18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum tentang Asuransi Kerugian Syariah
1. Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi Syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 21DSN- MUIX2001 Asuransi Syariah
Ta’min, Takaful atau Tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orangpihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau taba rru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah.
1
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992, pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberi pengganti kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
1
DSN Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: PT. Intermasa, 2003, h. 135 No: 21DSN-MUIX2001.
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2
Asuransi kerugian syariah yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
Prinsip utama dalam asuransi kerugian syariah adalah ta’awanu ‘ala al birr
wa al-taqwa tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa dan al-
ta’min rasa aman. Prinsip ini menjadikan para tertanggung atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling
menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi adalah akad takafuli saling menanggung, bukan akad tabaduli
saling menukar yang selama ini digunakan oleh perusahaan asuransi konvensional, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan.
3
Dalam pengelolaan dan penanggungan risiko, asuransi syariah tidak memperbolehkan adanya gharar ketidakpastian spekulasi dan maisir
perjudian. Di dalam investasi atau manajemen pengelolaan dana tidak diperkenakan adanya riba bunga. Ketiga larangan ini, gharar, maisir, riba
adalah area yang harus dihindari dalam praktek asuransi syariah.
4
Dalam hal pembagian keuntungan pengelolaan dana peserta asuransi dilakukan dengan
2
Abdul Ghoni, Erni Arianty, Akuntansi Asuransi Syariah Antara Teori dan Praktik, Jakarta: INSCO Consulting, 2007, h. 3.
3
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, h.32.
4
Ahmad Dzajuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekenomian Umat sebuah pengenalan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 120.
prinsip bagi hasil profit and loss sharing. Dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai pihak pengelola dana mudharib yang menerima pembayaran dari
peserta asuransi untuk dikelola dan diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal yang
akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan bagi hasil dari perusahaan asuransi. Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme
pertanggungan adalah saling menanggung risiko sharing of risk. Dengan demikian tidak terjadi transfer risiko dari peserta ke perusahaan.
5
Dalam praktik asuransi kerugian syariah, pengembalian sebagian premi ke tertanggung dalam bentuk surplus sharing sekilas mirip dengan mekanisme
dalam asuransi konvensional yang dikenal dengan istilah “No Claim Discount
NCD ”. Sebagai contoh, seorang pemegang polis asuransi kendaraan disebuah
perusahaan asuransi konvensional akan mendapatkan diskon pada saat polis tersebut diperpanjang di tahun berikutnya dengan syarat selama masa
pertanggunggan tidak mengajukan klaim. Dari perspektif asuransi syariah mekanisme diskon seperti ini tentu saja berbeda dengan mudharabah karena
NCD hanya diberlakukan apabila si pemegang polis hendak memperpanjang polisnya. Dalam asuransi syariah, hak mudharabah tetap dibayarkan kepada
peserta meskipun tidak memperpanjang polisnya. Dengan demikian, NCD dan
5
Agus Edi, Sumanto, Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah, Bandung: PT. Karya Kita, 2009, h. 27.
bagi hasil bisa diterapkan sekaligus di asuransi syariah, namun tidak bagi asuransi konvensional.
Karena jangka waktu pertanggunggan untuk produk-produk asuransi kerugian misalnya asuransi kebakaran, kendaraan bermotor, kecelakaan diri,
dan lain-lain biasanya berlaku untuk periode satu tahun, maka produk ini tidak mengandung unsur tabungan non saving sehingga seluruh premi yang akan
dimasukkan ke dalam satu poolfund untuk kemudian dikelola oleh perusahaan berdasarkan pronsip-prisip syariah. Dari total dana ditambah hasil investasi dan
dikurangi beban-beban asuransi, apabila kemudian terdapat surplus maka surplus tersebut akan dibagihasilkan antara peserta dan perusahaan dengan nisbah yang
sudah ditentukan di awal perjanjian.
Perusahaan Keuntungan Perusahaan
Biaya Operasional
Bagian Perusahaan
60 contoh Surplus Sharing
40 contoh Bagian Peserta
Surplus Beban
Asuransi Total
Dana Total
Dana Pre
mi
Pesert
a
Hasil Investasi
Hasil Investasi
2. Produk Asuransi Kerugian Syariah