10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor 20 Tahun 2001 Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:
1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. 2.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar SD dan madrasah ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama SMP dan
madrasah tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah dasar disingkat SD adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama atau sederajat. Siswa sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15
tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar atau sederajat 6 tahun dan sekolah menengah pertama atau sederajat 3 tahun.
Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk 2008:106 masa kanak- kanak akhir berada dalam tahap operasi
konkret
dalam berfikir 7-12 tahun, dimana konsep yang ada pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang
samar-samar atau khayalan menjadi
konkret
atau dapat diterima akal. Dikatakan tahap operasi
konkret
dalam berfikir, karena pada tahap ini anak mampu berfikir logika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya
konkret
dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penyelesaian
11 permasalahan. Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar menurut kemampuan kognitif, seperti: membaca menulis, dan menghitung Syamsu Yusuf
LN, 2011: 178. Pada fase kanak-kanak akhir mempunyai karakteristik masing-masing.
Karakteristik siswa yang berada pada fase kelas rendah yaitu tidak dapat membedakan khayalan dengan kenyataan, benda tiruan memiliki sifat yang sama
dengan asli, mengaitkan pengalaman dunia luar dengan pengalaman pribadi. Sedangkan karakteristik siswa pada fase kelas-kelas tinggi yaitu adanya rasa ingin
tahu, ingin selalu bertanya, memiliki motivasi belajar pada mata pelajaran yang disukai, memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya,
senang dengan kegiatan-kegiatan yang menantang siswa agar aktif dalam pembelajaran.
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasi atau mengelompokkan, menyusun, dan mengasosiasikan atau
menghubungkan benda-benda
yang ada
di sekitarnya.
Siswa mulai
memperhatikan dan menerima pendapat orang lain. Bahan pembicaraan lebih ditujukan kepada lingkungan sosial. Daya nalar dapat dikembangkan dengan
melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, maupun pemikiran mengenai suatu peristiwa yang pernah dialami di lingkungannya Syamsu Yusuf
LN, 2011: 178-179. Misalnya, cerita yang berkaitan dengan pergaulan dengan teman-teman di sekolahnya, peristiwa berupa pengalaman yang menyenangkan
maupun yang menyedihkan saat disekolah dan sebagainya. Berdasarkan
12 pernyataan diatas, maka tugas guru sebagai pelaksana pembelajaran sebaiknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, gagasan, maupun pemikiran terkait dengan materi pelajaran yang dibaca atau dijelaskan
guru. Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas, dapat diungkapkan
bahwa siswa kelas V sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret
. Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir logika untuk menyelesaikan permasalahan
yang sifatnya
konkret
dengan cara mengamati dan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Daya nalar siswa pada tahap ini dapat
dikembangkan dengan cara melatih siswa mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan pendapat mengenai sesuatu peristiwa yaitu dengan menerapkan keterampilan
proses siswa. Kelas V Sekolah Dasar yang berada pada fase kelas tinggi senang dengan segala bentuk kegiatan-kegiatan yang menantang agar dapat mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran.
B. Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD