Klasifikasi Penutupan dan Penggunaan Citra Landsat untuk Identifikasi Tutupan Lahan

fotografi konvensional karena dibutuhkan foto udara yang banyak untuk meliputi suatu kawasan yang sama. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, citra Landsat TM Thematic Mapper mempunyai kelebihan lebih baik dari generasi citra Landsat sebelumnya. Menurut Jaya 2002 menyatakan bahwa TM merupakan alat scanning mekanis dengan MSS Multi Spectral Scanner yang mempunyai resolusi spektral sebanyak 7 tujuh band, resolusi spasial 30 m x 30 m dan radiometrik 8 bit yang lebih baik. Karakteristik spektral Landsat TM dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik band pada Landsat TM Band Panjang Gelombang Resolusi spasial Aplikasi 1 0,45-0,52 µm 30 m Dirancang untuk membuahkan peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, dan juga untuk mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. 2 0,52-0,60 µm 30 m Dirancang untuk mengindera puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak di antara dua saluran spektral serapan klorofil. Tanggapan pada saluran ini dimaksudkan untuk menekankan perbedaan vegetasi dan penelitian kesuburan. 3 0,63-0,69 µm 30 m Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini berada pada salah satu bagian serapan antara kenampakan vegetasi dan bukan vegetasi, juga menajamkan kontras antara kelas vegetasi. 4 0,76-0,90 µm 30 m Saluran yang peka terhadap akumulasi biomassa vegetasi yang terdapat pada daerah kajian. hal ini akan membantu identifikasi tanaman dan akan memperkuat kontras antara tanaman-tanah dan lahan-air. 5 1,55-1,75 µm 30 m Saluran yang penting untuk penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, dan kondisi kelembapan tanah. 6 2,08-2,35 µm 30 m Saluran yang penting untuk pemisah formasi batuan. 7 10,0-12,50 µm 120 m Saluran informasi termal yang dikenal bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembapan tanah, dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas. Sumber : Lillesand dan Kiefer 1990

2.5 Klasifikasi Penutupan dan Penggunaan Citra Landsat untuk Identifikasi Tutupan Lahan

Klasifikasi diartikan sebagai proses pengelompokan piksel-piksel ke dalam kelas-kelas atau kategori-kategori yang telah ditentukan berdasarkan nilai kecerahan Brightnes valueBV atau Digital NumberDN piksel yang bersangkutan Jaya 2010. Lillesand dan Kiefer 1990 menjelaskan bahwa istilah penutupan lahan land cover berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan istilah penggunaan lahan land use berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penutupan lahan merupakan hasil akhir dari penggunaan lahan. Penutupan lahan meliputi bukan hanya bangunan dan penutupan vegetasi atau modifikasi yang dibuat langsung oleh manusia. Sedangkan penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual Arsyad 1989. Informasi penutupan atau penggunaan lahan antara lain dapat digunakan sebagai dasar pembuatan rencana tata ruang. Secara ideal, informasi penutupan lahan dan penggunaan lahan disajikan secara terpisah akan tetapi, jika data penginderaan jauh digunakan sebagai sumber informasi utama, maka akan lebih efisien untuk menggabungkan kedua informasi tersebut. Pada citra penginderaan jauh, informasi penutupan lahan umumnya mudah dikenali, sedangkan informasi penggunaan lahan tidak selalu dapat ditafsir pada citra akan tetapi dapat dideteksi dari kenampakan penutupan lahan dan dilakukan kegiatan ground check lapangan. Klasifikasi penutupan lahan dengan mengunakan citra Landsat telah dilakukan oleh berbagai instansi seperti Badan Pertanahan Indonesia BPN, Kementrian lingkungan Hidup KLH, Tropenbos Internasional TBI yang disajikan pada Tabel 2. Pendekatan dan ketelitian yang dilakukan oleh instansi tersebut berbeda-beda sehingga menghasilkan tipe penutupan atau penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2005 menunjukkan 13 tipe penutupan lahan. Sedangkan pada tahun 2008 Direktorat Planologi Kehutanan mempublikasikan data penutupan lahan untuk seluruh Indonesia. Data yang diperoleh dari intrepetasi citra Landsat menunjukkan terdapat 29 tutupan lahan dengan mempertimbangkan tingkat gangguan hutan primer dan sekunder dan kondisi lahan rawalahan kering. Tabel 2 Klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan Klasifikasi Badan Planologi Departemen Kehutanan 2001 Klasifikasi Badan Pertanahan Nasional 1969 Klasifikasi KLH 2005 1. Hutan lahan kering primer dataran rendah 1. Hutan 1. Hutan mangrove 2. Hutan lahan kering primer pegunungan rendah 2. Lahan kering 2. Hutan lahan kering 3. Hutan lahan kering primer pegunungan tinggi 3. Tadah hujan 3. Hutan rawa 4. Hutan lahan kering primer sub- alpine 4. Ladang berpindah 4. Hutan tanaman 5. Hutan lahan kering sekunder dataran rendah 5. Padang penggembalaan 5. Pertanian lahan kering 6. Hutan lahan kering sekunder pegunungan rendah 6. Rawa 6. Padang rumput 7. Hutan lahan kering pegunungan sub-alpine 7. Semak belukar 7. Semak belukar 8. Hutan rawa primer 8. Padi 8. Sawah 9. Hutan rawa sekunder 9. Perkebunan 9. Perkebunan 10. Hutan rawa primer 10. Perumahan, ladang, dan padi 10. Kebun campuran 11. Hutan mangrove primer 11. Pemukiman desa 11. Pemukiman 12. Hutan mangrove sekunder 12. Pemukiman perkotaan 12. Lahan kosong 13. Semakbelukar 13. Kolamtambak 13. Tubuh air 14. Semakbelukar rawa 14. Lapangan udara 15. Savana 15. Badan air 16. HTI 17. Perkebunan 18. Petanian lahan kering 19. Pertanian lahan kering bercampur dengan semak 20. Transmigrasi 21. Sawah 22. Tambak 23. Tanah terbuka 24. Pertambangan 25. Salju 26. Permukiman 27. Tubuh air 28. Rawa 29. Awan Sumber : IPB dan JICA 2011

2.6 Analisis Perubahan Penutupan Lahan