BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah
masalah kependudukan khususnya yang menyangkut segi jumlah penduduk yang relatif besar, penduduk yang relatif tinggi, penduduk yang relatif muda,
penyebaran penduduk yang kurang seimbang serta tingkat sosial ekonomi yang relatif rendah BkkbN, 2005.
Data Sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk muda 20 tahun sebanyak 63,20 . Dari jumlah tersebut ternyata yang
menikah di usia muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun pada tahun 2010 sebanyak 0,2 . Meskipun proporsi kecil, namun hal ini menunjukkan bahwa
lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 yang menikah lebih
besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun, yaitu 11,7 dibandingkan dengan 1,6 . Selain itu, diantara kelompok umur
perempuan 20-24 tahun lebih dari 56,2 sudah menikah. BPS, 2010 Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan rata-rata usia kawin
pertama justru cenderung menurun lebih muda menjadi sekitar 19 tahun. Putus sekolah mendorong orang untuk menikah muda. Semakin muda
menikah, semakin besar peluang memiliki banyak anak. Hal ini akan diperparah oleh kondisi tanpa pelayanan KB. Dampaknya, risiko kematian
Universitas Sumatera Utara
ibu, bayi, dan anak juga akan meningkat. Ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian millenium development goals MDGs Sonny, 2011.
Menurut laporan WHO tahun 2010, Angka Kematian Ibu AKI di Amerika Serikat yaitu 17 per 100.000 kelahiran hidup, Afrika Utara 92 per
100.000, Asia Barat 68 per 100.000. Angka kematian ibu di Negara-negara ASEAN masih jauh lebih tinggi, yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran
hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007-2009 AKI di Indonesia mengalami penurunan dari
228-226 per 100.000 kelahiran hidup, jadi penurunan AKI di Indonesia masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangunan atau Millenium
Development Goals MDGs yaitu menurunkan angka kematian ibu tiga per empat selama kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2003-2009 penurunan
AKI di Indonesia, jauh dari target yang ingin dicapai pada tahun 2010 dan 2015 diperkirakan 125100.000 kelahiran hidup dan 115100.000 kelahiran
hidup Depkes RI, 2009. Keterkaitan antara Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu
dengan Keluarga Berencana menunjukkan keadaan yang disebut dengan“4 Terlalu ” yaitu: Keadaan ibu yang terlalu muda untuk menikah, hamil, dan
punya anak, terlalu tua tetapi masih produktif, kehamilan terlalu sering, dan jarak kehamilan terlalu dekat. Kondisi ini sangat berpengaruh dengan
tingginya tingkat kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
semakin parahnya “ 4T ” tersebut dilaksanakan Program KB di Daerah-daerah Depkes RI, 2004 .
Angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi 351000 kelahiran hidup. Dengan menyadari dan melihat kenyataan bahwa angka kematian bayi
dan ibu masih tinggi serta tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah maka usaha para dokter mulai memperkenalkan Keluarga Berencana serta
mengkaitkannya dengan segi kesehatan. Dan dokter juga mulai menganjurkan dan memberikan pelayanan keluarga berencana kepada pasien-pasiennya
secara perorangan BkkbN, 2007. KB adalah salah satu upaya untuk menekan tingginya laju
pertumbuhan dan laju penduduk, yang ditandai dengan tingginya angka kelahiran TFR pada tahun 2006 sebesar 2,78 rata-rata kelahiran Pasangan
Usia Subur PUS dan diharapkan tahun 2009 turun menjadi 2,4 rata-rata kelahiran Pasangan Usia Subur PUS, tingginya TFR akibat menurunnya
peserta KB. Pada tahun 2010 di Sumatera Utara, jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak 2.120.692 peserta, pasangan yang menjadi peserta KB aktif 2010
sebanyak 1.424.630 Dinkes Sumut, 2010. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2010 di Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana PP dan KB Kabupaten Padang Lawas pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Padang Lawas adalah
sebanyak 186.643 jiwa, PUS sebanyak 31.775, peserta KB Aktif sebanyak 20.970 65,9 Sedangkan pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten
Padang Lawas adalah sebanyak 192.463 jiwa, PUS sebanyak 36.386,
Universitas Sumatera Utara
peserta KB aktif 18.535 50,9 , dimana terjadi penambahan sebesar 5.820 jiwa, sedangkan PUS bertambah 4.611 11,4 , tetapi peserta KB aktif
berkurang sebesar 2.435 15,0 dikarenakan : menopause 4,0, hamil 5,0, janda 2,0 dan ingin anak lagi 4,0 Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Padang Lawas, 2010. Adapun kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Kantor PP dan
KB Kabupaten Padang Lawas adalah mendata ke lapangan di setiap kecamatan setahun sekali, serta melakukan safari KB untuk pencapaian target
KB tetapi masih kurang berhasil. Program KB yang gencar dilakukan sejak 1970 hingga 1990-an dianggap sudah berhasil. Mungkin karena anggapan
tersebut, dimasa reformasi hingga kini tidak lagi diprioritaskan, sehingga tidak didukung lagi dengan anggaran yang memadai. Seharusnya meskipun tidak
ada anggaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bidan seluruh kegiatan harus dilaksanakan.
Dari survei awal yang dilakukan pada bulan April 2011 di wilayah Kabupaten Padang Lawas, banyak kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
para bidan sebagai PLKB sudah jarang terlihat atau bahkan terhenti, diduga peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB kurang memberikan
motivasi kepada pasangan usia subur untuk ber-KB, sehingga jumlah akseptor KB menurun.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini mencoba untuk melihat sejauh mana Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana dalam
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan akseptor KB aktif yang dapat menyebabkan turunnya jumlah akseptor KB aktif.
1.2 Perumusan Masalah