Kerangka Berpikir KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

Penelitian yang dilakukan oleh Idat Sabdul Wahid, Min Rukmini dkk tahun 1998 dengan judul “kodifikasi Cerita Rakyat Daerah Wisata Jawa Barat”. Di dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa di daerah Pangandaran Jawa Barat terdapat banyak sastra lisan berupa cerita rakyat. Beberapa cerita rakyat yang terkumpul diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yakni ; 1 cerita lisan, 2 cerita asal usul, 3 cerita sejarah, 4 cerita dongeng, 5 cerita mite, 6 cerita babad. Semua kelompok cerita tersebut diketahui bermuatan nilai sejarah, nilai budaya, nilai agama, nilai seni, nilai adat, dan lain-lain, sehingga cerita rakyat tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai bacaan masyarakat dan sebagai bahan pengajaran sastra di sekolah-sekolah utamanya di Jawa Barat.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pendahuluan dan kajian teori tentang cerita rakyat, struktur karya sastra, serta nilai edukatif crita rakyat dapat dibuat suatu kerangka berpikir sebagai berikut. Kebudayaan Nasional berasal dan didukung oleh kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah berpotensi menjadi unsur kebudayaan Nasional. Kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan Nasional berkaitan erat dengan kesusastraan dalam arti luas. Kebudayaan daerah disebut pula folklore merupakan bagian dari kebudayaan daerah tertentu, diantaranya adalah kebudayaan di Kabupaten Wonogiri. Folklore selalu berkaitan dengan sastra lisan di dalamnya termasuk cerita rakyat, yang menjadi bagian dari folklore dan telah lama ada dalam masyarakat tertentu termasuk di Kabupaten Wonogiri, tersebar secara lisan, turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Sebuah cerita rakyat selalu mengungkapkan kejadian atau peristiwa padqa masa silam. Dalam kejadian atau peristiwa tersebut melibatkan peran seorang tokoh atau sekelompok tokoh yang karakter masing-masing tokoh cerita dan segala sesuatu yang telah dilakukan para tokoh atau pelaku peristiwa tersebut akan dinilai oleh masyarakat pada zamannya atau masyarakat penuturnya. Masyarakat penutur bertindak sebagai pewaris cerita akan mencari relevansi antar kehidupan masa lalu, kehidupan masa sekarang, dan kehidupan di masa yang akan datang. Setiap kejadian atau peristiwa pada masa silam dapat ditemukan hikmah dan nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut juga dapat ditemukan melalui karakter tokoh dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita rakyat. Nilai-nilai dan ketokohan yang baik akan dijadikan suri tauladan bagi kehidupan masyarakatnya, sebaliknya hal- hal yang tidak baik yang dirasa tidak cocok akan ditinggalkan oleh masyarakatnya. Cara pemillik cerita rakyat mengambil nilai-nilai yang ada di dalamnya adalah dengan meyakini bahwa cerita-cerita yang ada dan dimilikinya banyak mengandung nilai positif sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Salah satu nilai yang terkandung dalam cerita rakyat adalah nilai edukatifnya, atau terkenal dalam masyarakat disebut nilai pendidikannya. Nilai edukatif pendidikan ternyata memiliki cakupan yang luas bagi kehidupan masyarakat, pembaca, dan pendengar cerita. Nilai edukatif yang dapat dikaji dan ditemukan dalam cerita rakyat antara lain ; 1 nilai pendidikan moral, 2 nilai pendidikan adat tradisi, 3 nilai pendidikan agama, dan 4 nilai pendidikan kepahlawanan semangat perjuangan. Cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat dijadikan sebagai koleksi budaya daerah yang memuat sejumlah nilai edukatif pendidikan untuk mendukung perkembangan sektor lain. Dalam hal ini cerita rakyat dapat dipilih sebagai bahan pengajaran sastra di sekolah sehingga dapat ditingkatkan usaha pembinaan dan pengembangan pengajaran apresiasi sastra. Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Wonogiri. Cerita rakyat pada umumnya memiliki bentuk jenis, isi, struktur dan kandungan nilai seperti pada karya sastra lainnya begitu pula yang terdapat di Wonogiri yakni mite, legenda dan dongeng yang strukturnya meliputi tema, plot, tokoh, latar dan amanat. Cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat Wonogiri, seakan menampilkan gambaran hidup masyarakatnya sehari-hari dengan segala permasalahannya. Jadi cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat dikatakan cerminan warga masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Wonogiri tersebut. Masyarakat Wonogiri khususnya meyakini bahwa berbagai cerita rakyat yang dimiliki daerahnya memiliki banyak kandungan nilai luhur yang dapat dipandang sebagai pedoman hidup diantaranya adalah nilai “Edukatif” atau “Pendidikan”. Nilai edukatif yang dapat dikaji dalam cerita rakyatn antara lain nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat istiadat, nilai pendidikan agama, nilai pendidikan sejarah, dan nilai pendidikan kepahlawanan semangat perjuangan. Faktor strategis lain dari cerita rakyat dapat dijadikan koleksi budaya daerah, dapat pula sebagai bahan pengajaran sastra untuk meningkatkan pembinaan, pengembangan, pengajaran, apresiasi sastra daerah dan diterapkan di sekolah khususnya di Kabupaten Wonogiri. Uraian kerangka berpikir diatas dapat disajikan dalam bentuk gambar berikut ini : lihat gambar 1 di bawah ini Gambar 1. Kerangka Berpikir Kebudayaan Kebudayaan Daerah Folklor Wonogiri Bahan Pembinaan dan Pengembangan Pengajaran Apresiasi Sastra Indonesia dan Cerita Rakyat Wonogiri Jenis : 1. mite 2. legenda 3. dongeng Struktur Cerita : 1. tema 2. plot 3. tokoh 4. latar 5. amanat Nilai Edukatif : 1. moral 2. adat 3. agama 4. kepahlawanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian cerita rakyat Kabupaten Wonogiri ini dilaksanakan pada satu kelurahan dan tiga desa dalam satu kecamatan yakni Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri yang memiliki cerita rakyat yang nenonjol dan memiliki bukti-bukti fisik berupa peninggalan-peninggalan yang mendukung penelitian. Satu kelurahan dan tiga desa yang dimaksud antara lain ; 1 Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri, 2 Desa Pule Kecamatan Selogiri, 3 Desa Jendi Kecamatan Selogiri, dan 4 Desqa Nambangan Kecamatan Selogiri. Beberapa tempat atau lokasi penelitian tersebut ditetapkan dengan beerapa pertimbangan, pertama, satu kelurahan dan tiga desa tersebut memiliki cerita rakyat yang relevan dengan penelitian ini. Kedua, satu kelurahan dan tiga desa tersebut memiliki sisi peninggalan yang berfungsi sebagai bukti fisik cerita rakyat yang sedang diteliti dan dikaji. Secara lebih jelas dapat disampaikan beberapa objek penelitian pada satu kelurahan dan tiga desa di Kecamatan Selogiri. Adapun objek- objek penelitian tersebut antara lain ; 1 cerita rakyat “Astana Giri” di Gunung Wijil Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri, 2 cerita rakyat “Tugu Sasana Pusaka” Josutan Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri,