yang ada ditambah dengan minimnya dukungan dana menyebabkan program KB tidak berjalan baik dan peran PLKB menjadi tidak maksimal.
Padahal, sesungguhnya peran PLKB amat penting untuk menumbuhkan, mengembangkan dan mengarahkan semua potensi yang ada didesaRT untuk
melembagakan keluarga kecil di masyarakat. Tidak heran sebagaimana disampaikan di bagian awal penelitian, terjadi penurunan yang signifikan terhadap jumlah akseptor
KB. Untuk mencapai tujuan ini peran PLKB sebenarnya tidak mudah. Selain PLKB
harus bekerja sama dengan institusi-institusi lain di tingkat kecamatan, PLKB harus juga mencari dukungan dari berbagai organisasi yang bergerak di tingkat lokal. Kerja
sama antara tim PLKB dan tenaga puskesmas merupakan syarat utama untuk merealisasikan program KB. Di dalam pembagian kerja di antara PLKB dan staf
puskesmas meliputi petugas PLKB merekrut akseptor-akseptor dan memberikan penyuluhan kepada mereka BKKBN, 2008. Tetapi sebagaimana ditemukan dalam
penelitian, peran tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5.2 Upaya Peningkatan Akseptor KB
Meskipun tidak bisa berjalan dengan baik, hasil penelitian menunjukkan bahwa PLKB tetap melaksanakan tugasnya sedaya mampu mereka. Berdasarkan
wawancara pada mereka, dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk pembentukan dan penegasan kesepakatan ternyata telah dilakukan dengan baik oleh PLKB di dalam
kinerjanya. Ke-7 informan menyatakan bahwa dalam pembentukan dan penegasan kesepakatan yang paling sering dilaksanakan dalam 1 x sebulan.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan dan penegasan kesepakatan bertujuan untuk memantapkan penggarapan agar berperan aktif sesuai dengan kesepakatan antara tokoh formal dan
informal dengan PLKB BKKBN, 2008. Melakukan pembentukan dan penegasan kesepakatan sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan
politis dan teknis penggarapan Program KB nasional yang mencakup kelompok yang lebih luas serta memantapkan tokoh masyarakat berperan aktif sesuai dengan
kesepakatan. Sebagaimana disampaikan oleh BKKBN 2008 bahwa pembentukan dan penegasan dalam Program KB Nasional harus dilaksanakan dalam satu bulan
sekali. Demikian juga dengan pelatihan terhadap kader. Persiapan kader dan
penumbuhan institusi masyarakat perdesaan merupakan salah satu upaya PLKB agar pencapaian akseptor KB meningkat. Ke 6 informan menyatakan bahwa mereka
melakukan pelatihan kader KB hanya 1 informan yang tidak melakukan pelatihan kader KB.
Melatih kader dalam kegiatan ini penting dilaksanakan. Hal itu dikarenakan kader merupakan salah satu yang dapat membantu PLKB dalam mengingkatkan
akseptor KB. Sebagaimana disampaikan oleh Depkes RI 2007 bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela untuk mengembangkan masyarakat. Berdasarkan pengalaman selama ini, metode pemberdayaan masyarakat menggunakan kader kesehatan
kesehatan cukup berhasil, antara lain di Kuba Whiteford dan Laurence, 2008. Bahkan metode tersebut direkomendasikan oleh WHO 2008.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam mengkoordinir penyelenggaraan pelayanan KB, PLKB telah mengkordinir pelayanan tersebut sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada
mereka. Namun karena keterbatasan tersebut, maka PLKB melakukan modifikasi tertentu.
Pada kenyataannya, mengkoordinir penyelenggaraan pelayanan KB sangat penting dilakukan oleh PLKB. PLKB adalah ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan
tersebut. Mengkoordinasikan pelayanan KB termasuk ke dalam pelayanan teknis kepada sasaran sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Sebagaimana
disampaikan oleh BKKBN 2000 bahwa PLKB bertugas termasuk di dalamnya untuk mengkoordinir seluruh upaya pengendalian fertilitas melalui sebuah system
yang hirarkis dan mengikuti struktur administrasi negara. Dalam sistem pertanggungjawaban bertingkat ini, segala keputusan berada di tangan BKKBN Pusat
dan ditindaklanjuti pemerintah tingkat propinsi dan kabupaten melalui Dinas KB dan atau nama lainnya untuk diimplementasikan di masyarakat. Lebih khusus lagi,
realisasi program dipercayakan kepada petugas BKKBN di tingkat kecamatan, yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB dan pengawasnya yang disebut
Pimpinan PLKB atau PPLKB. Mereka ditugasi untuk merealisasikan program KB dengan mengarahkan perilaku fertilitas masyarakat agar memenuhi target kebijakan
nasional. Untuk mencapai tujuan ini para PLKB kemudian bekerjasama dengan petugas kesehatan.
Meski terkendala, pencatatan dan pelaporan kegiatan KB telah dilakukan oleh PLKB dengan baik. Ke 7 informan menyatakan bahwa pencatatan dan pelaporan
dilakukan setiap bulannya dan diserahkan langsung ke kantor Pemberdayaan
Universitas Sumatera Utara
Perempuan dan KB. Pencatatan dan pelaporan ini merupakan faktor utama dimana setelah seluruh kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan pencatatan dan
pelaporan, bahkan dianggap sebagai kegiatan rutin bagi informan. Melakukan pencatatan dan pelaporan penting dilakukan dalam semua
kegiatan. Hal ini berfungsi untuk melihat perkembangan apakah akseptornya meningkat atau sebaliknya. Sebagaimana disampaikan oleh Sujiyatini dalam bukunya
yang berjudul Panduan lengkap pelayanan KB terkini 2009, bahwa kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu substansi pokok dalam sistem informasi Program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional
program. Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu
data dan informasi yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa PLKB, mengetahui kurang efektifnya
kinerja mereka mengingat kendala-kendala yang telah disampaikan di atas tadi. Akan tetapi, sebagaimana dijelaskan nantinya, mereka sama sekali tidak bisa melakukan
apa-apa selain daripada berharap akan adanya perubahan.
5.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penurunan Akseptor KB