Mata Pencaharian Jumlah dan Luas Rumah

Baham memiliki persentase 5 dan Suku Mata sebesar 14,3. Jumlah anggota keluarga terbanyak adalah 9 orang dengan presentase sebesar 2,7 Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan anggota keluarga No Anggota Keluarga Suku Baham Suku Mata Suku Lainnya Total N N N N 1 2 1 5 2 14,3 - - 3 8,1 2 3 3 15 3 21,4 - - 6 16,2 3 4 5 25 - - 2 66,7 7 18,9 4 5 4 20 - - - - 4 10,8 5 6 4 20 4 28,6 - - 8 21,6 6 7 1 5 3 21,4 1 33,3 5 13,5 7 8 1 5 2 14,3 - - 3 8,1 8 9 1 5 - - - - 1 2,7 Jumlah 20 100 14 100,0 3 100,0 37 100,0 Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh dalam pembagian tanah yang akan diolah menjadi kebun. Semakin besar jumlah anggota keluarga menunjukan seberapa besar hutan akan digunakan menjadi kebun.

5.1.5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian responden dari ketiga suku yaitu sebagai petani dengan persentase sebesar 89,2. Jika dilihat pada masing-masing suku maka mata pencaharian sebagai petani tertinggi dimiliki oleh suku lainnya yaitu 100, sedangkan Suku Baham hanya sebesar 95 dan Suku Mata sebesar 78,6. Hal ini menunjukan bahwa responden memiliki hubungan yang erat dengan sumber daya hutan yang dikelolah sebagai kebun. Selain sebagai petani, ada beberapa responden bekerja sebagai nelayan, tukang kayu, dan PNS. Responden yang bekerja sebagai nelayan yaitu sebesar 5,4, tukang kayu sebesar 2,7 dan responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sebesar 2,7 Tabel 13. Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian utama No Jenis Pekerjaan Suku Baham Suku Mata Suku lainnya Total N N N N 1 Petani 19 95 11 78,6 3 100 33 89,2 2 Nelayan 1 5 1 7,1 - - 2 5,4 3 Tukang Kayu - - 1 7,1 - - 1 2,7 4 PNS - - 1 7,1 - - 1 2,7 Jumlah 20 100 14 100,0 3 100 37 100,0 Selain mata pencaharian utama ada beberapa responden dari ketiga suku yang memiliki pekerjaan sampingan. Responden yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani sebesar 44,4, nelayan sebesar 33,3, buruh sebesar 11,1, dan pedagang sebesar 11,1 Tabel 14. Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sambilan No Jenis Pekerjaan Sambilan Suku Baham Suku Mata Suku yang lain Total N N N N 1 Petani 1 5 3 21,4 - - 4 44,4 2 Nelayan - - 2 14,3 1 33,3 3 33,3 3 Buruh 1 5 - - - - 1 11,1 4 Pedagang 1 5 - - - - 1 11,1 Jumlah 3 15 5 35,7 1 33,3 9 100,0

