Lembaga Kedamangan Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah

Keterangan: Hubungan Hirarki Hubungan Koordinasi

2.2. Lembaga Kedamangan

Salah satu Lembaga Adat Dayak yang diberdayakan oleh pemerintah adalah Lembaga Kedamangan yang dipimpin oleh seorang Damang Kepala Adat yang berkedudukan di tingkat kecamatan. Damang merupakan mitra Camat dan mitra DAD Kecamatan yang bertugas dalam bidang pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan, adat istiadat dan berfungsi sebagai penegak hukum adat Dayak dalam wilayah Kedamangan bersangkutan. Dalam menjalankan tugasnya, Damang Kepala Adat dibantu oleh Mantir Adat selaku DAD tingkat DesaKelurahan. 113 Sebelum adanya rapat besar Perdamaian Tumbang Anoi 114 , peranan Damang Kepala Adat sangat penting dalam masyarakat. Ia berkewajiban untuk memberikan petunjuk serta pemecahannya jika terjadi masalah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam pelaksanaan penyelesaian suatu perkara selalu mengedepankan cara-cara damai. Keputusan-keputusan yang diambil oleh Damang sangat dihargai 113 Ibid, 8-9 114 Rapat Besar Perdamaian Tumbang Anoi dilaksanakan selama 60 hari, pada tanggal 22 Mei-24 Juli 1894. Rapat besar ini dilaksanakan di Tumbang Anoi yang terletak di Kahayan Hulu Utara Kalimantan Tengah. Para utusan yang hadir berasal dari seluruh suku Dayak di Kalimantan, para pejabat pemerintahan Hindia Belanda, dan tokoh-tokoh pribumi. Peristiwa ini sebagai suatu prestasi dari generasi pendahulu dalam merintis semangat persatuan dan kesatuan, maupun pembaharuan dibidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan. Butir-butir kesepakatan Rapat Besar Perdamaian ini antara lain: pengakuan pemerintah atas lembaga kedemangan istilah waktu itu, penyempurnaan dan penyeragaman 96 pasal Hukum Adat warisan leluhur, penghapusan sistem perbudakan, menghentikan kegiatan asang maasang perang antar suku dan bunu habunu bunuh membunuh sebagai balas dendam serta kayau mengayau kebiasaan berburu kepala manusia, dan penyelesaian sengketa antar perorangan maupun kelompok melalui pengadilan yang tuntas, sampai pada perdamaian. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi Kalimantan dan persiapan mendasar untuk tahap perjuangan selanjutnya. Lihat: Y. Nathan Ilon, “Sekitar Perdamaian Tumbang Anoi”, dalam Ilustrasi dan Perwujudan Lambang Batang Garing... Palangka Raya: PBP DATI I Kalimantan Tengah, 1991, 50-56. dan dihormati oleh masyarakat adat, karena tiap keputusannya dianggap sebagai keputusan yang mencerminkan kehendak masyarakat serta menunjukkan keadilan bagi semua. 115 Demikian juga, sebelum adanya pasal-pasal tertulis tentang hukum Adat Dayak, secara alami Damang Kepala Adat telah menjalankan hukum-hukum itu. Keputusan yang diambil sangat bijaksana dan hati-hati sekali, mempertimbangkan kebenaran berdasarkan fakta yang terjadi, dan juga berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Semua masalah dibahas dalam kerapatan adat Dayak, yang dihadiri oleh tua-tua adat dan para mantir adat. 116 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lembaga adat atau lembaga kedamangan yang ada di Kalimantan Tengah maupun yang ada di seluruh Kalimantan merupakan lembaga warisan asli daerah. Artinya, lembaga ini tidak hanya sebagai lembaga adat biasa, melainkan sebagai persekutuan masyarakat hukum adat Dayak, yang sudah ada jauh sebelum kehadiran pemerintah kolonial Belanda ada di daerah ini. 117

2.3. Tugas Damang Kepala Adat