Efektivitas penggunaan media alat peraga Kotak Geser ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Angela Merici Dwi Nugraheni NIM: 121414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Angela Merici Dwi Nugraheni NIM: 121414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Yesus berkata:

“Jika engkau hendak menyenangkan Daku, percayalah

kepada-Ku. Jika engkau hendak lebih menyenangkan


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA “KOTAK GESER” DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS VIII SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI OPERASI PERKALIAN DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”, efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” pada proses pembelajaran, dan mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”. Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2016 di SMP Kanisius Kalasan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII C. Pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga Kotak Geser dilaksanakan di kelas eksperimen (VIII A) dan pembelajaran dengan tidak menggunakan media alat peraga Kotak Geser dilaksanakan di kelas kontrol (VIII C). Data penelitian diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada guru matematika, tes kemampuan awal (pretest), tes hasil belajar (posttest), observasi keaktifan siswa oleh observer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat perga “Kotak Geser”. Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (VIII A) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (VIII C). siswa kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 46.13 sedangkan kelas kontrol memperoleh 40.27. (2) Penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” tidak efektif digunakan dalam proses pembelajaran untuk mendukung hasil belajar siswa karena persentase hasil belajar siswa yang tuntas tidak mencapai target, yaitu sebesar 20%. (3) Berdasarkan hasil analisis data, persentase keaktifan siswa kelas VIII A pada pertemuan pertama dan kedua mencapai . 2% dan 2. %. Dilihat dari tabel kriteria keaktifan siswa, siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat disimpulkan bahwa media alat peraga “Kotak Geser” efektif untuk digunakan.

Kata kunci: pembelajaran, hasil belajar, efektivitas, keaktifan, alat peraga, Kotak Geser, perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.


(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF PROPS “KOTAK GESER” IN TERMS OF STUDENT’S LEARNING RESULT AND ACTIVENESS OF

CLASS VIII AT SMP KANISIUS KALASAN ON THE MATERIAL OF MULTIPLICATION OPERATIONS AND FACTORING ALGEBRA

This research aims to determine if there is the difference of student’s learning result between class that using the props “Kotak Geser” and the class that does not using the props “Kotak Geser”, the effectiveness of the use of props “Kotak Geser” in the learning process, and to know the activeness of students in the learning process by using props “Kotak Geser”. The learning materials in this study is the multiplication operations and factoring algebraa.

The kind of this research is quasi experimental. This research was conducted on July until August 2016 at SMP Kanisius Kalasan. The samples of this research are the students of class VIII A and VIII C. The learning process by using props “Kotak Geser” was held in the experimental class (VIII A) and the learning process by not using props “Kotak Geser” was implemented in the control class (VIII C). The data of this research was obtained by interviewing the math teacher, conducting the pretest, conducting the posttest, and doing observation the student’s activity by the observer.

The result shows that (1) based on the t-test, it can be concluded that there is the difference of student’s learning result between class class that using the props “Kotak Geser” and the class that does not using the props “Kotak Geser”. It can also be seen from the average score of posttest in the experimental class (VIII A) is higher than the control class (VIII C). The students of experimental class get 46.13 and the students of control class get 40.27. (2) The use of the props “Kotak Geser” in the learning process is not effective to support student’s learning result because the percentage of the completeness of student’s learning result does not reach the target, which is 20%. (3) Based on the data analysis, the percentages of Grade VIII A student’s activity reached 69.52% at the first meeting and 72.86% at the second meeting. From the student’s activity criteria table, students are active in the learning process so it can be concluded that the props “Kotak Geser” is effective to use. Keywords: learning, learning outcome, effectiveness, activeness, props/tool media,


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul ‘Efektivitas Penggunaan Media Alat Peraga “Kotak Geser” Ditinjau dari Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar’ sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, tidak terlepas dari banyak pihak yang turut memberi dukungan, doa, materi, serta bantuan dan semangat yang sangat bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin berterimakasih kepada :

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma;

2. Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

3. Yusup Indrianto Purwito, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius Kalasan yang telah mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian. 4. Siswa dan siswi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan atas kerjasama sebagai

sampel penelitian;

5. Bapak Nur Subiyantoro, Ibu Yoana Fransiska Rini Sudewi, kakakku Bernadeta Iska Dewi, dan adikku Cyrilus Argo Ismoyo atas doa restu, cinta,


(12)

xi

kasih sayang, perhatian, arahan, dukungan finansial, serta kesabaran kepada penulis selama ini;

6. Penyemangatku Okta Agus Sulistyono yang selalu memberikan motivasi, perhatian, semangat, dan selalu mendampingiku dalam keadaan apapun; 7. Sahabat-sahabatku, Ita Susanti, Steffani Dessy, dan Jesee Pertiwi yang

selama ini memberikan dukungan dan semangat.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lebih baik.


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Pembatasan Istilah ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Belajar dan Pembelajaran ... 11

B. Penilaian Hasil Belajar ... 13

C. Bahan Ajar Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar ... 16

D. Media Pembelajaran dan Alat Peraga ... 22


(14)

xiii

F. Alat Peraga “Kotak Geser” dalam Pembelajaran ... 26

G. Efektivitas Pembelajaran ... 32

H. Aktivitas Belajar ... 33

I. Penelitian yang Relevan ... 36

J. Kerangka Berpikir ... 37

K. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu dan Tempat ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Perumusan Variabel ... 42

E. Bentuk Data ... 43

F. Treatment Pengumpulan Data ... 44

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50

I. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62

A. Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Analisis Data Penelitian... 69

C. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara Kuantitatif ... 33

Tabel 3.1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 48

Tabel 3.2. Kesesuaian Indikator dengan Soal Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 3.3. Kesesuaian Kisi-kisi dengan Soal Pretest dan Posttest ... 49

Tabel 3.4. Koefisien Korelasi Product Moment ... 54

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pretest ... 55

Tabel 3.6. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Posttest ... 55

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Reliabilitas Pretest dan Posttest .. 57

Tabel 3.8. Kriteria Presentase Keaktifan Siswa ... 61

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 62

Tabel 4.2. Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.3. Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

Tabel 4.4. Uji Normalitas Posttest ... 74

Tabel 4.5. Uji Kesamaan Variansi ... 76

Tabel 4.6. Hasil Uji Independent Sample t-test ... 77

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM ... 80


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... 91

Lampiran A ... 92

Lampiran A.1. Surat Ijin Observasi dan Penelitian Sekolah ... 93

Lampiran A.2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 94

Lampiran B... 95

Lampiran B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 96

Lampiran B.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 113

Lampiran B.3. Rubrik Penilaian Pretest ... 134

Lampiran B.4. Rubrik Penilaian Posttest Kelas Kontrol ... 136

Lampiran B.5. Rubrik Penilaian Posttest Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran B.6. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dan Skor Maksimal ... 141

Lampiran C... 143

Lampiran C.1. Hasil Wawancara Guru ... 144

Lampiran C.2. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 147

Lampiran C.3. Hasil Uji Rata-Rata Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Menggunakan SPSS 17.0 ... 173

Lampiran C.6. Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM... 178

Lampiran D ... 180

Lampiran D.1. Contoh Lembar Jawab Siswa Uji Coba Soal ... 181

Lampiran D.2. Contoh Lembar Jawab Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 184

Lampiran D.3. Contoh Lembar Jawab Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 185


(18)

xvii

Lampiran D.5. Contoh Lembar Jawab Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 187 Lampiran D.6. Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa ... 188


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia pasti mengalami proses belajar. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Proses memperoleh pengetahuan merupakan suatu proses di mana seseorang yang awalnya belum mengerti menjadi mengerti. Pengetahuan bisa diperoleh dari adanya pengalaman seseorang yang terjadi berulang-kali. Proses belajar digolongkan menjadi dua, yaitu proses belajar formal dan non formal. Proses belajar non formal bisa didapatkan dari alam, lingkungan sekitar, keluarga, teman, dan sebagainya, sedangkan proses belajar formal biasa didapatkan dari sekolah atau lembaga belajar.

Sekolah memiliki beberapa jenjang, mulai dari TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA/K (Sekolah Menengah Atas/Kejuruan), hingga perguruan tinggi. Pada semua jenjang pendidikan tersebut, selalu terdapat mata pelajaran matematika tetapi pada perguruan tinggi tidak semua mempelajari matematika secara spesifik karena bergantung pada jurusan yang diambil. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting karena banyak ilmu atau hal lain, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teori ilmu pengetahuan yang didasari oleh


(20)

2

matematika. Oleh karena itu, pada wajib sekolah 9 tahun, matematika selalu menjadi kategori mata pelajaran untuk Ujian Nasional (UN). Namun banyak siswa yang merasa dan menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit sehingga matematika seringkali dihindari oleh siswa.

Pada jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama), siswa dikenalkan dengan hal baru yang berkaitan dengan Matematika, yaitu aljabar. Materi aljabar merupakan salah satu pra syarat untuk mempelajari materi lain seperti program linear, persamaan kuadrat, dll. Guru SMP Kanisius Kalasan mengatakan bahwa aljabar merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa, khususnya materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Hal itu diketahui berdasarkan pengalaman siswa dari tahun ke tahun. Rata-rata nilai ulangan siswa untuk materi aljabar masih kurang baik, bahkan terdapat 0% −

0% siswa yang memiliki nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga dikatakan tidak tuntas. Kesulitan siswa dalam memahami materi tersebut juga bervariatif, di antaranya adalah malas belajar, sulit memahami konsep aljabar, kurang teliti, dan sebagainya. Siswa juga malas untuk berperan aktif dalam pembelajaran padahal proses pembelajaran yang baik dan berkualitas adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa ikut berperan aktif agar mereka ikut berpikir dan mudah menangkap materi. Siswa lebih suka berdiskusi hal lain dengan temannya daripada berdiskusi tentang materi pelajaran dengan guru dan siswa lain. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus memiliki strategi khusus atau alternatif lain yang lebih inovatif dalam mengajar


(21)

agar siswa dapat lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajari dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk menunjang proses pembelajaran agar bisa berjalan dengan optimal. Salah satu lingkungan belajar yang sangat berperan dalam memudahkan penguasaan siswa terhadap materi adalah penerapan teknologi dalam penggunaan media pembelajaran (Mulyanta dan Leong, 2009: 2). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Mulyanta dan Leong (2009), media pembelajaran dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, yang pada akirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Terdapat enam kategori dasar media pembelajaran yang digunakan dalam belajar menurut Smaldino, dkk, yaitu teks (contoh: buku, poster, papan tulis, layar komputer, dsb), audio (contoh: suara orang, musik, suara mekanis, dsb), visual (contoh: diagram, gambar, dsb), video (media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer, dsb), perekayasa bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh siswa, dan orang-orang (seperti guru, siswa, ahli bidang studi, dll).

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa banyak hal yang dapat menjadi media pembelajaran seperti power point, gambar, video, alat peraga, dll. Ali (dalam Sundayana, 2015) menyatakan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Guru SMP Kanisius Kalasan belum pernah mencoba menggunakan


(22)

4

media pembelajaran seperti alat peraga, karena tidak tersedianya alat peraga. Guru hanya pernah menggunakan power point, tetapi hal itu tidak membantu siswa dalam belajar terlebih pada materi pemfaktoran bentuk aljabar. Pada perkalian bentuk aljabar, rata-rata siswa dapat memahami konsepnya, hanya saja terkadang siswa kurang teliti dalam hal operasi bilangan bulat, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian bilangan positif dan negatif, dan sebagainya.

Seorang guru bernama Amirullah telah membuat sebuah media pembelajaran alat peraga. Alat peraga tersebut bernama “Kotak Geser”. Amirullah membuat media alat peraga “Kotak Geser” untuk melakukan penelitian terhadap pembelajaran siswa kelas VIII pada materi faktorisasi bentuk aljabar. Alat peraga tersebut kemudian dikembangkan oleh peneliti lain sehingga tidak hanya digunakan untuk materi faktorisasi bentuk aljabar tetapi juga untuk materi perkalian bentuk aljabar. Media alat peraga “Kotak Geser” tersebut dirancang untuk membantu mempermudah siswa dalam menghitung perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar, baik dari segi ketelitian maupun langkah mudah dalam menghitung dan menentukan hasil perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII, terkait dengan materi aljabar khususnya pada operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Peneliti ingin melakukan eksperimen dengan membandingkan dua kelas, dengan yang satu menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan yang lain tidak menggunakan media


(23)

apapun seperti yang dilakukan oleh guru. Peneliti ingin mengetahui apakah dengan menggunakan media alat peraga tersebut, siswa menjadi lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi, serta dapat menunjukkan adanya hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan yang tidak menggunakan media alat peraga. Peneliti juga ingin melihat bagaimana tingkat keaktifan siswa saat melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan media alat peraga. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” tersebut dapat membuat siswa berperan aktif sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas, serta dapat membuat hasil belajar siswa menjadi lebih baik sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” efektif untuk digunakan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”?

