Alat Peraga “Kotak Geser” Alat Peraga “Kotak Geser” dalam Pembelajaran

4. Letakkan hasil kali dari a1 dengan b2 yaitu 2 × = di kolom pada baris p 5. Letakkan hasil kali dari a2 dengan b1 yaitu × = di kolom pada baris q 6. Letakkan jumlah p dan q pada kolom bawahnya jumlah tersebut dianggap sebagai b � Hasil Penjumlahan Hasil Perkalian Dari kotak geser tersebut dapat dilihat, 23 sebagai b koefisien dari dan 20 sebagai konstanta. Karena perkalian ini berbentuk + + dengan ≠ maka koefisien dari adalah a1 × a2 = 2 × = . Jadi, persamaannya menjadi + + = + 2 + 20 Pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggunakan Kotak Geser  Pemfaktoran bentuk aljabar − Contoh 2.12 Faktor dari bentuk aljabar − 2 : 2 Langkah-langkah : - Letakkan nilai pada kolom terbesar paling kiri - Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah - Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan . - 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar. - Misalkan dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut � dan Dalam soal = 0 maka dari tabel diperoleh � = − dan = . Sehingga diperoleh persamaan : − 2 = − + Jadi, faktor aljabarnya adalah − + .  Pemfaktoran bentuk aljabar ± + , = Contoh 2.13 Faktor dari bentuk aljabar + + : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Langkah-langkah : - Letakkan pada kolom terbesar paling kiri - Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah - Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan . - 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar. Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan : + + = + + Maka faktor aljabarnya adalah + + .  Pemfaktoran bentuk aljabar + + dengan ≠ Contoh 2.14 Faktor dari bentuk aljabar + + 2 : Langkah-langkah : - Letakkan hasil kali dari dan pada kolom terbesar paling kiri - Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah - Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan . - 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar. Misal dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut � dan . Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan : + + 2 = + � + + 2 = + + + 2 = + + + 2 = + 2 + + 2 = + + 2 Maka faktor aljabarnya adalah + + 2.

G. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas kata benda berasal dari kata efektif kata sifat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003: 284, efektif adalah 1 ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya; 2 dapat membawa hasil; berhasil guna tt usaha, tindakan. Sementara itu, efektivitas memiliki pengertian keefektifan yang berarti keberhasilan tt usaha, tindakan. Marpaung, Kartika, dan Wens 1995 menyatakan bahwa efektivitas guru didefinisikan sebagai suatu ukuran keberhasilan guru mengajarkan suatu mata pelajaran kepada siswa. Efektivitas itu dinyatakan dengan hasil outcome yang dicapai siswa. Oleh karena itu disimpulkan bahwa efektivitas suatu pembelajaran adalah tingkat keberhasilan guru dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa. Ditetapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan efektif apabila 60 dari siswa tersebut dapat tuntas mencapai KKM. Nilai KKM SMP Kanisius Kalasan pada mata pelajaran Matematika adalah 65. Persentase siswa yang memperoleh nilai dengan tuntas mencapai KKM kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria efektivitas hasil belajar siswa secara kuantitatif sebagai berikut: Tabel 2.1: Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara Kuantitatif yang berhasil Efektivitas ≤ 0 Sangat rendah − Rendah − Cukup − Tinggi 0 − 00 Sangat tinggi Kartika Budi, 2001: 54

H. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya, belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, dengan kata lain melakukan kegiatan sehingga selalu ada aktivitas dalam belajar. Oleh sebab itu, tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman 2011:100 menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila terjadi ketidakserasian antara aktivitas fisik dan mental, maka belajar tidak akan optimal. Sebagai contoh, seorang anak membaca buku. Secara fisik, anak tersebut sedang membaca menghadap buku, tetapi pikirannya tidak tertuju pada apa yang dibaca sehingga terjadi ketidakserasian antara aktivitas fisik dan aktivitas mental yang mengakibatkan belajar menjadi tidak optimal. Piaget dalam Sardiman 2011 juga menerangkan bahwa seorang anak berpikir selama ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak tersebut tidak berpikir sehingga anak harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri agar ia berpikir. Jadi, aktivitas belajar adalah perbuatan atau perubahan tingkah laku baik bersifat fisik maupun mental yang apabila terjalin keserasian antara keduanya akan menghasilkan kegiatan belajar yang optimal. Sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas sehingga terdapat nilai keaktifan. Aktivitas tidak cukup dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru saja, tetapi masih banyak jenis aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich dalam Sardiman 2011 membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, antara lain menyatakan, meluruskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, contohnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya adalah menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, contoh yang termasuk didalamnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, di antaranya adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Untuk mengembangkan aktivitas siswa di sekolah, peneliti membuat suatu penilaian keaktifan untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga. Presentase dari jumlah siswa yang termasuk dalam indikator keaktifan yang telah ditentukan, kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria keaktifan siswa agar diketahui tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut. Berdasarkan daftar aktivitas yang sudah digolongkan menurut Paul B. Diedrich di atas, peneliti membuat indikator atau kriteria yang menandakan bahwa siswa tergolong aktif dalam pembelajaran. Indikator siswa aktif tersebut adalah sebagai berikut: 1. Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. 2. Siswa bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi yang telah disampaikan. 3. Siswa bertanya kepada teman lain saat tidak memahami materi yang telah disampaikan. 4. Siswa mau mencoba alat peraga yang telah disediakan. 5. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya. 6. Siswa mau bekerjasama dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 7. Siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 8. Siswa menanggapi presentasi hasil pekerjaan temannya. 9. Siswa berani mengutarakan pendapatnya.

I. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, peneliti terinspirasi oleh makalah yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Remedial dengan Menggunakan Alat Peraga “Kotak

Dokumen yang terkait

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tahun ajaran 2016/2017.

0 0 193

Efektivitas penggunaan media alat peraga "Kotak Geser" ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

0 0 209

Efektivitas penggunaan alat peraga kartu bilangan pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 5 Sleman.

0 0 166

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jig

0 0 191

Efektivitas pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga `kotak geser` pada materi perkalian dan faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul.

0 1 233

Pengaruh pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2012/2013 pada sub pokok bahasan pengertian dan operasi hitung bentuk aljabar.

0 1 2

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BLORA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR.

0 2 265

Latihan Materi Aljabar (1) Selesaikan persamaan

0 0 6

PENGARUH PENGGUNAAN UBIN ALJABAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN PENYEDERHANAAN, PERKALIAN, DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

0 1 296

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA “KOTAK GESER” PADA MATERI PERKALIAN DAN FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DI KELAS VIII SMPN 2 JETIS BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pro

0 0 231