BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan
Pengamatan tutupan lahan di lapangan dilakukan di Kecamatan Cikalong yang terdiri dari 13 desa. Titik pengamatan yang digunakan sebanyak 110 titik dengan
rincian 65 titik untuk kelas hutan rakyat dan 5 titik untuk setiap kelas tutupan lahan yang lain dengan jumlah 9 kelas. Hasil pengamatan lapangan diperoleh sebanyak 10
sepuluh kelas tutupan lahan. Jenis tutupan lahan di lapangan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Jenis tutupan lahan hasil pengamatan lapangan
No Tutupan lahan
Jumlah titik pengamatan lapangan
Foto lapangan 1.
Badan air 5
2. Hutan tanaman jati
5
3. Lahan terbuka
5
Tabel 10 lanjutan
No Obyek tutupan lahan
Jumlah titik pengamatan lapangan
Foto lapangan 4.
Pemukiman 5
5. Hutan rakyat
65
6. Kebun campuran
5
7. Pertanian lahan kering
5
Tabel 10 lanjutan
No Obyek tutupan lahan
Jumlah titik pengamatan lapangan
Foto lapangan
8. Rawa semak
5
9. Sawah
5
10. Semakbelukar 5
Jumlah titik pengamatan lapangan 110
5.2 Analisis Visual dan Analisis Digital Citra Landsat
Penafsiran citra Landsat dalam penelitian ini menggunakan metode analisis visual dan analisis digital. Penggunaan kedua metode ini bertujuan untuk melihat
perbedaan tingkat akurasi penafsiran citra yang dilakukan intrepeter dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi dan kualitas hasil perekaman citra Landsat
yang digunakan dalam penelitian. Citra Landsat merupakan salah satu jenis citra optik yang dipengaruhi oleh cuaca sehingga ada beberapa wilayah yang tertutup oleh
objek awan dan bayangannya sehingga sulit untuk mengidentifikasi objek yang ada di bawahnya.
Pada analisis digital, citra Landsat yang dipilih adalah citra tahun 1994 dan 2000. Citra yang digunakan adalah citra yang mempunyai tingkat kenampakan objek
yang jelas dan tidak mengalami stripping disajikan pada Gambar 3. Proses terjadinya stripping pada citra Landsat diakibatkan karena adanya kerusakan pada sensor optik
satelit tersebut sehingga menyebabkan terjadinya sejumlah garis dengan ukuran lebar beberapa piksel kehilangan datanya DN=0.
a b
Keterangan: skala 1 : 110000
Gambar 3 Citra Landsat tahun 1994 a dan 2000 b Pada analisis visual, citra Landsat yang digunakan adalah citra tahun 2005 dan
2010. Pemilihan kedua citra tersebut adalah dengan melihat kualitas kedua citra yang mengalami stripping Gambar 4.
a b
Keterangan: skala 1 : 110000
Gambar 4 Citra Landsat tahun 2005 a dan 2010 b Hasil penafsiran citra Landsat dengan metode analisis digital dapat
diidentifikasi sebanyak 12 kelas tutupan lahan, yaitu: badan air, hutan tanaman, lahan terbuka, pemukiman, hutan rakyat, kebun campuran, pertanian lahan kering, rawa
semak, sawah, semakbelukar, awan, dan bayangan awan. Hasil penafsiran dengan metode analisis digital dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Sedangkan
untuk hasil identifikasi penafsiran citra Landsat dengan menggunakan metode analisis visual diperoleh sebanyak 10 kelas dengan jenis kelas tutupan lahan yang sama
dengan analisis digital tanpa terdapat kelas awan dan kelas bayangan awan. Hasil penafsiran dengan metode analisis visual dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar
14. Pada citra Landsat resolusi 30 m ini, ada beberapa wilayah yang tertutup oleh
objek awan dan bayangannya sehingga sulit untuk mengidentifikasi objek yang ada di bawahnya. Dalam analisis visual citra Landsat yang terdapat awan dan bayangannya.
Identifikasi objek yang berada di bawahnya dilakukan dengan melihat asosiasi dari objek yang berada pada objek yang tertutup oleh awan dan bayangannya. Selain itu,
teknik identifikasi yang juga dilakukan yaitu dengan mencocokkan hasil identifikasi awal dengan melakukan overlay dengan citra resolusi tinggi GeoEye secara online
dengan bantuan software Google Earth dan berdasarkan data wawancara di lapangan
dengan penduduk sekitar. Sedangkan dalam analisis digital, awan dan bayangannya yang terdapat pada citra digolongkan dalam kelas tutupan lahan sehingga objek yang
berada dibawahnya tidak teridentifikasi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Kelas hutan rakyat pada citra Landsat memiliki warna hijau tua hingga hijau
kekuningan dengan pola yang tidak teratur dan bentuk yang berbeda-beda tergantung dari luasan hutan rakyat tersebut. Adanya perbedaan kenampakan warna hutan rakyat
ini dari warna hijau tua hingga hingga kekuningan dipengaruhi oleh banyaknya spesies dan jarak tanam tanaman kayu yang dibudidayakan dalam pengelolaan hutan
rakyat. Pada kenampakan warna hijau hingga hijau tua, pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan cenderung dengan membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman
kayu seperti mahoni, sengon dan kelapa di suatu lokasi, dan jarak tanam yang digunakan cukup rapat. Sedangkan pada kenampakan warna hijau hingga hijau
kekuningan Gambar 5a, pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan cenderung dengan membudidayakan tanaman kayu secara monokultur di suatu lokasi. Dalam
penelitian ini, kelas hutan rakyat yang banyak teridentifikasi adalah hutan rakyat campuran dengan membudidayakan dua atau lebih tanaman kayu dan tanaman
pertanian dengan kenampakan warna hijau hingga hijau tua Gambar 5b.
a b
Keterangan: skala 1 : 5000
Gambar 5 Kenampakan citra Landsat pada hutan rakyat monokultur a dan campuran b
Dalam analisis visual, kenampakan hutan rakyat terkadang juga memiliki rona warna hijau kekuningan bercampur merah. Hal ini dikarenakan hutan rakyat
mempunyai karakter dalam hal letak atau lokasi tempat pengelolaan yang berada di
dekat perkampungan sehingga dengan karakter citra Landsat yang memiliki resolusi spasial sebesar 30 m, untuk ketelitian hasil analisis visual perlu dilakukan pembuatan
titik-titik ground check lapangan yang jumlahnya mewakili dari jumlah keseluruhan objek yang teridentifikasi hutan rakyat dan posisi titik-titik ground check lapangan
yang sifatnya menyebar.
a b
Keterangan: skala 1 : 2500
Gambar 6 Kenampakan citra Landsat pada kelas hutan tanaman a dan kebun campuran b
Hutan tanaman Gambar 6a memiliki tampilan warna hijau bercampur warna coklat dan merah yang dipengaruhi oleh jenis tanaman yang dibudidayakan adalah
tanaman Jati Tectona grandis. Tanaman Jati hidup di daerah kering dan mempunyai tutupan daun yang tidak rapat sehingga mempengaruhi terhadap tampilan rona dan
warna pada citra. Kebun campuran Gambar 6b mempunyai tampilan warna hijau tua dengan tekstur kasar yang dipengaruhi oleh komposisi jenis yang beragam dan
menggunakan pola tanam yang rapat. Kebun campuran dan hutan rakyat umumnya sulit diidentifikasi karena beberapa hutan rakyat mempunyai karakter budidaya kayu
dengan komposisi jenis yang beragam.
a b
Keterangan: skala 1 : 2500
Gambar 7 Kenampakan citra Landsat pada kelas lahan terbuka a dan pemukiman b
Hasil analisis visual citra Landsat pada kelas pemukiman Gambar 7b dan lahan terbuka Gambar 7a umunya memiliki warna kombinasi pink, merah, dan
merah tua. Pada kelas pemukiman dan lahan terbuka sulit dilakukan identifikasi karena memiliki kombinasi tampilan warna yang cukup sama. Pemukiman biasanya
memiliki jaringan jalan yang tinggi sehingga jaringan jalan pada poligon pemukiman lebih rapat dan teratur dibandingkan dengan yang lainnya.
a b
Keterangan: skala 1 : 2500
Gambar 8 Kenampakan citra Landsat pada kelas sawah berair a dan sawah bervegetasi b
Pada kelas tutupan sawah cenderung lebih mudah dibedakan dengan kelas lainnya adalah pada sawah dengan fase sedang diolah dan digenangi air. Pada sawah
dengan tahapan sedang diolah dan digenangi air gambar 8a memiliki tampilan
warna biru dengan tone gelap dan tekstur halus, sedangkan pada sawah dengan fase sawah bervegetasi Gambar 8b memiliki tekstur halus dengan tampilan warna hijau
kecoklatan. Pada analisis visual citra landsat di kelas ini memiliki kesulitan dalam membedakan antara sawah irigasi dan sawah tadah hujan. hal ini dikarenakan adanya
kesamaan elemen intrepetasi yaitu berwarna biru pada sawah di fase berair dan ditanami dan hijau kecoklatan pada fase bervegetasi.
a b
Keterangan: skala 1 : 2500
Gambar 9 Kenampakan citra Landsat pada kelas badan air a dan rawa semak b Kelas badan air Gambar 9a merupakan semua kenampakan perairan, sungai,
waduk, danau, kolam, dll yang tampak dalam tampilan warna citra Landsat. Badan air memiliki ciri dengan tekstur halus, berwarna biru dalam bentuk memanjang dan
berliku-liku pada sungai. Kelas rawa semak dan sawah dengan fase tergenang air dan ditanami cukup sulit dibedakan karena kedua kelas mempunyai tekstur halus dan
tampilan rona yang cukup sama. Kelas rawa semak Gambar 9b memiliki tampilan kombinasi warna biru tua dan coklat tua. Kelas ini memiliki tekstur yang lebih kasar
dari pada kelas badan air. hal ini dikarenakan kondisi lapangan pada kelas rawa semak adalah genangan air yang bercampur dengan tanaman semak.
a b
Keterangan: skala 1 : 2500
Gambar 10 Kenampakan citra Landsat pada kelas pertanian lahan kering a dan semak belukar b
Pada kelas pertanian lahan kering Gambar 10a memiliki tampilam kombinasi warna pink, merah, hijau, dan kuning. Kelas pertanian lahan kering dan pemukiman
memiliki kesulitan dalam membedakan kedua kelas tersebut. Hal ini dikarenakan kelas pertanian lahan kering biasanya terdapat disekitar kelas pumukiman. Kelas
semak belukar gambar 10b memiliki kombinasi tampilan warna hijau muda dan hijau tua. Adanya kombinasi warna tersebut dikarenakan beragam kombinasi jenis
tanaman semak. Informasi tambahan sangat diperlukan dalam penafsiran citra khususnya pada
kelas tutupan lahan yang memiliki tampilan yang sama secara visual dan sulit dibedakan. Informasi tambahan tersebut dapat berupa peta jaringan jalan, peta
jaringan sungai, informasi ketinggian tempat, serta peta sebaran dan kelas umur hutan tanaman.
Gambar 11 Peta tutupan lahan Kecamatan Cikalong tahun 1994
Gambar 12 Peta tutupan lahan Kecamatan Cikalong tahun 2000
Gambar 13 Peta tutupan lahan Kecamatan Cikalong tahun 2005
Gambar 14 Peta tutupan lahan Kecamatan Cikalong tahun 2010
5.3 Analisis Separabilitas