2. Apakah penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” efektif ditinjau dari hasil belajar siswa?

3. Apakah penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” efektif ditinjau dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran?


(24)

6

C. Tujuan

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan kelas yang tidak menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”.

2. Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan.

3. Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” ditinjau dari keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan dalam proses pembelajaran.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memfokuskan pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada dua kelas yang berbeda. Dua kelas tersebut adalah kelas VIII A dan VIII C. Pada kedua kelas tersebut, peneliti sama-sama melakukan pembelajaran yang maksimal. Hanya saja terdapat perbedaan pada proses pembelajarannya. Pada kelas VIII A, peneliti menggunakan metode ceramah dan media alat peraga “Kotak Geser” dalam pembelajarannya sedangkan pada kelas VIII C peneliti tidak menggunakan media apapun, hanya menggunakan metode ceramah. Berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun, pembelajaran konvensional pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar tidak mendapatkan hasil yang optimal sehingga peneliti mengharapkan hasil yang lebih baik pada kelas VIII A karena dilakukan pembelajaran dengan media khusus.


(25)

Alat peraga “Kotak Geser” tersebut digunakan untuk memudahkan siswa dalam menghitung operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat peraga tersebut dapat memudahkan siswa dalam pemecahan soal. Biasanya siswa hanya mengira-ira dan mencoba-coba dalam memecahkan soal terkait materi tersebut, tetapi dengan adanya alat peraga “Kotak Geser” siswa dapat lebih mudah dan teratur dalam mengerjakannya. Namun, ketelitian juga sangat diperlukan karena tanpa ketelitian cara semudah apapun juga tidak akan bisa berhasil.

E. Pembatasan Istilah 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan membentuk diri.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah adanya suatu proses komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa yang bertujuan untuk mengembangkan atau merubah tingkah laku.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan seseorang yang diperoleh dari belajar.


(26)

8

4. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah suatu proses memberikan penilaian terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapai siswa berdasarkan kriteria tertentu.

5. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan isi pesan pembelajaran dan merangsang atau menarik perhatian siswa untuk belajar.

6. Alat Peraga

Alat peraga merupakan media atau sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu mempermudah siswa dalam memahami materi.

7. Alat Peraga “Kotak Geser”

Alat peraga “Kotak Geser” adalah alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat peraga ini terbuat dari papan, yang berisi kolom-kolom. Alat peraga ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

8. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan guru dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa.


(27)

9. Aktivitas Belajar

Perbuatan atau perubahan tingkah laku baik bersifat fisik maupun mental yang apabila terjalin keserasian antara keduanya akan menghasilkan kesgiatan belajar yang optimal.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti berharap agar peneliti dapat

- Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII yang menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan tidak menggunakan media alat peraga pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”.

- Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dalam proses pembelajaran untuk mendukung hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan.

- Mengetahui efektivitas penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dilihat dari tingkat keaktifan siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII pada saat pembelajaran terkait materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

2. Bagi siswa

- Siswa dapat lebih mudah dalam memperlajari operasi perkalian dan pemfaktoran sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.


(28)

10

- Siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3. Bagi guru

- Sebagai bahan pertimbangan guru tentang adanya sarana atau strategi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran guna mendukung hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik.

4. Bagi pembaca

- Diharapakan dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca atau peneliti lain tentang penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dalam pembelajaran.


(29)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Menurut Gagne (1984) dalam Dahar (2011) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman, sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi lebih dari satu kali akan melahirkan suatu pengetahuan.

Siregar dan Nara (2011) juga mendefinisikan belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).


(30)

12

Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau proses seseorang untuk memperoleh pengetahuan dimana pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan adanya suatu pengalaman diri. Dari pengalaman tersebut seseorang mengalami proses belajar yang kemudian menjadi tahu (memperoleh pengetahuan). Pengetahuan yang diperoleh akan membentuk seseorang menjadi lebih baik, dalam segi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).

2. Pengertian Pembelajaran

Setiap kegiatan belajar yang dilakukan dalam suatu lembaga seperti sekolah, bimbingan belajar, dan lain-lain akan selalu ada yang disebut dengan pembelajaran. Menurut Jihad dan Haris (2013:11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari dua aspek, yaitu belajar dan mengajar. Belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar berorientasi pada apa yang harus disampaikan atau diberikan oleh guru kepada siswa. Kedua aspek tersebut akan berkolaborasi sehingga menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran. Suherman (1992) dalam Jihad dan Haris (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi antara peserta didik dan pendidik, serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Disimpulkan bahwa pembelajaran adalah adanya suatu proses komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa,


(31)

dan siswa dengan siswa yang bertujuan untuk mengembangkan atau merubah tingkah laku.

B. Penilaian Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan belajar selalu menghasilkan sesuatu yang disebut dengan hasil belajar. Seberapa banyak pengetahuan yang dapat dipahami oleh seseorang akan terlihat pada hasil belajarnya. Hasil belajar juga digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Abdurrahman (dalam Jihad dan Haris, 2013) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Adapun menurut Benjamin S. Bloom terdapat tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). A.J. Romizowski juga berpendapat bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi dan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).

Melihat beberapa pendapat yang dipaparkan oleh para ahli, Jihad dan Haris (2013:14) menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses atau kegiatan belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkat kemampuan seseorang dalam


(32)

14

ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap) yang diperoleh setelah melalui kegiatan atau proses belajar.

2. Penilaian Hasil Belajar

Ditinjau dari segi bahasa, penilaian berarti proses menentukan nilai suatu objek. Menurut Nana Sudjana (2010:3) inti penilaian adalah adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada suatu objek tertentu berdasarkan dengan kriteria tertentu. Kriteria adalah suatu ukuran, di mana untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang, dibutuhkan ketentuan atau ukuran yang jelas bagaimana yang dinamakan baik, sedang, kurang tersebut. Jadi penilaian hasil belajar adalah suatu proses memberikan penilaian terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapai siswa berdasarkan kriteria tertentu.

