Perencanaan Agregat Batasan Masalah

dan diinisiasikan yaitu periode peramalan bernilai 4, parameter moving average bernilai 4, nilai parameter pemulus pertama alpha 0,1 dan nilai parameter pemulus kedua beta 0,1. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai MAPE yang berbeda-beda dari teknik peramalan yang digunakan. Nilai MAPE terkecil dihasilkan oleh teknik double moving average yang bernilai 21,913 yang menunjukkan bahwa hasil peramalan dengan metode yang bersangkutan memiliki nilai error sebesar 21,91 . Hasil peramalan yang diperoleh selama 4 bulan ke depan yaitu pada bulan Januari 2008 hingga April 2008 yaitu 324 ton, 335 ton, 345 ton, dan 356 ton. Hasil peramalan ini dapat dijadikan acuan dalam perencanaan produksi selama beberapa bulan ke depan. Grafik peramalan permintaan terlihat pada Gambar 55. Gambar 55. Grafik Peramalan Teknik Double Moving Average

2. Perencanaan Agregat

Model perencanaan agregat merupakan model yang digunakan dalam perencanaan produksi secara menyeluruh yang dapat memenuhi permintaan pasar sesuai dengan kapasitas yang ada dan menggunakan sumber daya sebijaksana mungkin dengan pengeluaran biaya serendah mungkin. Pendekatan matematika digunakan dalam model ini yaitu dengan konsep integer linear programming. 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Permintaan ton Periode Permintaan Data Aktual Data Permintaan Model persamaan linear integer yang digunakan dalam sub modul aggregate planning diformulasikan menjadi bentuk matematika sebagai berikut : MinTC X X X X X X I I I dimana : , , , , , , Keterangan : = total biaya = jumlah produk yang diproduksi reguler periode ke-1 = jumlah produk yang diproduksi reguler periode ke-2 = jumlah produk yang diproduksi reguler periode ke-3 = jumlah produk yang diproduksi lembur periode ke-1 = jumlah produk yang diproduksi lembur periode ke-2 = jumlah produk yang diproduksi lembur periode ke-3 = inventori produk pada periode ke-1 = inventori produk pada periode ke-2 = inventori produk pada periode ke-3 Variabel-variabel keputusan dalam bentuk integer linear programming kemudian direpresentasikan menjadi gen-gen kromosom. Representasi kromosom model tersebut terlihat pada Gambar 56. Gambar 56. Representasi Kromosom Perencanaan Agregat i1 i2 i3 r1 r2 r3 l1 l2 l3 Variabel-variabel yang akan diacak oleh algoritma genetika, yaitu variabel i1 inventori pada periode 1, i2 inventori pada periode 2, i3 inventori pada periode 3, r1 kapasitas reguler pada periode 1, r2 kapasitas reguler pada periode 2, dan r3 kapasitas reguler pada periode 3. Sedangkan variabel l1 kapasitas lembur pada periode 1, l2 kapasitas lembur pada periode 2, dan l3 kapasitas lembur pada periode 3 dilakukan proses perhitungan dengan kendala berupa maksimum kapasitas yang ada. Contoh populasi awal dari model algoritma genetika terlihat pada Gambar 57. Gambar 57. Populasi Awal Algoritma Genetika Populasi awal telah terbentuk maka kemudian setiap kromosom yang terdapat pada populasi ini akan diseleksi dengan memperhatikan nilai fitness yang terkecil. Teknik seleksi yang digunakan yaitu teknik seleksi turnamen dimana kromosom yang terpilih adalah kromosom yang memiliki nilai fitness lebih kecil daripada nilai fitness kromosom yang lain. Setelah kromosom diseleksi untuk dijadikan induk, kemudian dilakukan proses penyilangan kromosom induk untuk menghasilkan kromosom anak. Teknik penyilangan yang digunakan adalah teknik penyilangan satu titik. Sebagai contoh, kromosom 14 dan kromosom 8 terpilih untuk dijadikan kromosom induk dengan titik penyilangan pada titik ke-4. Kromosom anak yang dihasilkan dari kromosom induk kemudian dibandingkan kembali dengan kromosom induknya dan dipilih nilai fitness yang lebih rendah. Kromosom yang memilki nilai fitness terrendah akan menjadi kromosom anak dan akan dijadikan kromosom induk pada populasi selanjutnya. Teknik ini disebut dengan teknik elitism . Contoh proses penyilangan ini dapat dilihat pada Gambar 58. Gambar 58. Contoh Proses Penyilangan Kromosom Penyilangan terjadi pada titik ke-4 dihitung dari kanan ke kiri kromosom. Nilai gen ke-1, ke-2, dan ke-3, akan terdefinisi berdasarkan nilai gen ke-4, ke-5 ke-6, ke-7, ke-8, dan ke-9 akibat dari syarat kendala dalam model. Dapat dilihat pada Gambar 58 bahwa nilai fitness kromosom induk pertama bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan kromosom anak pertama dan nilai fitness kromosom induk kedua bernilai lebih rendah dibandingkan dengan kromosom anak kedua. Dalam kasus ini, kromosom anak yang baru adalah gabungan dari kromosom induk dan anak. Populasi baru dari hasil penyilangan kromosom pada populasi Parent 1 Parent 2 Offspring 1 Offspring 2 119 35 20 311 200 221 132 51 4 64 2 270 276 236 58 119 119 35 20 311 200 236 132 51 4 64 2 270 276 221 58 119 109 47 94 62 F 14 = 3414762000 F 8 = 3338418000 F 1 =3412482000 F 2 =3340698000 119 35 20 311 200 236 132 51 4 64 2 270 276 236 58 119 94 47 F 1 = 3412482000 F 8 = 3338418000 Offspring 1 Offspring 2 awal dapat dilihat pada Gambar 59 dan populasi akhir yang merupakan solusi dari model perencanaan agregat terlihat pada Gambar 60. Gambar 59. Populasi Baru Algoritma Genetika Gambar 60. Populasi Optimum Algoritma Genetika Hasil running model algoritma genetika pada perencanaan agregat dapat dilihat pada Lampiran 4. Terlihat pada populasi akhir yaitu pada generasi ke-3000, solusi optimum telah tercapai dimana nilai fitness telah bernilai minimum dan konvergen pada nilai 3.298.896.000. Hal ini menunjukkan bahwa total biaya minimum senilai Rp 3.298.896.000,00 dapat diperoleh apabila industri memproduksi tepung jagung sesuai dengan perencanaan yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perencanaan Produksi Selama Tiga Bulan ke Depan Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 Produksi Reguler 322 ton 322 ton 322 ton Produksi Lembur 2 ton 13 ton 23 ton Inventori - - -

3. Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku