16 gender perlu waktu untuk terjadinya perubahan pola pikir dan tingkah laku, sehingga
diperlukan kesabaran dan ketekunan untuk mengubah nilai dan kebiasaan masyarakat. Senada dengan hal tersebut, Vitayala 1995 dalam Hastuti 2004
menyatakan bahwa kesadaran gender berarti laki-laki dan perempuan bekerja bersama dalam suatu keharmonisan cara, memiliki kesamaan dalam hak, tugas,
posisi, peran dan kesempatan, dan menaruh perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan spesifik yang saling memperkuat dan melengkapi.
2.4 Mahasiswa
Susantoro 2003 dalam Rahmawati 2006 mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut
mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Susantoro2003 dalam Rahmawati 2006 menjelaskan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan
nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan obyektif, sistematis, dan rasional.
Lebih lanjut Kartono 1985 dalam Rahmawati 2006 menjelaskan bahwa mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara
lain: 1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan
tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. 2. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat bertindak
sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
17 3.
Diharapkan dapat menjadi “daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi”.
4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.
2.5 Mata Kuliah Gender dan Pembangunan
Kuliah merupakan kegiatan yang membedakan pendidikan formal dan non formal Suwardjono, 2005. Sedangkan Mata Kuliah Gender dan Pembangunan
adalah mata kuliah elektif yang diasuh oleh Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang menjelaskan konsep gender, perkembangan kajian
gender dan pembangunan, isu-isu gender dalam pembangunan, penelitian berorientasi gender, serta gender dan perubahan sosial IPB, 2008.
2.6 Kerangka Pemikiran
Mengacu pada tinjauan teoritis, persepsi terhadap kesadaran gender adalah pandangan terhadap kesadaran akan konstruksi sosial gender yang mengatur alokasi
peranan, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan yang diletakkan baik pada laki-laki maupun perempuan.
Mahasiswa adalah seorang individu yang telah mengalami sosialisasi individu. Menurut Berger Luckmann 1990, sosialisasi primer adalah sosialisasi
yang pertama yang dialami individu dalam masa kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi anggota masyarakat. Proses sosialisasi primer yang dialami mahasiswa
terjadi dalam lingkungan keluarga dan mengalami proses internalisasi akan norma
18 dan nilai sosial. Internalisasi dalah pemahaman atau penafsiran yang langsung dari
suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna; artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subyektif orang lain yang dengan demikian menjadi
bermakna secara subyektif bagi diri individu itu sendiri Berger Luckmann 1990. Mahasiswa mengalami internalisasi nilai dan norma sosial melalui ajaran
orang tuanya lewat peran dan fungsi dirinya di dalam keluarga. Sebagai contoh proses internalisasi, mahasiswa laki-laki yang di rumahnya tidak pernah disuruh oleh
orang tuanya melakukan kegiatan mengepel, memasak, dan mencuci akan menjadi individu yang memahami bahwa laki-laki tidak boleh mengepel, mencuci, memasak.
Hal tersebut selanjutnya akan melekat kuat di dalam pikiran mahasiswa laki-laki bahwa tugas mengepel, memasak, dan mencuci merupakan tugas untuk perempuan
karena di dalam keluarganya yang biasa melakukan kegiatan tersebut adalah pihak perempuan. Peran orang tua dalam menginternalisasi pemahaman mahasiswa
sangatlah kuat sehingga tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan tingkat penghasilan orang tua sebagai sosialisasi primer menjadi faktor-faktor yang
dianggap berhubungan dengan pembentukan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender.
Tiap individu dilahirkan ke dalam suatu struktur sosial yang obyektif dimana ia
menjumpai orang-orang
yang berpengaruh
dan yang
bertugas mensosialisasikannya Berger Luckmann 1990. Mahasiswa dilahirkan dari suatu
struktur sosial yang obyektif yaitu dilahirkan dengan memeluk suatu agama, memiliki suku bangsa, dan memiliki jenis kelamin yang semuanya itu dapat
mempengaruhi dan mensosialisasikan pemahaman mereka. Sebagai contoh, mahasiswa yang lahir dari suku batak akan mengalami proses sosialisasi yang kuat
19 bahwa laki-laki sangat berperan penting di dalam setiap kehidupan. Hal tersebut
selanjutnya akan membentuk suatu pemahaman mahasiswa bahwa laki-laki merupakan pihak yang lebih penting atau hebat dibandingkan pihak perempuan.
