Sistem Kepercayaan Gambaran Umum Kota Palangka Raya

berarus deras, serta riam-riam yang tersebar di sana-sini, menuntut mereka untuk bertindak gesit dan cekatan menghadapinya. Belum lagi ketika harus berjalan di hutan belantara yang dihuni oleh binatang-binatang buas, mereka harus waspada dan harus berusaha melawan serangan dari binatang buas bila ingin bertahan hidup. Dalam berinteraksi dengan orang lain, masyarakat Dayak tetap memegang teguh kebiasaan dan hukum yang berlaku di lingkungannya. Mereka sulit menyimpang dari keadaan dan hukum yang berlaku dalam masyarakat adatnya. Hal ini dikarenakan adanya peranan dan pengaruh dari Kepala Adat. 93

1.2. Sistem Kepercayaan

Pada umumnya, orang Dayak percaya bahwa manusia memiliki hubungan yang erat dengan kosmos. Setiap perubahan yang terjadi dalam kosmos, menunjukkan suatu tanda bahwa telah terjadi ketidakseimbangan kosmos. Terganggunya keseimbangan kosmos disebabkan adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap adat istiadat. Sebagai contoh, ketika orang Dayak yang tinggal di daerah pedalaman masuk hutan rimba yang lebat dan berbahaya, ada perasaan “takut” kepada sesuatu yang dianggap sebagai pemilik atau penjaga hutan tersebut. Sejalan dengan kepercayaan tersebut, maka ada hutan yang dianggap angker, yang tidak boleh dijadikan tempat untuk berladang atau ditebang. Jika pohon-pohon di daerah tersebut ditebang atau dirusak, maka orang yang melakukannya akan mendapat malapetaka. Kepercayaan akan adanya penjaga atau penunggu suatu tempat, membuat manusia tidak sembarangan menebang pohon. Dan jika mereka membutuhkan pohon tertentu dari hutan itu, maka biasanya mereka memberikan sesaji sebagai tanda “permisi”. Sikap orang Dayak ini sering dianggap oleh orang luar sebagai sikap „menyembah kepada pohon atau mahluk‟ tertentu, padahal sebenarnya sikap ini merupakan wujud dari 93 Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di Kota Palangka Raya, 21 Mei 2011 belom bahadat, yaitu norma kesopanan dan saling menghargai sebagai sesama ciptaan. Karena bagi orang Dayak hanya Raying Hatalla Langit yang patut disembah. Begitu pula dengan hewan-hewan di hutan tertentu tidak boleh diburu atau dibunuh sekehendak hati. Hewan-hewan tersebut dianggap ada yang memiliki. Kalau mau diambil atau diburu harus meminta ijin dahulu kepada yang punya dengan cara memberikan sesajian kepadanya dan harus mengutarakan hewan apa yang ingin diburu, dan berapa banyak yang diinginkan. Sistem kepercayaan yang demikian telah memungkinkan daerah hutan di Kalimantan tetap utuhlestari. Alam maupun hewan- hewan terlindungi dari kemusnahan dan keseimbangan ekologis tidak terganggu. 94 Dalam kehidupan masyarakat Dayak sehari-hari, ada juga larangan-larangan tertentu yang harus ditaati yang disebut pali tabu. Peranan pali atau tabu sangat penting, karena pali membatasi keinginan dan kepentingan pribadi seseorang. Pali sebenarnya larangan yang ditaati oleh setiap orang, karena jika dilanggar akan membuat diri sendiri, keluarga bahkan masyarakat celaka. Pelanggaran terhadap pali hanya dapat diperbaiki atau dinetralisir dengan cara-cara tertentu sesuai dengan petunjukketentuan dan keputusan para orang tua yang ahli dalam kepercayaan asli suku Dayak. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan pengertian pali terdapat pada pantang memakan jenis hewan, ikan dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Biasanya jenis pali semacam ini kalau dilanggar hanya berakibat pada pribadi yang bersangkutan. Jenis pali yang berat adalah jenis pali yang kalau dilanggar mengakibatkan malapetaka bagi banyak orang. Malapetaka yang dimaksud adalah banjir besar yang mengakibatkan panen gagal, penyakit menular yang menyebabkan banyak kematian. Sebab itu pali harus ditaati untuk menjaga keseimbangan dan keserasian kosmos. 94 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Kalimantan Tengah, Palangka Raya: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, 19781979, 14-15 Adat istiadat maupun sistem kepercayaan orang Dayak ini, sangat dipengaruhi oleh kepercayaan agama helo agama jaman dulu atau yang kemudian disebut agama Kaharingan. Sebagaimana agama asli yang terdapat pada daerah- daerah lain yang ada di Indonesia, demikian juga kaharingan merupakan salah satu agama asli nusantara yang sampai sekarang masih bertahan dan dipelihara oleh pemeluk-pemeluknya. Kepercayaan Kaharingan disebut agama asli suku Dayak, karena memang sebelum masuknya agama-agama dunia, kepercayaan ini sudah ada terlebih dahulu di Kalimantan. Ia lahir dan tumbuh dari tempat atau daerahnya sendiri di pulau Kalimantan. Menurut Hermogenes Ugang, secara etimologi istilah Kaharingan berasal dari bahasa Sangen Dayak Kuno, yaitu dari akar kata haringyang artinya ada dari diri sendiri, tanpa ada orang yang mengadakannya, hidup dengan sendirinya tanpa ditanam dan dipelihara. 