Terdapat beberapa jenis penilaian menurut Nana Sudjana (2010:5) yaitu

a. Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir kegiatan guna melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar. Melihat hasil penilaian ini diharapkan guru dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran dan strategi pelaksanaanya apabila hasil penilaian kurang baik.


(33)

b. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun dalam rangka melihat pencapaian hasil belajar siswa, seberapa jauh siswa dapat menguasai materi.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa dan faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan remedial, bimbingan belajar, menemukan kasus-kasus, dll.

d. Penilaian Selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi.

e. Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan prasyarat siswa yang diperlukan untuk memulai program kegiatan belajar.

Pada penelitian ini, jenis penilaian yang digunakan adalah penilaian formatif di mana peneliti memberikan tes di akhir program pembelajaran (posttest) untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Menggunakan penilaian ini, peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan proses belajar siswa dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”. Apabila hasilnya tidak sesuai dengan diharapkan atau belum


(34)

16

optimal dan tidak mengalami peningkatan, guru dapat mempersiapkan program atau kegiatan pengajaran dan strategi baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Bahan Ajar Materi Operasi Perkalian dan Pemfaktoran Bentuk Aljabar Berdasarkan sumber buku Matematika SMP Kelas VIII yang diterbitkan oleh Kementrian dan Kebudayaan, bahan ajar untuk materi operasi perkalian dan pemfaktoran adalah sebagai berikut.

1. Operasi Perkalian Bentuk Aljabar

Terdapat beberapa macam bentuk aljabar dalam perkalian bentuk aljabar, yaitu

 + ) + ) = + ) + + )

= + + +

= + + +

= + + ) +

= + 2 +

 + ) − ) = − ) + − )

= − + +

= − + +


(35)

 − ) − ) = − ) − − )

= − − +

= − − +

= − + ) +

= − 2 +

2. Pemfaktoran Bentuk Aljabar

Sebelum mempelajari pemfaktoran bentuk aljabar, terdapat materi pengantar yang harus diingat kembali yang akan digunakan sebagai dasar pemfaktoran bentuk aljabar, yaitu :

a. Faktor Bilangan

Faktor bilangan adalah bilangan-bilangan asli yang apabila dikalikan menghasilkan bilangan asli tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Misal terdapat bilangan asli �, bilangan asli yang apabila dikalikan dengan bilangan asli lain hasilnya sama dengan � disebut faktor bilangan �.

Contoh 2.1

Perhatikan perkalian dua bilangan bulat berikut ini :

× =

2 × =

× =


(36)

18

Contoh 2.2

Perhatikan perkalian dua bilangan bulat berikut :

× =

Jadi, 5 dan 7 adalah faktor dari 35. b. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Faktor persekutu terbesar (FPB) adalah faktor persekutuan yang nilainya terbesar di antara faktor-faktor persekutuan lainnya.

Contoh 2.3

FPB dari 15 dan 20 dapat diperoleh dengan menentukan faktor-faktor bilangan

Faktor dari 15 = 1, 3, 5, 15 Faktor dari 20 = 1, 2, 4, 5, 15

Faktor yang sama dan terbesar dari dua bilangan tersebut adalah 5. Jadi, FPB dari 15 dan 20 adalah 5.

Pemfaktoran Bentuk Aljabar

Terdapat beberapa macam bentuk aljabar dalam pemfaktoran bentuk aljabar, yaitu

Faktor-faktor suku aljabar

Cara untuk memfaktorkan bentuk aljabar adalah sebagai. a. Carilah faktor persekutuan setiap suku

b. Bagilah bentuk aljabar tersebut dengan faktor persekutuan setiap suku.


(37)

Contoh 2.4

Carilah faktor dari bentuk aljabar + :

 FPB (6,8) = 2

 Bagilah setiap suku dengan FPB tersebut

6�=

8

=

Jadi, + = 2 + )

Pemfaktoran bentuk selisih dua kuadrat

− = + − ) −

= + ) − + )

= + ) − + )

= − ) + )

Dengan demikian, diketahui bahwa faktor dari bentuk selisih dua kuadrat − = − ) + )

Contoh 2.5

Carilah faktor dari bentuk aljabar − 2 :

− 2 = − ) + )

Pemfaktoran Bentuk ± +

Pemfaktoran dari bentuk + 2 + adalah sebagai berikut :

 + ) = + + +


(38)

20

Sedangkan faktorisasi dari bentuk + 2 + adalah sebagai berikut :

 − ) = − − +

= − 2 +

Dengan demikian, diketahui bahwa pemfaktoran bentuk

± 2 + = ± )

Contoh 2.6

2.6.1 Faktor dari + +

+ + = + + +

= + ) 2.6.2 Faktor dari − +

− + = − − +

= − )

Pemfaktoran bentuk + +

Faktorisasi Bentuk + + dengan = Perhatikan berikut ini :

+ 2) + ) = + 2 + + 0

= + + 0

Perhatikan suku kedua, yaitu . Koefisien suku kedua tersebut adalah 7, merupakan hasil penjumlahan konstanta, yaitu = 2 +

. Adapun suku ketiga, yaitu 10, merupakan hasil kali dua konstanta, yaitu 0 = 2 × .

Sehingga :

Faktorisasi bentuk + + adalah + �) + ) dengan


(39)

Pemfaktoran Bentuk + + dengan

Langkah-langkah melakukan faktorisasi bentuk + + dengan ≠ adalah sebagai berikut :

1) Ubah bentuk + + menjadi + � + ) + = + � + + dengan � + = dan � × = . 2) Bentuk aljabar + � + + dapat kamu pandang

sebagai jumlah dua bentuk aljabar, yaitu + � dan + . 3) Tentukan FPB suku-suku dan � . Kemudian, tuliskan

+ � dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya.

4) Tentukan pula FPB suku-suku dan . Kemudian, tuliskan + dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya.

5) Setelah melakukan langkah (3) dan (4), kamu akan memperoleh

+ + = + ) + + )

= + ) + )

Dengan ∙ = dan ∙ ) + ∙ ) = dan

∙ =

Contoh 2.7

Faktorkanlah bentuk aljabar 2 + + Jawab :

Pertama, carilah nilai-nilai � dan dengan ketentuan � × = 2 × = 2 dan � + =

Kamu peroleh nilai � dan yang dimaksud adalah 6 dan 2, sehingga

2 + + = 2 + + 2 +

Selanjutnya, tentukanlah FPB dari 2 dan serta FPB dari 2 dan 1. Diperoleh FPB dari 2 dan adalah dan FPB dari 2 dan 1 adalah 1.


