Panganten HaguetMandai Haluang Pelaksanaan Perkawinan

tokoh masyarakat yang hadir. Sedangkan dalam agama Kristen, setelah penyerahan ramun pisek, acara dilanjutkan dengan ibadah yang dipimpin oleh Pendeta. Dalam acara ini dilaksanakan acara tukar cincin pertunangan. Kemudian, acara diakhiri dengan makan bersama. Pada masa sekarang, acara mamanggul bisa langsung menjadi acara maja misek , jika jarak pelaksanaan perkawinan tidak lebih dari satu tahun. Mengingat waktu dan juga biaya yang dikeluarkan tidak sedikit untuk kedua acara tersebut. Manas

2. Pelaksanaan Perkawinan

Sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah ditetapkan, maka dilaksanakanlah upacara perkawinan, yang dimulai dengan acara:

a. Panganten HaguetMandai

Acara Panganten HaguetMandai adalah acara dimana pihak calon pengantin laki-laki beserta seluruh keluarga haguet berangkat menuju ke rumah calon pengantin perempuan. Biasanya dirumah calon pengantin laki- laki diadakan jamuan sederhana dan juga telah disiapkan sangku yang berisi beras, ramun pisek berupa handuk, sabun, bedak dan sebagainya. Keberangkatan rombongan calon pengantin laki-laki diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Setiba di halaman rumah calon pengantin perempuan, rombongan tidak dapat masuk karena dihalangi oleh Pantar Lawai 141 atau Lawang Sakepeng 142 yaitu semacam pintu gerbang yang dibuat dari pelepah kelapa yang dihiasi dengan benang bersusun tiga yang dibentangkan menghalangi jalan masuk. Agar rombongan dapat masuk maka benang yang merintangi tersebut harus diputuskan. Untuk itu masing-masing pesilat dari kedua belah pihak saling berhadapan dan saling berjabat tangan sebagai suatu bentuk pernyataan bahwa mereka hanya melakukan pertunjukkan, untuk memeriahkan kedatangan calon pengantin laki-laki. Kedua pemain itu akan mempertunjukkan kebolehannya. Pesilat dari pihak pengantin perempuan berusaha bertahan agar pesilat dari pihak laki-laki tidak dapat menerobos masuk, tetapi pesilat dari pihak laki-laki terus mendesak masuk, sehingga satu persatu tali perintang putus. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi seorang laki-laki untuk mendapatkan seorang wanita menjadi istrinya. Banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi, namun semua itu dapat diatasi. 141 Tim Khusus Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Tengah, “Perkawinan Menurut Adat Dayak Kalimantan Tengah” ..., 6 142 Adat Istiadat Dayak Ngaju…, 33-34 Lawang Sakepeng

b. Haluang

143 Acara haluang dilakukan oleh juru bicara dari kedua belah pihak, terdiri dari tiga, lima atau tujuh orang, sesuai dengan kesepakatan. Acara ini dipandu oleh seorang luang yang duduk diantara kedua belah pihak. Kedua belah pihak saling berdialog. Pihak pengantin perempuan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan pengantin laki-laki, dengan menggunakan bahasa humor dan bahasa kiasan. Pihak pengantin laki-laki pun akan menjawab dengan bahasa yang sama, sehingga suasana menjadi ramai dan menarik. Dalam acara ini ada aturannya, yaitu: barang siapa dalam dialog melakukan kesalahan bicara, maka yang bersangkutan dikenakan denda yaitu minum satu seloki tuak atau sejenis minuman beralkohol yang khusus disediakan untuk acara tersebut, sehingga acara berlangsung hangat dan gembira. Setelah acara dialog selesai, dilanjutkan dengan penyerahan barang - barang perkawinan adat. Sebelumnya dilakukan persiapan-persiapan antara lain ibu kandung mempelai perempuan beserta seorang kerabat dekat 143 Wawancara dengan Marli G. Matan, Mantir Adat Kereng Bangkirai di kota Palangka Raya, 16 Juni 2011. menyiapkan sebuah sangku yang diisi dengan beras sekitar setengah dan diberi alas dengan lipatan kain batik panjang. Selanjutnya ibu kandung mempelai laki-laki dan mempelai perempuan saling memberi sedikit beras dari sangku masing-masing sebagai perlambang niat untuk mengikat kesatuan dan persatuan kedua keluarga. Sebelum penyerahan syarat-syarat perkawinan, pihak keluarga mempelai laki-laki meminta agar mempelai perempuan dihadirkan ditengah- tengah keluarga kedua belah pihak dan para undangan yang hadir. Selanjutnya, pembawa acara membacakan satu persatu persyaratan adat tersebut, sementara ibu kandung mempelai laki-laki menyerahkan persyaratan adat dimaksud kepada ibu kandung mempelai perempuan. Setelah diperiksa dan diperlihatkan kepada yang hadir, lalu dimasukkan didalam sangku. Selanjutnya, Damang Kepala Adat mengangkat sangku, mengucapkan doa dengan menggunakan Bahasa Dayak Ngaju, sebagai berikut 144 : “Inggatangku ikau toh sangku uka rahian andau hagatang kea sewut saritan ewen toh, mangat mambelom arep ewen, tatau, sanang, pintar-harati tuntang bau mur panjang.” kuangkat engkau sangku agar kelak terangkat pula nama dan kemasyhuran mereka, hidup senang, kaya, pandai dan bijaksana serta memperoleh umur panjang. “i-ayunku ikau toh sangku akan hila pambelep, uka belep kea kare dahiang baya, nupi kampa ije papa, belep kea kare kapaut kabantah, palus lembut kapakat kabulat atei uka belum untung batuah.” kuayunkan engkau sangku kearah barat agar ikut terbenam pula firasat dan mimpi buruk, terbenam pula segala bentuk perselisihan dan silang sengketa sehingga muncullah rasa kebersamaankesehatian agar hidup beruntung. “i-ayunku lnganjungku ikau toh sangku akan hila pambelum, maka kilau toh belom aseng nyaman ewen belom kea tiruk itung, pikir-akal dan belom kea isi daha.” 144 Wawancara dengan Bajik R. Simpei, Basir dan Tokoh Masyarakat Adat Dayak di Palangka Raya, 03 Agustus 2011 kuayunkan engkau sangku kearah timur agar dengan demikian selalu sehat segar-bugar serta hidup pula cara berpikir mereka menuju kebahagiaan. “Inggatangkuh ikau toh sangku akan ngambu. Uka panju-panjung kea sewut saritan ewen belom bauntung dan tuah bahambit.” kuangkat engkau sangku keatas agar dengan demikian masyhur pula nama dan perbuatan baik mereka, penuh keberuntungan dan hidup bertuah serta berezeki. Setelah itu sangku dan semua Syarat Perkawinan Adat dibawa masuk dan disimpan di dalam kamar pengantin. Acara Haluang dipimpin oleh Damang Kepala Adat

c. Pelaksanaan Perkawinan