Melengkapi plot atau alur cerita meliputi : 1 paparan awal cerita ekspotition, 2 masuk problem inciting moment, 3
penanjakan konflik rising action, 4 konflik makin ruwet komplication, 5 menurunnya konflik talking action, 6
penyelesaian denouement Herman J. Waluyo, 1995 : 148. Berdasarkan beberapa pendapat ilmuwan diatas, plot
merupakan jalinan cerita dari awal sampai akhir, berkesinambungan, dinamis, berhubungan dengan sebab akibat kausalitas, berperan
sangat penting dalam cerita, berfungsi untuk membaca kearah pemahaman secara rinci, menyediakan tahap-tahap tertyentu bagi
penulis untuk melanjutkan cerita berikutnya. Intinya plot yang baik adalah sebuah cerita yang mudah dipahami pembacanya.
c. Tokoh dan Karakter
Istilah “Tokoh” menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita, misal pelaku utama, atau tokoh pemeran protagonis, antagonis dan sebagainya.
Karakter adalah watak atau perwatakan menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca atau lebih pada kualitas pribadi
seorang tokoh Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 165. Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 166, mengatakan bahwa pembaca dapat memahami
dan menafsirkan tokoh-tokoh itu sesuai dengan logika cerita dan persepsinya.
Teknik Penokohan dan Penggambaran Watak :
1 Teknik Penokohan
Penokohan merupakan unsur penting dalam cerita bersama unsur-unsur lain membentuk suatu totalitas yang mempunyai peran
besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah cerita. Seorang tokoh cerita ciptaan pengarang itu jika disukai banyak orang
dalam kehidupan nyata apalagi sampai dipuja dan digandrungi berarti merupakan tokoh yang mempunyai relevansi. Salah satu bentuk
kerelevansian tokoh sering dihubungkan dengan kesepertihidupan lifelikeness. Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 175.
Seorang tokoh cerita dianggap relevan bagi pembaca, kita, dan atau relevan dengan pengalaman kehidupan kita, jika ia seperti kita
atau orang lain yang kita ketahui. Kita sering mengharapkan tokoh yang demikian ini Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 175.
2 Teknik Penggambaran Watak
Secara garis besar teknik penggambaranpelukisan watak tokoh dalam suatu karya yakni pelukisanpenggambaran sifat, sikap, watak,
tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dibedakan ke dalam dua cara atau teknik yaitu ; 1 teknik uraian
telling, dan 2 teknik ragaaan showing Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 194. Teknik penjelasan ekspositori expository
dan teknik dramatik dramatic Altenbernd dan Lewis dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 194. Teknik diskursif discursive, dramatik
dan kontekstual, menurut Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 194.
Teknik uraian telling dan teknik ragaan showing hanya berbeda istilah namun secara esensial sama, yakni menyarn pada
penggambaran secara langsung dan penggambaran secara tidak langsung. Kedua teknik tersebut masing-masing memiliki kelebihan
dan kelemahan yang dalam penggunaannya tergantung pada selera pengarang dan kebutuhan penceritaan. Pada umumnya pengarang
memilih cara campuran dengan mempergunakan dua-duanya, hal itu dirasa lebih menguntungkan karena kelemahan masing-masing dapat
ditutup Burhan Nurgiyantoro, 1995: 195. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas pribadi dan watak tertentu, bersifat datar, monoton, mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh sederhana dapat melakukan
berbagai tindakan namun dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan Burhan Nurgiyantoro, 1995 :
182. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi
kehidupan, kepribadian dan jati diri, bermacam-macam watak dan tingkah laku yang kadang-kadang bertentangan dan sulit diduga lebih
menyerupai kehidupan
manusia sesungguhnya,
juga sering
memberikan kejutan Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 183.
Tokoh cerita menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 165, adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif yang ditafsirkan pembaca memiliki kualitas moral tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan. Jadi istilah penokohan
pengertiannya lebih luas daripada tokoh dan perwatakan. Singkatnya, pengarang bebas untuk menampilkan dan memperlakukan tokoh
meskipun hal itu berbeda dengan dunianya sendiri di dunia nyata Burhan Nurgiyantoro, 1995 : 166.
d. Latar Setting