(40)

22

Jadi, bentuk 2 + + dapat ditulis sebagai

2 + + = 2 + ) 2 + )

= + ) 2 + )

Dengan demikian, faktorisasi dari 2 + + adalah + ) 2 + )

D. Media Pembelajaran dan Alat Peraga

Media merupakan sarana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Sundayana, 2015:4). Gerlach dan Ely (1971) dalam Sundayana (2015) menyatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Sebagai contoh dalam pengetahuan adalah guru, buku teks, lingkungan sekolah, dll. AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) dalam Sundayana (2015) memberi batasan media bahwa media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut sebagai media pengajaran.

Gagne dan Briggs (1975) dalam Sundayana (2015) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi dalam pembelajaran antara lain buku, tape-recorder, kaset, video, kamera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau sarana fisik yang mengandung materi instruksional atau pengajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sundayana (2015:6) juga menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang


(41)

berfungsi dan digunakan untuk pesan suatu pembelajaran. Setelah mengetahui definisi media pembelajaran tersebut dapat dikatakan bahwa media pemebelajaran merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan isi pesan pembelajaran dan merangsang atau menarik perhatian siswa untuk belajar.

Berikut ini adalah kriteria media pembelajaran yang ideal menurut Mulyanta dan Leong (2009), yaitu

1) Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program pembelajaran, tujuan belajar dan karakteristik siswa,

2) Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh siswa, dan sangat operasional dalam penggunaannya,

3) Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik maupun merangsang perhatian siswa, baik tampilan, pilihan warna, maupun isinya. Uraian isi tidak membingungkan serta dapat menggugah minat siswa untuk menggunakan media tersebut, dan

4) Kemanfaatan, artinya isi dari media pembelajaran harus bernilai atau berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta tidak sia-sia atau merusak siswa.

Menurut Smaldino, dkk (2011) terdapat enam kategori dasar media pembelajaran yang digunakan dalam belajar, yaitu


(42)

24

1) Teks. Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun seperti buku, poster, papan tulis, layar komputer, dsb. 2) Audio. Audio adalah segala sesuatu yang dapat didengar, sebagai contoh:

suara orang, musik, suara mekanis, dsb.

3) Visual. Visual adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, antara lain diagram, gambar, dsb.

4) Video. Video adalah gambar bergerak, bisa juga terdapat audio di dalamnya contohnya adalah DVD, rekaman video, animasi komputer, dsb.

5) Perekayasa bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh siswa. 6) Orang-orang. Media ini dapat berupa guru, siswa, ahli bidang studi, dll.

Akibat adanya perkembangan teknologi dan kreativitas manusia, terdapat media pembelajaran yang disebut dengan alat peraga. Alat peraga tergolong dalam kategori perekayasa bersifat tiga dimensi. Ali (dalam Sundayana, 2015), mengemukakan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Ruseffendi (1992) juga mengemukakan bahwa alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep-konsep matematika. Adapula pengertian alat peraga menurut Pramudjono (1995), alat peraga matematika adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja dalam rangka membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.

Jadi, dengan kata lain alat peraga matematika adalah suatu alat atau sarana yang sengaja dibuat untuk mempermudah dalam menyampaikan isi


(43)

materi dan dapat menarik perhatian serta antusias siswa untuk belajar sehingga isi materi atau konsep matematika yang dipelajari dapat dengan mudah tertanam dalam pikiran siswa (mudah dipahami oleh siswa).

E. Alat Peraga “Kotak Geser”

Alat peraga “Kotak Geser” adalah alat peraga yang dibuat dan digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran terkait dengan pokok bahasan operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat peraga ini merupakan alat peraga yang dibuat oleh Bapak Amirullah, S.Pd dalam rangka melakukan penelitian di Kelas VIII.6 SMP Negeri 1 binamu Kabupaten Jeneponto pada tahun 2006. Dengan teknik penggunaan alat peraga “Kotak Geser” ini, Bapak Amirullah, S.Pd berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar. Banyak peneliti lain yang mengembangkan alat peraga “Kotak Geser” ini, tidak hanya untuk pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar tetapi juga operasi perkalian bentuk alajabar. Alat peraga ini berisi kotak-kotak atau kolom yang digunakan untuk mencari faktor-faktor dari suatu bilangan. Apabila faktor-faktor yang mungkin sudah tertulis di dalam kotak, kotak tersebut digeser hingga memperoleh faktor-faktor yang tepat. Faktor-faktor yang tepat tersebut yang digunakan sebagai faktor bentuk aljabar.


(44)

26

(alat peraga “Kotak Geser”)

F. Alat Peraga “Kotak Geser” dalam Pembelajaran

Menghitung perkalian bentuk aljabar dengan menggunakan Kotak Geser:

Perkalian dengan bentuk + ) + ), dengan = Contoh 2.8

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar + ) + ) : Langkah-langkah :

1. Misalkan 3 sebagai p dan 4 sebagai q 2. Letakkan p yaitu 3 di kolom pada baris p 3. Letakkan q yaitu 4 di kolom pada baris q

4. Letakkan jumlah dari p dan q pada kolom bawahnya (jumlah dari p dan q dianggap sebagai b)

5. Letakkan hasil kali p dan q di kolom terbesar paling kiri (hasil kali p dan q dianggap sebagai c)


(45)

12

3

4

Hasil Penjumlahan Hasil Perkalian

Dari kotak geser tersebut dapat dilihat, 7 sebagai b (koefisien dari ) dan 12 sebagai (konstanta). Karena perkalian ini berbentuk + ) +

) dengan = maka (koefisien dari ) adalah 1. Jadi, persamaannya menjadi + + = + + 2

Perkalian dengan bentuk + ) − ), dengan = Contoh 2.9

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar + ) − 2) :

Hasil Perkalian

Hasil Penjumlahan


(46)

28

Maka, persamaannya menjadi + − 2

Perkalian dengan bentuk − ) − ), dengan = Contoh 2.10

Perkalian dua bentuk aljabar bentuk aljabar − ) − 2) :

Hasil Penjumlahan Hasil Perkalian

Maka, persamaannya menjadi − +

Perkalian dengan bentuk + ) + ), dengan Contoh 2.11

Perkalian dua bentuk aljabar 2 + ) + ) : Langkah-langkah :

1. Misalkan 2 sebagai a1 dan 3 sebagai a2 2. Misalkan 5 sebagai b1 dan 4 sebagai b2

3. Letakkan hasil kali b1 dan b2 di kolom terbesar paling kiri (hasil kali b1 dan b2 dianggap sebagai c)


(47)

4. Letakkan hasil kali dari a1 dengan b2 yaitu 2 × = di kolom pada baris p

5. Letakkan hasil kali dari a2 dengan b1 yaitu × = di kolom pada baris q

6. Letakkan jumlah p dan q pada kolom bawahnya (jumlah tersebut dianggap sebagai b)

Hasil Penjumlahan Hasil Perkalian

Dari kotak geser tersebut dapat dilihat, 23 sebagai b (koefisien dari ) dan 20 sebagai (konstanta). Karena perkalian ini berbentuk + ) +

) dengan ≠ maka (koefisien dari ) adalah a1 × a2 = 2 × = . Jadi, persamaannya menjadi + + = + 2 + 20

Pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggunakan Kotak Geser

Pemfaktoran bentuk aljabar Contoh 2.12

Faktor dari bentuk aljabar − 2 :

2


(48)

30

Langkah-langkah :

- Letakkan nilai pada kolom terbesar paling kiri

- Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar. - Misalkan dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut

� dan

Dalam soal = 0 maka dari tabel diperoleh � = − dan = . Sehingga diperoleh persamaan :

− 2 = − ) + )

Jadi, faktor aljabarnya adalah − ) + ).

Pemfaktoran bentuk aljabar ± + , = Contoh 2.13


(49)

Langkah-langkah :

- Letakkan pada kolom terbesar paling kiri

- Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar.

Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan :

+ + = + ) + )

Maka faktor aljabarnya adalah + ) + ).

Pemfaktoran bentuk aljabar + + dengan Contoh 2.14

Faktor dari bentuk aljabar + + 2 : Langkah-langkah :

- Letakkan hasil kali dari dan pada kolom terbesar paling kiri - Carilah kemungkinan-kemungkinan 2 bilangan yang jika dikalikan

dapat membentuk . Dua bilangan tersebut diletakkan pada kolom atas-bawah


(50)

32

- Jumlahkan setiap 2 bilangan yang ada, dan carilah jumlah kedua bilangan yang sama dengan .

- 2 bilangan yang apabila dijumlahkan sama dengan , maka dua

bilangan tersebut yang digunakan untuk mencari faktor bentuk aljabar.

Misal dua bilangan yang apabila dikalikan sama dengan disebut � dan . Dari tabel diperoleh � = dan = sehingga diperoleh persamaan :

+ + 2 = + � + + 2

= + + + 2

= + ) + + 2)

= + 2) + + 2)

= + ) + 2)

Maka faktor aljabarnya adalah + ) + 2).

G. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas (kata benda) berasal dari kata efektif (kata sifat). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 284), efektif adalah 1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2) dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan). Sementara itu, efektivitas memiliki pengertian keefektifan


(51)

yang berarti keberhasilan (tt usaha, tindakan). Marpaung, Kartika, dan Wens (1995) menyatakan bahwa efektivitas guru didefinisikan sebagai suatu ukuran keberhasilan guru mengajarkan suatu mata pelajaran kepada siswa. Efektivitas itu dinyatakan dengan hasil (outcome) yang dicapai siswa. Oleh karena itu disimpulkan bahwa efektivitas suatu pembelajaran adalah tingkat keberhasilan guru dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada siswa yang dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa. Ditetapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan efektif apabila 60% dari siswa tersebut dapat tuntas (mencapai KKM). Nilai KKM SMP Kanisius Kalasan pada mata pelajaran Matematika adalah 65. Persentase siswa yang memperoleh nilai dengan tuntas (mencapai KKM) kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria efektivitas hasil belajar siswa secara kuantitatif sebagai berikut:

Tabel 2.1: Tabel Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa secara Kuantitatif

% yang berhasil Efektivitas

≤ 0 Sangat rendah

− Rendah

− Cukup

− Tinggi

0 − 00 Sangat tinggi

(Kartika Budi, 2001: 54)

H. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya, belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, dengan kata lain melakukan kegiatan sehingga selalu ada aktivitas dalam


(52)

34

belajar. Oleh sebab itu, tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2011:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila terjadi ketidakserasian antara aktivitas fisik dan mental, maka belajar tidak akan optimal. Sebagai contoh, seorang anak membaca buku. Secara fisik, anak tersebut sedang membaca menghadap buku, tetapi pikirannya tidak tertuju pada apa yang dibaca sehingga terjadi ketidakserasian antara aktivitas fisik dan aktivitas mental yang mengakibatkan belajar menjadi tidak optimal. Piaget dalam Sardiman (2011) juga menerangkan bahwa seorang anak berpikir selama ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak tersebut tidak berpikir sehingga anak harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri agar ia berpikir. Jadi, aktivitas belajar adalah perbuatan atau perubahan tingkah laku baik bersifat fisik maupun mental yang apabila terjalin keserasian antara keduanya akan menghasilkan kegiatan belajar yang optimal. Sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas sehingga terdapat nilai keaktifan. Aktivitas tidak cukup dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan guru saja, tetapi masih banyak jenis aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, antara lain menyatakan, meluruskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.


(53)

3. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, contohnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya adalah menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, contoh yang termasuk didalamnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, di antaranya adalah menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Untuk mengembangkan aktivitas siswa di sekolah, peneliti membuat suatu penilaian keaktifan untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga. Presentase dari jumlah siswa yang termasuk dalam indikator keaktifan yang telah ditentukan, kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria keaktifan siswa agar diketahui tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut. Berdasarkan daftar aktivitas yang sudah digolongkan menurut Paul B. Diedrich di atas, peneliti membuat indikator atau kriteria yang menandakan bahwa siswa tergolong aktif dalam pembelajaran. Indikator siswa aktif tersebut adalah sebagai berikut: 1. Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru.


