Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

commit to user 20 Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk - produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah islam. Dewan ini bukan hanya mengawasi Bank Syariah, tetapi juga lembaga - lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya. Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum islam. Garis panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi dewan pengawas syariah pada lembaga - lembaga keuangan syariah, dan menjadi dasar pengembangan produk-produknya. Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah meneliti dan memberi fatwa bagi produk - produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. Produk tersebut harus diajukan oleh menejemen setelah di rekomendasikan oleh DPS pada lembaga yang bersangkutan.

g. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Bank Syariah di Indonesia yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang, bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah di Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun 2010, Perbankan Syariah sudah membuka Bank Umum Syariah BUS sebanyak 11unit, bank syariah maupun Bank Konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah telah meningkat menjadi 23 unit. Sedangkan jumlah BPRS Bank Perkreditan commit to user 21 Rakyat Syariah sudah mencapai 150 unit dan masih akan terus bertambah. Ditahun-tahun mendatang, jumlah Bank Syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang Bank Syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window di bank - bank Konvensional. Tumbuh kembangnya asset bank Syariah ini dikarenakan adanya kepastian disisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank Syariah. Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun realitas yang ada menunjukan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan pergatian dari kita semua, yakni mencetak sumber daya manusia yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini. Karena system yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik pula. h. Produk dan Jasa Perbankan Syariah.