5.1.6. Jumlah dan Luas Rumah

Terdapat adanya variasi tempat hunian rumah yang dimiliki oleh responden dari ketiga suku. Rata-rata responden dari ketiga suku memiliki satu tempat hunian rumah yaitu sebesar 97,3 dan hanya ada satu responden dari Suku Baham sebesar 2,7 yang memiliki dua tempat hunian rumah. Tempat hunian rumah yang dimiliki oleh responden rata-rata terbuat dari beton Tabel 15. Contoh bentuk hunian yang dimiliki oleh responden pada Desa Kinam dan Desa Kiriwas-was disajikan pada Gambar 1. a b Gambar 1 Bentuk hunian di a Desa Kiriwas-was dan b Desa Kinam Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan jumlah tempat tinggal yang dimiliki No Banyak Suku Baham Suku Mata Suku lainnya Total N N N N 1 1 19 95 14 100 3 100 36 97,3 2 2 1 5 - - - - 1 2,7 Jumlah 20 100 14 100 3 100 37 100,0 Ukuran dari tempat hunian yang dimiliki oleh responden dikelompokkan menjadi tiga dengan rata-rata berukuran kecil, sedang, dan besar. Hal ini menunjukkan bervariasinya tempat hunian yang dimiliki oleh responden. Tabel 16 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki hunianrumah berukuran kecil antara 36 – 50 m 2 . Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan luas rumah No Luas m² Suku Baham Suku Mata Suku lainnya Total N N N N 1 36-50 8 40 7 50 2 66,7 17 45,9 2 50-100 8 40 5 35,7 1 33,3 14 37,8 3 100 4 20 2 14,3 - - 6 16,2 Jumlah 20 100 14 100,0 3 100,0 37 100,0 5.6 Pengetahuan dalam Pengelolaan Kebun 5.2.1. Sistem Pengelolaan Kebun Agroforestri Tradisional Hasil wawancara dari 37 orang responden yang terbagi dalam tiga suku menunjukan bahwa responden memiliki kebun yang berasal dari harta warisan, tetapi terdapat satu responden dari suku lainnya yang memiliki kebun berasal dari pemberian. Hal ini karena responden tersebut bukan suku asli setempat. Untuk hak kepemilikan lahan lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan status asal lahan No Suku Asal Status Warisan Pemberian 1 Baham 20 - Milik Sendiri 2 Mata 14 - Milik Sendiri 3 Lainnya 2 1 Milik Sendiri Jumlah 36 1 Pada umumnya, lahan yang diusahakan dikelola oleh responden merupakan tanah milik. Tanah milik merupakan tanah yang telah sah menjadi hak milik seseorang yang bertanggung jawab atas pengelolaan lahan tersebut untuk diperoleh manfaatnya. Ditinjau dari asalnya, tanah milik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tanah milik warisan keluarga dan tanah milik pemberian dari pihak lain. Dari hasil wawancara rata-rata responden memiliki tanah milik sendiri dari warisan keluarga yang dikelola. Kebun yang dikelola dari tanah warisan merupakan suatu sistem budi daya yang bersifat jangka panjang sehingga kejelasan jaminan akan hak pengusahaan lahan menjadi sesuatu yang sangat penting dan hanya akan diperoleh dari tanah dengan status tanah milik. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani bervariasi mulai dari 1 ha, 1-1,5 ha, dan 1,5 ha. Petani dapat memiliki lahan yang luas disebabkan karena lahan yang dikelolah berasal dari hutan alam, sehingga dalam pengelolaannya lebih kepada kemampuan petani untuk menggelolah. Walaupun dalam pembagian lahan didasarkan atas marga yang dimiliki. Sebagian besar responden memiliki luas lahan sebesar 1 ha dengan persentase sebesar 43,2. Responden dengan jumlah lahan terluas yaitu 1,5 ha sebesar 16,2 yang berasal dari Suku Mata sebanyak 42,9. Luas lahan yang dimiliki dari ketiga suku tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 18. Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan luas kebun No Luas Suku Baham Suku Mata Suku lainnya Total N N N N 1 1 Ha 9 45 4 28,6 3 100 16 43,2 2 1-1,5 Ha 11 55 4 28,6 - - 15 40,5 3 1,5 Ha - - 6 42,9 - - 6 16,2 Jumlah 20 100 14 100,0 3 100 37 100,0 Berdasarkan hasil wawancara pada responden diketahui hampir semua responden dari ketiga suku belum mengetahui apa itu sistem agroforestri. Petani lebih mengenal istilah kebun dari pada istilah agroforestri, kebun yang dikembangkan berasal dari pengetahuan yang diperoleh secara turun-temurun. Dalam pengelolaan kebun agroforestri tradisional petani lebih banyak menggunakan pengalaman yang diperoleh sendiri maupun hasil pertukaran antar petani. Pengelolaan kebun terbagi atas beberapa kegiatan seperti persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa pola tanam kebun agroforestri tradisional yang paling banyak yaitu kombinasi antara kayu, buah-buahan, dan tanaman pertanian, dengan adanya pola kebun ini mempunyai manfaat bagi petani yaitu dapat menjadi sumber pendapatan dalam keluarga dan menjamin adanya keberlanjutan produksi sepanjang luas lahan. Berikut ini merupakan contoh gambar pola tanam kebun kombinasi antara kayu, buah-buahan, dan tanaman perkebunan seperti pada Gambar 2. Gambar 2 Pola tanam kebun agroforestri tradisional

5.2.2. Persiapan Lahan