c. Makara
Dalam mitologi Hindu-Buddha, makara adalah perwujudan seekor binatang laut besar yang diidentikkan dengan buaya, hiu, lumba-lumba, sebagai binatang luar biasa.
Binatang “jadi-jadian” ini menjadi salah satu motif yang lazim dalam arsitektur India dan Jawa. Biasanya patung bisa pula berbentuk relief makara ini dipajang pada pintu
gerbang candi atau keraton. Pada Candi Borobudur, contohnya, makaranya berbentuk binatang paduan: berkepala gajah, bertelinga sapi, bertanduk domba, dengan singa
berukuran kecil di dalam mulut makara tersebut. Pahatan makara ini biasanya berfungsi sebagai mulut saluran air mancur.
6. Bidang Kesusastraan
Dari India, masyarakat Indonesia mengenal sistem tulis. Karyakarya tulis yang pertama ada di Indonesia ditulis pada batu prasasti yang memuat peristiwa penting
seputar raja atau kerajaan tertentu. Pada masa berikutnya penulisan dilakukan di atas daun lontar Latin: Borassus flabellifer, batang bambu, lempengan perunggu, daun
nifah Latin: Nifa frutican, dan kulit kayu, karena bahanbahan tersebut lebih lunak daripada batu, lebih mudah dijinjing dan bisa dibawa ke mana-mana, dan lebih tahan
lama. Pada masa Islam, penulisan dilakukan di atas dluwang terbuat dari kulit kayu pohon mulberry, kertas, logam mulia, kayu, serta kain. Penulisan pada bahan-bahan
yang lebih lunak memungkinkan para penulis lebih leluasa dalam bekarya. Awalnya mereka menulis karya-karya sastra dari India, seperti Mahabharata dan Ramayana.
Setelah menyalin dan menerjemahkan karya-karya tersebut, mereka lalu mulai menggubah cerita yang asli ke dalam sebuah kitab. Jadilah karya sastra yang indah
dalam segi bahasa, meski sifat-sifat kesejarahannya samar.
a. Kitab
Kitab merupakan tulisan berupa kisah, cerita, sejarah, dan kadang campuran antara legenda-mitos-sejarah sekaligus. Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis oleh para
pujangga sastrawan istana raja tertentu. Mereka menulis atas perintah raja masing- masing. Hidup mereka ditanggung oleh negara dan mereka harus menaati apa saja yang
harus ditulis atas perintah raja. Oleh karena itu, bisa saja dua kitab yang ditulis oleh dua penulis yang berbeda, membahas tokoh yang sama namun isinya bertolak belakang.
Ada pula kitab yang ditulis pada masa yang berbeda dengan apa yang dibahasnya. Bisa saja sebuah kitab menulis peristiwa sejarah yang telah berlalu satu
abad, misalnya. Dengan demikian, peristiwa yang dilukiskannya bisa saja tak persis dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Sumber cerita mungkin saja diterima darorang
atau raja yang menyimpan maksud-maksud politis tertentu; jadi pendapatnya sepihak dan tidak ilmiah.
Kitab biasanya ditulis pada lembaran daun rontal atau lontar yang diikatkan dengan semacam tali agar tidak berceceran. Lontar adalah sejenis tumbuhan yang
tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan daerah subtropis. Tingginya kurang-lebih 30 meter dan bewarna kuning dan tumbuh di hutan yang selalu tergenang air. Kayunya
bisa dipakai untuk bahan membuat rumah. Isi kitab biasanya merupakan rangkaian puisi dalam sejumlah bait pupuh yang disebut kakawin. Selain cerita tentang raja-raja, kitab
bisa pula menceritakan mitologi, legenda, cerita rakyat folklore, undang-undang, hukum pidana-perdata, hingga aturan pernikahan. Di berbagai daerah di Indonesia kitab
disebut pula kidung, carita, kakawin, serat, tambo. Bisa pula kitab merupakan sebuah gubahan dari cerita aslinya; dalam arti cerita tersebut sudah mengalami perubahan
tambahan atau pengurangan, baik dalam jumlah tokoh, alur, latar tempat. Mengenai waktu pun sering tak dicantumkan alias diabaikan oleh sang penulis kitab meski yang
ditulisnya mengandung sifat kesejarahan.
Pembuatan kitab pertama kali dirintis pada masa DinastiIsana pemerintahan
Dharmawangsa Teguh. Ia mempelopori penggubahan epik Mahabharata dalam bahasa
Kawi Jawa Kuno. Arjuna Wiwaha, karya Mpu Kanwa ditulis pada masa pemerintahan
Raja Airlangga abad ke-11 M. Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, ditulis pada pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri pada abad ke-12.
b. Prasasti Batu Bertulis
Prasasti merupakan tulisan yang memuat informasi sejarah yang ditulis pada tugu baru tersendiri atau ditatah di bagian tertentu pada candi. Bahan untuk membuat
prasasti ini biasanya batu atau logam. Informasi sejarah ini biasanya berupa peringatan