Fungsi candi selanjutnya berkembang menjadi tempat sembahyang berasal dari frase “sembah hyang” untuk dewa-dewi.
Jawa adalah tempat yang paling banyak terdapat candi, disusul oleh Sumatera.Ini menandakan bahwa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
berlangsung lebih pesat di Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pusat-pusat
pemerintahan pada
masanya. Berdasarkan
arsitektur dan
tempat dibangunnya, candi-candi di Indonesia dapat dibagi atas: candi yang terletak di Jawa
Tengah bagian selatan dan utara, Jawa Timur, dan lain-lainnya seperti di Sumatera, Bali, dan Jawa Barat.
Bentuk candi-candi di Jawa Tengah di bagian selatan berbeda dengan yang ada di bagian utara. Namun demikian, secara umum Soetarno, 2003 candi-candi yang ada
di kedua wilayah tersebut memiliki kesamaan, yaitu:
1. Bentuk bangunan tampak lebih gemuk, terbuat dari batu andesit. 2. Atapnya berbentuk undak-undakan dan puncaknya berbentuk stupa atau
ratna. 3. Pada pintu dan relung terdapat hiasan bermotif makara.
4. Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya bercorak naturalis dua dimensi.
5. Letak candi utama terletak di tengah-tengah halaman komplek candi muka candi menghadap ke arah timur.
b. Stupa
Stupa merupakan tempat penyimpanan abu sang Buddha dan melambangkan perjalanan Sang Buddha menuju nirvana. Setelah wafat, jasad Buddha dikremasi, lalu
abunya disimpan dalam delapan stupa terpisah di utara India. Pada masa kuno di India, stupa digunakan sebagai makam penyimpanan abu bangsawan atau tokoh tertentu. Stupa
kemudian dijadikan lambang Buddhisme dan menunjukkan luas pengaruh Buddhisme di
berbagai kawasan. Semasa pemerintahan Ashoka abad ke-2 SM di India dibangun
banyak stupa untuk menandakan Buddha sebagai agama kerajaan. Di Asia Tenggara dan
Timur, stupa juga didirikan sebagai pengakuan terhadap Buddhisme di wilayah bersangkutan. Stupa terdiri atas tiga bagian, yaitu andah, yanthra, dan cakra. Andah
melambangkan dunia bawah, tempat manusia yang masih dikuasai hawa nafsu, Yanthra merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran saat bermeditasi, dan Cakra
melambangkan nirvana atau nirwana, tempat para dewa bersemayam. Stupa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri. Di Indonesia stupa sering merupakan bagian
candi atau komplek candi tertentu, seperti pada Candi Mendut, Borobudur, Jawi, dan Candi Muara Takus.
c. Keraton
Keraton istana merupakan bangunan tempat tinggal raja-raja. Peninggalan keraton-keraton pada masa Hindu-Buddha, kini jarang ada yang utuh. Sebagian tinggal
puing-puing dan pondasi dasarnya saja, sebagian lagi malah tak berbekas. Istana-istana pada masa Hindu-Buddha didirikan dengan pondasi dari batu atau batu bata. Biasanya
dindingnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari daun sirap. Karena itu, kini yang tersisa hanyalah pondasipondasinya.
Salah satu keraton peninggalan Hindu-Buddha yang sudah berupa puing adalah Keraton Boko. Keraton ini terletak 2 km dari Candi Prambanan. Disebut Keraton Boko
karena menurut legenda di situlah letak Kerajaan Boko, yaitu asal Roro Jonggrang sebelum dilamar oleh Bandung Bondowoso. Para ahli mengaitkan keraton ini dengan
raja-raja Mataram yang membuat Candi Prambanan. Bangunan ini tidak dapat disebut candi karena di sekitarnya terdapat bekas benteng dan juga kanal atau selokan.
Di sekitar utara Keraton Boko terdapat sejumlah bekas-bekas candi yang semua telah rusak, di antaranya Candi Ngaglik, Candi Watu Gudhig, Candi Geblog, Candi
Bubrah, Candi Singa, dan Candi Grimbiangan. Melihat corak relief dan arsitekturanya, candicandi ini bercorak Siwa. Mungkin didirikan oleh raja Mataram Dinasti Sanjaya.
Istana lainnya adalah reruntuhan bekas keraton Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Masih terlihat tempat kolam yang dulu digunakan sebagai tempat pemandian kerabat
raja sekarang dinamai Candi Tikus.
5. Bidang Seni Rupa
Selain pada arsitektur, pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi atau keraton.
Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragam.
a. Patung
Arca patung dipahat membentuk mahluk tertentu, biasanya manusia atau binatang dengan tujuan mengabadikan tokoh yang dipatungkan. Patung dibuat oleh para
seniman dan pemahat handal yang termasuk kasta waisya. Biasanya patung ini disimpan dalam candi sebagai penghormatan terhadap dewa dan raja yang disembah. Adakalanya
sebuah patung raja disimbolkan sebagai patung dewa atau raja yang dipuja.
b. Relief
Relief merupakan seni pahat-timbul pada dinding candi yang terbuat dari batu. Pada candi bercorak Hindu, relief tersebut biasanya melukisan cerita atau kisah yang
diambil dari kitab-kitab suci maupun sastra bias cerita utuh, bias pula hanya cuplikan, misalnya Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, Arjuna Wiwaha, berikut
tokohtokoh Wayang Punakawan yang tak terdapat di India. Sedangkan dalam candi Buddha, pada reliefnya terpahat cerita seputar kisah hidup Siddharta Sang Buddha.Ada
pula relief yang menceritakan cerita legenda dari India dan cerita fabel. Masing-masing daerah memiliki corak relief yang khas. Relief pada candi di
Jawa Tengah tak sama dengan relief di candi di Jawa Timur. Di Jawa Tengah, karakteristik objek manusia, hewan, tumbuhan pada relief-reliefnya bersifat natural;
artinya Bentuk pahatan objek tak jauh beda dengan bentuk asli dari objek tersebut dua dimensi. Sedangkan, karakteristik objek pada relief di Jawa Timur tampak lebih pipih
seperti bentuk wayang kulit satu dimensi.Menurut para ahli, peralihan karakteristik para relief ini menunjukkan peralihan dari zaman Hindu-Jawa ke zaman Jawa- Hindu.
Artinya: ketika kekuasaan beralih dari barat Jawa Tengah ke timur Jawa Timur, dengan sendirinya kebudayaan masyarakat Jawa makin berkembang, makin percaya diri
dengan corak seninya sendiri, tanpa harus terus menyontek budaya India.