Dominansi hasil tangkapan Ukuran hasil tangkapan

sebanyak 172 ekor, sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran panjang 18,9-20,19 cm sebanyak 5 ekor. Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian cenderung bervariasi. Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi- cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 13,47-14,68 cm yaitu sebanyak 43 ekor, sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran panjang 11,05-12,25 cm dan 15,89-17 cm yaitu sebanyak 1ekor. Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian cenderung bervariasi. Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 16,9-18,04 cm yaitu sebanyak 14 ekor, sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah 10 20 30 40 50 5 - 6 ,2 1 6 ,2 1 - 7 ,4 2 7 ,4 2 - 8 ,6 3 8 ,6 3 - 9 ,8 4 9 ,8 4 - 1 1 ,0 5 1 1 ,0 5 - 1 2 ,2 6 1 2 ,2 6 - 1 3 ,4 7 1 3 ,4 7 - 1 4 ,6 8 1 4 ,6 8 - 1 5 ,8 9 1 5 ,8 9 - 1 7 ,1 Ju ml a h Ik a n eko r Selang Panjang kelas cm 2 4 6 8 10 12 14 16 1 - 1 1 ,1 5 1 1 ,1 5 - 1 2 ,3 1 2 ,3 - 1 3 ,4 5 1 3 ,4 5 - 1 4 ,6 1 4 ,6 - 1 5 ,7 5 1 5 ,7 5 - 1 6 ,9 1 6 ,9 - 1 8 ,0 5 1 8 ,0 5 - 1 9 ,2 Ju m la h I k a n e k o r Selang Panjang Kelas cm kisaran panjang 10-11,14 cm, 12,3-13,44 dan 13,45-14,6 cm yaitu sebanyak 1ekor. Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap secara biologis. Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap, sedangkan apabila ukuran ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap. Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap secara biologis adalah baronang dan pepetek. Sedangkan ikan tembang, ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 : 50 . Pengelompokan ikan yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity Jenis ikan Lm cm Hasil Tangkapan Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap Jumlah ekor Jumlah ekor Baronang 4 21 0,75 2759 99,25 Pepetek 10,7 - - 3236 100 Tembang 13,8 260 58,43 185 41,57 Cumi-cumi 11,2-14 68 40,96 98 50,04 Kembung 19,6 4 10,26 35 89,74 Ket : Lm = Length of maturity 5.4Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

5.4.1 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi dimensi alat tangkap X 1 , BBM X 2 , daya mesin X 3 , hari operasi X 4 , dan lampu X 5 seperti disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda, dengan persamaan Y = - 41,287 + 0,104 X 1 + 0,19 X 3 . Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap X 1 dan daya mesin X 3 . Variabel alat tangkap X 1 signifikan pada 0,05 dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 yaitu 0,001. Daya mesin X 3 signifikan pada 0,05 dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 yaitu 0,016. Sementara pada variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 0,1 10 , 0,05 5 , dan 0,01 1 . Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada faktor produksi alat tangkap X 1 menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0,104 yang berarti dalam setiap penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0,104 kg. Pada faktor produksi daya mesin genset X 3 menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 0,19 yang berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0,19 kg. Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan. Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi Lampiran 3 yaitu sebesar 67,8 , ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama, dan sisanya sebesar 32,2 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model. Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan, musim, cuaca, biaya investasi dan kondisi sumberdaya perairan. Uji koefisien regresi linear berganda pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10,129 lebih besar dari F tabel 0,05 yaitu sebesar 2,43 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung.

5.4.2 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi dimensi alat tangkap X 1 , BBM X 2 , daya mesin X 3 , hari operasi X 4 , dan lampu X 5 seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas Lampiran 4. Hasil analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda, dengan persamaan Y = - 4,128 + 4,128 X 1 + 3,717 X 3 . Pada Lampiran 4 menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap X 1 dan daya mesin X 3 . Variabel alat tangkap X1 signifikan pada 0,05 dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Daya mesin X 3 signifikan pada 0,05 dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 yaitu 0,001. Sementara pada variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 0,1 10, 0,05 5 , dan 0,01 1 . Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada faktor produksi alat tangkap X 1 menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4,128 yang berarti dalam setiap penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4,128 kg. Pada faktor produksi daya mesin genset X 3 menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3,717 yang berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3,717 kg.Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan. Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi Lampiran 4 yaitu sebesar 70,7 , ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama, dan sisanya sebesar 29,3 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model. Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan, musim, cuaca, biaya investasi dan kondisi sumberdaya perairan. Uji koefisien regresi linear berganda pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11,566 lebih besar dari F tabel 0,05 yaitu sebesar 2,43 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung. 5.5 Pembahasan 5.5.1 Unit Penangkapan Ikan Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting, yaitu kapal, alat tangkap dan nelayan. Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan. Evaluasi yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada penelitian sebelumnya Syafrie 2012. Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung bagan, jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan seperti lampu tabungdan serok.

5.5.2 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 , hal ini disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan di Palabuhanratu. Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak dimangsa oleh karnivora besar. Sifat ikan pepetek, tembang dan gerandong yang schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan tembang memangsa ikan gerandong. Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan. Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi. Hal tersebut menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecil.Nilai indeks dominansi mendekati 0, hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang rendah. Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas. Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas tinggi, maka nilai indeks dominansi rendah, demikian pula sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah. Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki kisaran dari 1,9 cm hingga 19,2 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di bawah length of maturity. Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap. Hal ini berkaitan dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 0,5 inch. Dengan demikian bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total. Bila dihubungkan dengan selektivitas, maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan apung rendah.