(54)

36

2. Siswa bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi yang telah disampaikan.

3. Siswa bertanya kepada teman lain saat tidak memahami materi yang telah disampaikan.

4. Siswa mau mencoba alat peraga yang telah disediakan. 5. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

6. Siswa mau bekerjasama dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

7. Siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. 8. Siswa menanggapi presentasi hasil pekerjaan temannya.

9. Siswa berani mengutarakan pendapatnya.

I. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, peneliti terinspirasi oleh makalah yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Remedial dengan Menggunakan Alat Peraga “Kotak Geser” pada Materi Perkalian dan Faktorisasi Bentuk Aljabar Di Kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul. Makalah tersebut disusun oleh Angelia Padmarini Dharmamurti dan Ch. Enny Murwaningtyas dan telah dipresentasikan di Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Penelitian yang dilakukan oleh Angelia Padmarini Dharmamurti dan Ch. Enny Murwaningtyas bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga “Kotak Geser” ditinjau dari hasil belajar


(55)

siswa pada materi perkalian dan faktorisasi bentuk aljabar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang dicapai setelah pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga tidak melebihi target yaitu sebesar 58,1% ketuntasan, namun hasil tersebut telah mengalami peningkatan dari yang semula sebesar 6,1%. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga pada materi perkalian dan faktorisasi bentuk aljabar yang dilakukan pada siswa kelas VIII b SMPN 2 Jetis tidak efektif.

J. Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran matematika, siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar sehingga tidak mendapatkan hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, strategi pembelajaran perlu dipikirkan oleh guru untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa agar mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan wawancara guru, siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan mengalami kesulitan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Hasil belajar siswa kurang memuaskan setiap tahunnya sehingga hal itu mendorong peneliti untuk melakukan eksperimen pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga.

Alat peraga merupakan suatu media atau sarana untuk memudahkan siswa dalam membayangkan dan memahami materi serta untuk menarik perhatian siswa agar mau belajar. Alat peraga yang digunakan untuk materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar adalah alat peraga “Kotak


(56)

38

Geser”. Alat peraga “Kotak Geser” ini sudah banyak digunakan oleh peneliti lain dan hasilnya pun bervariasi. Ada yang mengalami perubahan dan memperoleh hasil belajar secara optimal dengan rata-rata nilai siswa tuntas mencapai KKM setelah menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan ada pula yang mengalami perubahan lebih baik tetapi belum optimal. Akan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dengan alat peraga tersebut.

Alat peraga “Kotak Geser” dapat membantu siswa dalam membayangkan bentuk aljabar sehingga mempermudah siswa dalam menghitung atau mencari hasil perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Alat peraga ini membantu siswa dalam mengatasi masalah dari segi ketelitian, mempermudah langkah-langkah dalam menyelesaikan soal, dan membuat bentuk aljabar terlihat lebih nyata. Selain itu alat peraga “Kotak Geser” juga dapat membuat siswa aktif dalam belajar dengan menggunakan sendiri alat peraga tersebut untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah terkait materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar dengan media alat peraga “Kotak Geser” dapat membuat siswa merasa lebih mudah, tertarik dan lebih semangat dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut menguatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” efektif digunakan untuk mendukung siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan dapat membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.


(57)

K. Hipotesis

� : Media alat peraga “Kotak Geser” efektif digunakan dalam proses pembelajaran pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

� : Media alat peraga “Kotak Geser” tidak efektif digunakan dalam proses pembelajaran pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.


(58)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu. Menurut Trianto (2011), penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Sesuai dengan judul penelitian tentang penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui akibat dari penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dalam pembelajaran. Apakah hasil belajar siswa dapat meningkat atau tidak. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (Trianto, 2011). Namun penelitian eksperimen dibagi menjadi beberapa jenis. Penelitian terhadap penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu. Eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, perbedaannya terdapat pada pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan. Pada penelitian ini, variabel yang dilihat cukup dominan adalah nilai-nilai hasil belajar (posttest) siswa. Terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan berbeda untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan media alat peraga “KotakGeser”, apakah


(59)

terjadi perbedaan lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang tidak menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” atau sebaliknya. Penelitian ini menggunakan desain sebagai berikut:

The Matching-Only Pretest-Posttest Control Group Design

Treatment Group M O X O

Control Group M O C O

M 25 siswa untuk kelas eksperimen

O

Pretest

X Pembelajaran menggunakan media alat

peraga “Kotak Geser”

O

Posttest

M 25 siswa untuk kelas eksperimen

O

Pretest

C

Pembelajaran tanpa media alat peraga “Kotak

Geser”

O

Posttest

B. Waktu dan Tempat 1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan yang beralamat di Tirtomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus tahun ajaran 2016/2017.


(60)

42

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita, baik sekelompok orang, hewan, maupun benda lainnya (Walpole, 1993:7). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII, yang meliputi VIII A, VIII B, VIII C. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:81). Sampel disebut juga sebagai himpunan bagian dari populasi. Berdasarkan hal tersebut, dari populasi seluruh siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII diambil siswa dalam dua kelas tertentu untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C.

D. Perumusan Variabel

Variabel adalah suatu konsep yang mengungkapkan kelompok objek atau hal yang nilainya berbeda-beda seperti gender, kemampuan, intelegensi, nilai, minat, sikap, motivasi, warna mata, penghasilan, umur, dll (Suparno, 2007:29). Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah suatu variabel yang variasi nilainya akan mempengaruhi nilai variabel lain (Mustafa, 2009:23). Variabel bebas (Independent Variable) pada penelitian ini adalah penggunaan media alat peraga “Kotak Geser” dalam pembelajaran.


(61)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) adalah suatu variabel yang variasi nilainya diperngaruhi atau dijelaskan oleh variasi nilai variabel yang lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variable) yaitu: a) Hasil belajar siswa kelas VIII A.

b) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Variabel Kontrol (Control Variable)

Variabel kontrol (control variable) adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan sebagai variabel bebas tapi justru keberadaannya dikendalikan (dikontrol) (Mustafa, 2009: 24-25). Pada penelitian ini, yang menjadi variabel kontrol adalah sebagai berikut:

a) Guru yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. b) Materi yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. c) Waktu yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Bentuk Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Disebut data kuantitafif karena penelitian ini merupakan penelitian yang didasarkan pada pengumpulan dan analisis berbentuk angka (numerik) untuk menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengontrol fenomena yang diminati. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil pretest, posttest, dan hasil observasi keaktifan siswa. Pretest

dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui bahwa kedua kelas tersebut memiliki nilai rata-rata yang sama


(62)

44

atau tidak. Posttest dilakukan setelah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berakhir sebagai hasil belajar siswa. Observasi keaktifan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” berlangsung. Data berupa rasio karena data hasil pelaksanaan tes dan pelaksanaan observasi keaktifan siswa tersebut berupa angka/nilai yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika.

