Sikap yang positif terhadap pajak akan membuat seorang Wajib Pajak Orang Pribadi patuh terhadap aturan perpajakan yang ada.
Semakin bertambahnya sikap positif terhadap pajak maka akan semakin tinggi pula kepatuhannya. Hal ini dikarenakan wajib pajak
memiliki pandangan yang positif mengenai kewajibannya dalam membayar pajak sehingga akan lebih patuh dan tidak melakukan
kecurangan ataupun hal-hal lain yang bertentangan dengan aturan yang berlaku. Sebaliknya, apabila seorang Wajib Pajak memiliki sikap
negatif terhadap pajak, bukan tidak mungkin bahwa Wajib Pajak tersebut akan melakukan kecurangan, seperti melaporkan penghasilan
yang tidak sesuai dengan sebenarnya atau bahkan dalam kasus pegawai, bisa saja pegawai tersebut tidak melaporkan pengahasilan
lain di luar gajinya sebagai pegawai.
2. Norma Subjektif berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa Norma Subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang bernilai positif dan nilai t
hitung
sebesar 5,567, yang jauh lebih besar daripada t
tabel
yaitu 1,977. Selain itu, nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05 yang menunjukkan
bahwa variabel Norma Subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,184 yang berarti bahwa Norma Subjektif memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi sebesar 18,4. Artinya, Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dipengaruhi oleh Sikap 18,4 sedangkan sisnya 81,6
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Nilai konstanta sebesar 27,241 menunjukkan bahwa jika variabel
Norma Subjektif dianggap konstan, maka nilai Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 27,241. Nilai koefisien regresi sebesar 0,958
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 poin Norma Subjektif, maka akan menaikkan nilai Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar
0,958. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan hubungan yang positif dan searah antara Norma Subjektif dan Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Artinya, setiap bertambahnya nilai Norma Subjektif seorang Wajib Pajak Orang Pribadi, maka Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi juga akan semakin meningkat. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Norma Subjektif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang artinya hipotesis kedua diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Layli Yobabpritika Putri 2014
yang berjudul “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku yang dipersepsikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Norma Subjektif berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, penelitian ini juga mendukung penelitian Ahmad Farras Abiduddin 2015 yang
berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Tax Compliance Penyetoran SPT Massa Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang
terdaftar di KPP Pratama Boyolali. Penelitian tersebut menguji pengaruh langsung Norma Subjektif terhadap Kepatuhan Pajak dan
pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening. Pengujian langsung dalam penelitian menunjukkan bahwa Norma Subjektif
memiliki pengaruh langsung terhadap Kepatuhan Pajak. Pandangan orang lain atau kelompok lain dapat mempengaruhi
kepatuhan seorang Wajib Pajak. Seorang teman atau rekan satu profesi, seorang konsultan pajak, dan seorang petugas pajak jika
memberikan pengaruh positif kepada wajib pajak untuk berlaku patuh maka besar kemungkinan wajib pajak tersebut akan berlaku patuh.
Pengaruh positif tersebut berupa saran atau ajakan kepada Wajib Pajak untuk berperilaku patuh.
Distribusi kecenderungan variabel Norma Subjektif Wajib Pajak Orang Pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta mayoritas berada pada
kategori sedang yaitu sebanyak 112 orang WPOP 80,6, pada kategori tinggi sebanyak 27 orang 19,4, dan tidak ada Wajib Pajak
yang termasuk ke dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Wajib Pajak cukup mempertimbangkan saran dan dorongan
dari pihak referents dalam berperilaku patuh atau tidak patuh terhadap
pajak. Dari tabel hasil penelitian dapat diketahui bahwa diantara ketiga referents yang disebutkan, teman dan rekan satu profesi memiliki nilai
paling tinggi yang berarti teman dan rekan satu profesi adalah pihak yang paling banyak memberikan dorongan serta saran kepada Wajib
Pajak. Akan tetapi, Wajib Pajak paling banyak mendengarkan saran dari konsultan pajak, yang dibuktikan dengan tingginya jumlah nilai
butir pernyataan keenam.
3. Kontrol Perilaku Persepsian berpengaruh terhadap Kepatuhan