b Tax evasion, usaha Wajib Pajak dalam meringankan beban pajak dengan melakukan pelanggaran terhadap Undang-
undang yang berlaku.
2. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Safri Nurmantu 2005:148 kepatuhan perpajakan
dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakan. Terdapat 2 macam kepatuhan yaitu:
1 Kepatuhan formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan ketika wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan
dalam undang-undang perpajakan.
2 Kepatuhan material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan ketika wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan
material perpajakan.
Kepatuhan perpajakan menurut Supriyati dan Nur Hidayati
2008 memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Membayar nominal sesuai besarnya pajak yang ditanggung
2 Mengerti dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan, serta memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192PMK.032007 Pasal 1 menyebutkan bahwa wajib pajak patuh
adalah wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 Tepat Waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2 Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir
pelunasan; 3 Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut-turut; dan
4 Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi
Kepatuhan merupakan unsur penting dalam self assesment system yang diterapkan hingga saat ini, terutama kepatuhan dari
Wajib Pajak. Menurut Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar 2012 peranan penerapan hukum pajak sangat
penting dalam kaitannya dengan Kepatuhan, baik kepatuhan
pegawai pajak, Wajib Pajak, maupun pejabat yang terkait. Menurut Rochmat Soemitro 1991:94, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak antara lain: 1 Sanksi Pajak
Kejahatan dalam bidang pajak tidak secara langsung berdampak terhadap masyarakat, akan tetapi hanya merugikan
keuangan negara. Penerapan sanksi administrasi secara tepat, cepat, dan tegas dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 2 Kesadaran Pajak
Orang yang memiliki kesadaran pajak yang besar akan lebih patuh dalam memenuhi kewajiban-kewajiban pajak. Oleh
karena itu, disamping diterapkan sanksi, perlu diadakan penyuluhan yang efektif kepada masyarakat agar masyarakat
paham dan memiliki kesadaran pajak. Elia
Mustikasari 2007
dalam penelitiannya
juga mengungkapkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
Ketidakpatuhan Wajib Pajak Professional. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
1 Sikap terhadap Ketidakpatuhan Pajak Sikap adalah aspek perasaan yang dimiliki oleh Wajib Pajak
yang ditentukan langsung oleh keyakinan yang dimiliki oleh Wajib pajak tersebut terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak.
2 Norma Subjektif Kekuatan pandangan orang-orang di sekitar Wajib Pajak
memiliki peranan dalam perilaku Kepatuhan maupun ketidakpatuhan Wajib Pajak.
3 Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan adalah kontrol-
kontrol yang dimiliki oleh Wajib Pajak dapat menjadi penghambat perilaku ketidakpatuhan.
4 Kewajiban Moral Kewajiban moral adalah norma individu yang dimiliki oleh
seseorang, termasuk Wajib Pajak. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki norma ini.
5 Niat untuk berperilaku tidak patuh Niat untuk berperilaku tidak patuh adalah kecenderungan atau
keputusan Wajib Pajak untuk melakukan perilaku tidak patuh terhadap pajak. Semakin besar niat yang dimiliki oleh Wajib
Pajak untuk tidak berperilaku tidak patuh, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk Wajib Pajak tersebut untuk
berperilaku tidak patuh, ataupun sebaliknya. 6 Persepsi tentang kondisi keuangan perusahaan
Persepsi yang dimiliki oleh Wajib Pajak Professional tentang kemampuan perusahaan Wajib Pajak tersebut bekerja. Kondisi
keuangan dapat mempengaruhi kepatuhan perusahaan tersebut karena akan menekan perusahaan untuk melaporkan pajak.
7 Persepsi tentang fasilitas perusahaan Persepsi tentang fasilitas perusahaan adalah persepsi Wajib
Pajak Professional tentang sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, termasuk di dalamnya ketersediaan informasi
keuangan dan operasi. Ketika Wajib Pajak Professional memperoleh fasilitas yang memadai, maka besar kemungkinan
perusahaan akan berperilaku patuh. Jika dilihat dari faktor-faktor yang diungkapkan oleh Rochmat
Soemitro dan Elia Mustikasari di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh Kepatuhan bisa muncul dari luar diri Wajib Pajak
eksternal maupun dari dalam diri Wajib Pajak internal. Meskipun Elia Mustikasari melakukan penelitian terhadap Wajib
Pajak Professional, akan tetapi faktor-faktor yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan bisa diterapkan juga untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi. Faktor tersebut diantaranya adalah Sikap terhadap ketidakpatuhan, norma subjektif, kontrol perilaku yang
dipersepsikan, kewajiban moral, serta niat untuk melakukan ketidakpatuhan.
c. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi