4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Palabuhanratu 4.1.1 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir. Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan, lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia. Kecamatan Pesisir tersebut antara lain Kecamatan Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak, Cisolok,
Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung dan Tegalbuleud BPS Kabupaten Sukabumi 2009.
Secara geografis, wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 6º 97’ – 7º 2’ LS dan 106º 49’ – 107º 00’ dengan luas wilayah 4.127 km
2
dan ketinggian 0
– 50 m dari permukaan laut Departemen Pertanian 2006. Batas wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah:
1 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis pantai ± 105 km. Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua Bappeda Kabupaten Sukabumi 2009.
4.1.2 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh keadaan musim yaitu musim barat dan timur. Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei. Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi, angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar. Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut. Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang, jarang terjadi hujan, dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut.
Oleh karena itu, musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan Prayitno 2006.
4.2 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu 4.2.1 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam, yaitu perahu motor tempel PMT dan kapal motor KM. Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel outboard engine yang diletakkan di bagian luar kapal. Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau. Adapun kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal inboard engine, umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar, yang hanya dimiliki nelayan bermodal relatif besar.
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit 42 dan kapal motor sebanyak 629 unit 57,7 , sedangkan jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
66,4 dan kapal motor sebanyak 128 unit 33,6 . Bertambahnya jumlah kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 30,23 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi.
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan Kondisi Maksimum
Jumlah Unit No
Tahun Perahu Motor Tempel
PMT Kapal Motor
KM 1
1993 342
78 420
2 1994
344 101
445 3
1995 352
109 461
4 1996
365 123
488 5
1997 290
116 406
6 1998
275 146
421 7
1999 278
181 459
8 2000
235 181
416 9
2001 343
186 529
10 2002
317 135
452 11
2003 253
128 381
12 2004
266 264
530 13
2005 428
248 676
14 2006
511 287
798 15
2007 531
321 852
16 2008
416 230
646 17
2009 364
394 758
18 2010
346 491
837 19
2011 461
629 1.090
Sumber : PPN Palabuhanratu 2011
4.2.2 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam, antara lain pancing, gillnet, bagan, payang, rawai, purse seine, trammelnet, rampus,
pancing tonda dan tuna longline. Untuk alat tangkap bagan apung, perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya.
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 25,8
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 2,7 .
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009
2010 2011
Payang Pelagic Danish Seine 45
971 533
375 Pancing Ulur Hand Line
254 1667
1052 729
Jaring Rampus Shrimp Entangling Gill Net 35
553 301
118 Bagan Apung Raft Lift Net
200 164
453 79
Trammel Net Trammel Net 30
93 235
90 Purse Seine Purse Seine
3 18
12 13
Gill Net Gill Net 50
369 118
77 Rawai Bottom Line
7 2
1 Pancing Tonda Trolline
40 605
1065 1126
Tuna Longline Tuna Longline 110
275 437
331
Sumber : PPN Palabuhanratu 2011
4.2.3 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah tiap tahunnya. Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5.994 jiwa, jumlah ini meningkat sebesar 27,21 dari tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa.
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun
Jumlah Nelayan Perkembangan
Orang 1
1993 3.028
2 1994
2.608 -16,10
3 1995
2.718 4,05
4 1996
2.418 -12,41
5 1997
2.589 6,60
6 1998
2.694 3,90