95 Agama Kaharingan percaya kepada Raying Hattala Langit, Raja Tuntung Matan Andau, Tuhan Tambing Kabunteran Bulan, Jatha Balawang Bulau Kanaruhan Bapager Hintan, artinya: Tuhan yang berkuasa di Langit, yang menciptakan matahari, bulan alam semesta, Zat yang Maha Suci di tempat yang Maha Mulia. 96 Raying diyakini mempunyai otoritas tertinggi karena Dialah yang menciptakan alam semesta, yang memiliki kewenangan dan kekuasaan dalam kehidupan manusia. Dalam perjalanannya, agama Kaharingan terus bertahan ditengah-tengah keberadaan agama-agama resmi yang ada di Indonesia. Keberadaannya yang tidak diakui sebagai agama resmi pada masa orde baru ini terpaksa bernaung di salah satu agama besar di Indonesia yaitu agama Hindu Dharma. Setelah berintegrasi dengan Hindu Dharma, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Menteri Agama Republik 95 Hermogenes Ugang, Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran, 10 96 Wawancara dengan Parada L. KDR Bp. Ria, Basir di kota Palangka Raya, tanggal 01 Juli 2011 Indonesia Nomor H37SK1990 tertanggal 19 April 1980. 97 Dengan integrasi tersebut maka, agama Kaharingan menjadi Hindu Kaharingan. Walau pun Kaharingan telah berintegrasi dengan Hindu dharma, namun dalam pelaksanaanya Kaharingan tetap menjalankan apa yang sudah menjadi kepercayaan yang telah berakar dalam suku Dayak Ngaju. Hindu Dharma merupakan payung bagi Kaharingan, 98 sehingga sesuai dengan arti namanya haring= hidup dengan sendirinya, Kaharingan betul-betul tetap hidup dan berkembang ditengah-tengah arus globalisasi yang terus melanda kota Palangka Raya. Selain agama asli suku Dayak, di kota Palangka Raya terdapat juga agama- agama dunia, antara lain: agama Islam yang masuk di Kalimantan melalui para pedagang Melayu pada abad 17. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama Islam. Sebagian suku Dayak yang menerima ajaran Islam, memeluk agama Islam. Orang Dayak yang telah memeluk agama Islam disebut orang Melayu atau orang Banjar. Tempat-tempat dimana agama Islam berkembang sekarang adalah Kotawaringin di Kalimantan Tengah, pesisir sungai Barito suku Bakumpai dan wilayah Kalimantan Selatan. Sementara itu, Agama Kristen pertama kali masuk di Banjarmasin sekitar tahun 1835 oleh misionariszending. Mulanya keberadaan mereka tidak diterima dengan baik, bahkan banyak para pendeta dan misionaris yang dibunuh, karena mereka diidentikkan dengan pemerintah kolonial Belanda sebelumnya, yang sama- sama berkulit putih. Namun kemudian para misionaris dapat meyakinkan orang Dayak bahwa mereka tidak sama dengan orang-orang Belanda yang menjajah 97 Y. Nathan Ilon, “Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing dan Dandang Tingang: Sebuah Konsepsi Memanusiakan Manusia dalam Filsafat Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah, ” Palangka Raya: PBP DATI I Kalimantan Tengah, 1991, 7 98 Wawancara dengan Parada L. KDR., KDR Bp. Ria, Basir di kota Palangka Raya, tanggal 01 Juli 2011 mereka dulu. Mereka mendekati orang Dayak dengan menghargai adat istiadat mereka. Para zending mendirikan sekolah guru seminari di Banjarmasin, balai- balai pengobatan dan mendidik pendeta-pendeta Dayak untuk mengadakan penyebaran Injil. Tahun 1926 berdirilah “Pakat Guru Kristen Dayak,” yang merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya Gereja Dayak. Dalam perkembangan selanjutnya, nama Gereja Dayak berubah menjadi Gereja Kalimantan Evangelis GKE yang pengelolaannya dilakukan oleh orang Dayak sendiri. 99 Pada masa sekarang, masyarakat Dayak Ngaju memeluk berbagai agama. Baik Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu maupun Katolik. Adanya kemudahan dalam hal sarana dan prasarana dibidang transportasi maupun komunikasi menyebabkan masyarakat kota Palangka Raya semakin heterogen. Sekalipun masyarakat Dayak telah memeluk berbagai agama, bukan berarti pengaruh tradisi lama dari kepercayaan agama helo sudah hilang. Kepercayaan itu tetap mempengaruhi perilaku orang Dayak secara umum di Kalimantan Tengah. 100

1.3. Sistem Sosial kemasyarakatan