Sadat juga membuat Gama’at Islamiya untuk berkembang lebih jauh pada tahun 1970-an. Kemah Musim Panas, seperti yang pernah diadakan oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun sebelum tahun 1954, diadakan kembali oleh Gama’at Islamiya dan diikuti oleh ratusan mahasiswa yang berpartisipasi dalam program keislaman. Dibentuknya unit mahasiswa yang bergerak pada pembentukan moral keislaman, studi Al-Qur’an dan tafsir.Dengan fokus pada pendalaman ritual dan kajian keislaman, kelompok mahasiswa ini lebih menitikberatkan pada pembentukan perilaku islami mahasiswa daripada permasalahan politik dan ideologi yang lebih luas.Meskipun melakukan pembelaan terhadap ritual dan nilai-nilai keislaman, kelompok mahasiswa ini menyebarkan pencitraan yang ketat tetapi apolitis dari nilai-nilai Islam. 76 Sarana penting dari mobilisasi gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah universitas, dimana asosiasi mahasiswa Islam Gama’at Islamiya yang berafiliasi kepada Al-Ikhwan Al-Muslimun telah mendominasi lembaga-lembaga mahasiswa di mayoritas fakultas yang ada sejak pertengahan tahun 1970-an. Kelompok Gama’at Islamiya sangat menghegemoni di fakultas-fakultas sainstek. Sebagai contoh, pada pemilihan umum mahasiswa di Universitas Kairo pada tahun 1990-1991, gama’at al- islamiya memenangkan 47 dari 48 kursi senat di Fakultas MIPA, seluruh 72 kursi di Fakultas Kedokteran dan seluruh 60 kursi di Fakultas Teknik. Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun tumbuh subur dalam kondisi seperti ini dan menikmati periode kebangkitan. Elite pimpinan Ikhwan mengambil keuntungan dari toleransi yang diberikan Anwar Sadat dan menginisiasi banyak program yang bertujuan untuk memperkuat kebangkitan organisasi Ikhwan. Melalui pengadaan “program-program pelatihan” dimana dalam forum itu para pimpinan Ikhwan akan menyampaikan pandangan dan gagasannya, dapat dikatakan Al-Ikhwan Al-Muslimun 76 Charles Robert Davidson, op.cit., hal 244 Universitas Sumatera Utara secara efektif melakukan mobilisasi dan terhadap mahasiswa-mahasiswa universitas di seantero Mesir. Ikhwan mencoba melakukan pembaruan gerakan di kalangan mahasiswa dengan membentuk sejumlah proyek-proyek pelayanan masyarakat. Beberapa upaya yang dilakukan seperti bantuan financial untuk pembelian buku materi perkuliahan dan biaya kuliah, serta penyediaan pakaian seragam untuk wanita. Kebijakan toleran Sadat kepada Ikhwan juga meluas kepada hal-hal lain di luar lingkup universitas. 77 Richard Paul Mitchell menjelaskan bagaimana pengelolaan Gama’at Islamiya secara efektif dilakukan. Diawali dengan didirikannya Al-Ikhwan Al-Muslimun cabang universitas yang diketuai oleh seorang ketua cabang Ikhwan yang dipilih dari tokoh pimpinan mahasiswa yang dikenal di kalangan akademik dan mahasiswa. Kemudian pengorganisasian dibagi lagi kepada unit yang lebih kecil dimana masing- masing ketua cabang fakultas bertanggung jawab langsung kepada ketua cabang universitas, dan masing-masing fakultas dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang mewakili masing-masing angkatan dari empat tahun perkuliahan. 78 Perekrutan dan ideologisasi terhadap aktivis mahasiswa ini disebut sebagai “Islamization From Below” dimana Ikhwan fokus pada penguatan basis rekrutmen dan kaderisasi di kalangan aktivis kampus yang kemudian aktivis ini disiapkan untuk menjadi pemimpin lembaga-lembaga politik, asosiasi profesi, organisasi bisnis di kemudian hari. Para elite-elite mahasiswa ini mendapatkan pengalaman berharga menyelenggarakan pelayanan sosial, mempropagandakan ideologi dan nilai-nilai Islam, berinteraksi dengan gerakan mahasiswa lain di kampus dan berhadapan serta melakukan negosiasi-negosiasi politik dengan rezim penguasa. Asosiasi profesional menawarkan kepada elite mahasiswa ini sebuah saluran untuk melanjutkan aktivitas politik mereka setelah kelulusan mereka di universitas. 77 Carrie Rosefsky Wickham, op.cit., Hal 124 78 Richard Paul Mithcell, op.cit., Hal 244 Universitas Sumatera Utara Keleluasaan yang diberikan rezim kepada lembaga-lembaga mahasiswa di universitas dimulai pada tahun 1967 termasuk dengan dibentuknya Persatuan Nasional Lembaga Mahasiswa Mesir.Kapasitas dari lembaga ini semakin meningkat di bawah pemerintahan Anwar Sadat yang mengeluarkan peraturan organisasi mahasiswa yang lebih longgar pada tahun 1976.Para pimpinan Al-Ikhwan Al- Muslimun bersama dengan Gama’at Islamiya meluncurkan penerbitan dari literatur dan famlet yang menyebarkan nilai-nilai Islam. Dengan strategi ini Anwar Sadat juga efektif dalam membendung kekuatan institusional dari gerakan-gerakan kiri. Kecendrungan ini juga dapat dilihat dari kooptasi dan kemenangan Al-Ikhwan Al- Muslimun pada fakultas Teknik Universitas Kairo, yang sejak dulu sudah menjadi basis dari gerakan kiri. Pada tahun 1975, Al-Ikhwan Al-Muslimun menginisiasi proyek pembangunan di komunitas daerah tertinggal meliputi pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan.Upaya ini menjadikan Al- Ikhwan Al-Muslimun tampil sebagai kekuatan politik non-pemerintah yang menonjol.Pada tahun 1977, Al-Ikhwan Al-Muslimun melalui Gama’at Islamiya memegang kendali atas lembaga-lembaga mahasiswa di seluruh tiga belas universitas-universitas besar di Mesir.Pada tahun berikutnya Ikhwan mampu untuk memimpin Persatuan Nasional Lembaga Mahasiswa Mesir.Universitas menjadi wadah utama dari aktivisme kekuatan oposisi selama masa pemerintahan Anwar Sadat.28 Gama’at Islamiya secara perlahan terlibat dalam isu-isu politik terkini, terutama menjadi kekuatan oposisi bagi terhadap kebijakan pemerintah yang menghalangi ekspansi gerakan mereka. Di Mesir Atas, Gama’at Islamiya mendapatkan keuntungan dari kedekatan dan kekuatan jaringan mereka dengan komunitas masyarakat sekitar untuk membentuk sebuah jejaring gerakan, yang akan semakin memperkuat perkembangan gerakan mereka. Pada tahun 1981, lebih dari 60 persen dari anggota aktif gerakan Islam di Assyut merupakan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara Gama’at Islamiya. Keikutsertaan para mahasiswa ini dalam Gama’at Islamiya juga membentuk kesadaran politik akan sebuah lingkaran dan jejaring yang lebih luas daripada sekedar jejaring mahasiswa di kampus, mereka akhirnya membuat jejaring konstituen terhadap kandidat Islamis yang akan dimajukan, pertama pada serikat dan lembaga mahasiswa dan kemudian akan dilanjutkan pada asosiasi-asosiasi profesional. Universitas Sumatera Utara

BAB III Perjuangan Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun Pada Era Husni Mubarok 1981-

2011

1. Gerakan Islamic Trends Sebagai Infiltrasi Dalam Penguasaan Asosiasi- Asosiasi Profesional Mesir

Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun membentuk organisasi masyarakat bernama Islamic Trends untuk memfasilitasi infiltrasi Ikhwan pada asosiasi-asosiasi professional di Mesir. Kemudian Islamic Trends mengeluarkan daftar kandidat untuk dimajukan di dalam pemilihan umum asosiasi profesional.Rezim pemerintahan Mubarak mengizinkan kekuatan Islamis untuk berkompetisi secara legal terhadap kandidat pemerintah dan kandidat oposisi sekuler untuk menguasai dewan kepengurusan eksekutif asosiasi.Walaupun tetap menjadi subyek dari perwakilan- perwakilan perusahaan dan masih tergantung pada anggaran negara, asosiasi profesional tetap dapat dijadikan saluran strategis dan sarana kontestasi politik bagi kekuatan politik manapun. Islamic Trends telah memanfaatkan modal sosial-ekonomi dalam kondisi ini sebagai modal dan keuntungan politik. Sekolah, rumah sakit, klinik kesehatan, masjid dan pusat-pusat komunitas Islam yang akan membentuk komunitas sosial dari masyarakat Islam yang paralel dan saling terhubung satu dengan lainnya. Komunitas sosial yang demikian telah menggantikan peran dari pemerintahan Mesir dalam menyediakan pelayanan masyarakat di banyak daerah di Mesir.Islamic Trends telah menginisiasi penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi dokter-dokter, guru-guru muda dan berbagai profesi pekerjaan lainnya, yang pada akhirnya mengurangi ketergantungan masyarakat pada peranan negara. 79 79 Carrie Rosefsky Wickham, op.cit., Hal 124 Universitas Sumatera Utara