Pemahaman mahasiswa tersebut tidak terlepas dari lingkungan keluarga yang selalu menginternalisasi kuat di pikirannya mengenai nilai-nilai akan suku bangsa yang
harus dipatuhi dan dikerjakan. Oleh karena itu, baik suku bangsa, jenis kelamin, dan agama merupakan faktor yang terjadi dalam sosialisasi primer khususnya dalam
lingkungan keluarga yang turut juga berhubungan atau mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender.
Sosialisasi sekunder adalah setiap proses berikutnya yang mengimbas individu yang sudah disosialisasikan ke dalam sektor-sektor baru dunia obyektif
masyarakatnya Berger Luckmann 1990. Mahasiswa setelah mendapat sosialisasi primer melalui keluarganya juga mendapat proses sosialisasi berikutnya sekunder
melalui hubungan pertemanan, kegiatan organsisasi yang pernah diikutinya, dan juga interaksi dengan media massa. Melalui sosialisasi sekunder, mahasiswa memperoleh
pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya. Sebagai contoh, mahasiswa laki-laki yang mengikuti kegiatan organsisasi yang dipimpin oleh seorang perempuan akan
memperoleh pengetahuan baru bahwa perempuan dapat juga menjadi pemimpin atau ketua organisasi. Mahasiswa mendapatkan banyak pengetahuan baru yang dapat
mengubah pemahaman atau pemikirannya. Oleh karena itu, sosialiasi sekunder yang dalam hal ini kegiatan organsiasi, hubungan dengan teman, dan interaksi dengan
media massa merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi mahasiswa teehadap kesadaran gender.
20 Dalam sosialisasi sekunder, keterbatasan biologis semakin kurang penting
bagi tahap-tahap belajar, yang sekarang ditentukan menurut sifat-sifat intrinsik dari pengetahuan yang hendak diperoleh Berger Luckmann 1990. Sebagai contoh,
untuk dapat memahami kesadaran gender, mahasiswa harus terlebih dahulu mengetahui konsep gender dan kesadaran gender yang salah satunya didapatkannya
melalui mengikuti mata kuliah gender. Nilai mata kuliah gender dan indeks prestasi kumlatif adalah salah satu bagian dari mengikuti mata kuliah gender yang merupakan
suatu tahap belajar dalam sosialisasi sekunder. Intelektual mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender dan
Pembangunan akan mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender. Hal tersebut berdasarkan pada ungkapan Mulyana 2001 menyatakan bahwa agama,
ideologi, tingkat intelektual, tingkat ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor- faktor internal yang jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu realitas.
Mata Kuliah Gender dan Pembangunan merupakan sebuah sosialisasi sekunder yaitu suatu proses yang memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa yang mengikuti
mata kuliah tersebut mengenai konsep gender. Hasil dari mengikuti Mata Kuliah Gender dan Pembangunan adalah nilai mutu dan indeks prestasi kumlatif. Oleh
karena itu, nilai mutu dan indeks prestasi kumlatif merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender
Mengacu pada hasil sintesis konsep dan teori yang telah dikemukakan di atas maka persepsi peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran
gender diduga berhubungan dengan sosialisasi primer jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan tingkat penghasilan
orang tua dan sosialisasi sekunder tempat tinggal, kegiatan organisasi, interaksi
21 dengan media massa, hubungan dengan teman, nilai mutu gender, dan indeks prestasi
kumulatif Dengan demikian, faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender adalah sosialisasi primer dan sekunder yang
dialami oleh mahasiswa. Berdasarkan pada penjelasan tersebut di atas, hubungan antar variabel dalam penelitian ini dituangkan ke dalam suatu diagram sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 1.
: Berhubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Persepsi Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Gender
dan Pembangunan Terhadap Kesadaran Gender.
2.7 Hipotesis Penelitian