terutama keluarganya, yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit the sick role.
Menurut Kosa dan Robertson dalam Notoatmodjo 2003, perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang
bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkannya dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologis. Memang kenyataannya demikian, tiap individu
mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan berbeda, meskipun gangguan kesehatannya sama.
2.4.3. Determinan Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda- beda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan atas:
1. Determinan atau faktor internal
Yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal
Yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang. Menurut Blum dalam Notoatmodjo 2003, perilaku manusia merupakan
faktor yang memengaruhi status kesehatan individu selain faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan herediter. Selanjutnya teori Green dalam
Notoatmodjo 2007 menyebutkan perilaku dilatarbelakangi oleh 3 faktor utama
yakni: faktor predisposing faktor pemudah, enabling faktor pendukung dan reinforcing faktor penguat.
Dari kedua konsep tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut : Keturunan
Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
Proses Perubahan
Faktor Predisposing Faktor Enabling Faktor Reinforcing
Komunikasi Penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat
Training Pemberdayaan Sosial
Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan
Gambar 2.1 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan.
2.4.4. Faktor Predisposing Faktor Pemudah
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku
kesehatan, misalnya dalam pencegahan penyakit pneumonia diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang penyakit pneumonia. Di samping itu, kepercayaan dari
tradisi dapat menghambat ibu untuk memeriksakan anak ke sarana kesehatan. Karena faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka
sering disebut faktor pemudah Notoatmodjo, 2007.
a. Pendidikan