F. Treatment Pengumpulan Data

Data sangat beperan penting dalam proses penelitian ini karena data yang akan diolah untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data. Untuk melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan treatment agar data yang diperoleh merupakan data yang akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan. Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subjek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2007:51).

1. Kelas Kontrol (Ceramah)

Pada penelitian ini, kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode ceramah aktif dengan membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa. Berikut ini adalah proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti:

a. Guru membuka pembelajaran.

b. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang sudah dipelajari.


(63)

c. Guru menjelaskan materi pembelajaran. d. Guru membantu siswa membentuk kelompok. e. Guru memberikan latihan soal kepada kelompok.

f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

g. Guru memberikan timbal balik pada hasil kerja siswa. h. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. i. Guru menutup pembelajaran.

2. Kelas Eksperimen (Alat Peraga)

Pembelajaran dengan menggunakan metode alat peraga “blok aljabar” diberikan pada kelas eksperimen, juga dengan membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 sampai dengan 4 siswa. Berikut ini adalah proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti :

a. Guru membuka pembelajaran.

b. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang sudah dipelajari.

c. Guru menjelaskan tentang alat peraga yang akan digunakan.

d. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.

e. Guru membantu siswa membentuk kelompok. f. Guru memberikan latihan soal kepada siswa.


(64)

46

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

h. Guru memberikan timbal balik pada hasil kerja siswa. i. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. j. Guru menutup pembelajaran.

3. RPP

RPP adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Segala sesuatu yang akan dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran yang juga sebagai proses penelitian disusun dalam RPP. RPP yang disusun harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. SMP Kanisius Kalasan menggunakan kurikulum KTSP (2006) sehingga RPP yang disusun juga menggunakan sistem KTSP. RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.2.

4. Alat Peraga

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini bernama “Kotak Geser”. Alat peraga ini dibuat dengan harapan dapat membantu memudahkan siswa dalam menghitung hasil dari operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

5. Dokumentasi

Pada penelitian ini, peneliti membuat suatu dokumentasi yang berupa foto dan video. Dokumentasi ini bertujuan untuk merekam semua kegiatan saat pembelajaran di kelas sehingga peneliti dapat lebih mudah menganalisis bagaimana kegiatan pembelajaran saat itu terutama mengenai keaktifan


(65)

siswa. Dokumentasi ini juga membantu peneliti untuk mencatat hal-hal penting yang mungkin terlewatkan pada saat observasi.

G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010 dalam Samirin, 2013:131). Pada tahap observasi ini, peneliti mengundang beberapa observer untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar di dalam kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa berperan dalam proses belajar mengajar. Dari situ, peneliti dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran terkait dengan keaktifan siswa dalam proses belajar tersebut. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti dan disimpulkan bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar.

Berikut ini adalah lembar observasi keaktifan siswa yang dibentuk dalam tabel :


(66)

48

Tabel 3.1: Lembar Observasi Keaktifan Siswa

No. Indikator Jumlah

Siswa 1 Siswa mencatat materi yang dijelaskan

oleh guru

2 Siswa bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi yang telah disampaikan 3 Siswa bertanya kepada teman lain saat

tidak memahami materi yang telah disampaikan

4 Siswa mencoba alat peraga yang telah disediakan

5 Siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya

6 Siswa bekerjasama dengan teman

sekelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan

7 Siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas

8 Siswa menanggapi presentasi hasil pekerjaan temannya

9 Siswa berani mengutarakan pendapatnya

2. Lembar Tes

Terdapat dua jenis tes yang dilakukan oleh peneliti untuk pengumpulan data yaitu pretest dan posttest. Pretest adalah suatu tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan melihat kesetaraan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Posttest adalah suatu tes yang mengacu pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hasil posttest tersebut digunakan untuk melihat dan mengukur apakah terjadi peningkatan hasil prestasi siswa apabila proses pembelajarannya menggunakan media alat peraga dibanding dengan tanpa menggunakan


(67)

media pembelajaran (metode ceramah). Instrumen tes ini digunakan setelah materi yang dipelajari telah selesai.

Tabel 3.2: Kesesuaian indikator dengan soal pretest dan posttest Indikator Nomor Soal

(Pre test)

Nomor Soal (Post test) Menyelesaikan operasi perkalian bentuk

aljabar

1a, 1b, 1c 1a, 1b, 1c, 1d, 1e Menyelesaikan pemfaktoran bentuk

aljabar −

2a 2a

Menyelesaikan pemfaktoran bentuk aljabar + + , =

2b 2b, 2e

Menyelesaikan pemfaktoran bentuk aljabar + + , ≠

2c 2c, 2d

Tabel 3.3: Kesesuaian kisi-kisi dengan soal pretest dan posttest Kompetensi

Dasar

Melakukan operasi aljabar

Kisi-kisi Soal Pretest Soal Posttest

Melakukan operasi perkalian bentuk aljabar

1. Tentukan hasil kali dari bentuk aljabar berikut a. + ) + ) b. 2 + ) − ) c. � − 2�) � − �)

1. Tentukan hasil kali dari bentuk aljabar berikut a. + )

b. + ) + ) c. + ) − ) d. � + ) 2� − ) e. � − ) � + ) Melakukan

faktorisasi bentuk aljabar

2. Faktorkanlah bentuk-bentuk aljabar berikut a. −

b. − +

c. + − 0

2. Faktorkanlah bentuk-bentuk aljabar berikut a. −

b. + + c. + 0 − d. − 2 + 0


(68)

50

Hasil pretest dan posttest siswa dinilai berdasarkan rubrik penilaian (terlampir).

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, terdapat beberapa tahapan-tahapan yang dilaksanakan sebagai prosedur pelaksanaan penelitian. Berikut ini adalah tahap-tahap pelaksanaan penelitian yang telah disusun oleh peneliti.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Tahap persiapan tersebut meliputi.

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Mengurus surat perijinan penelitian di sekolah c. Melakukan wawancara dengan guru.

d. Membuat instrumen dan alat peraga “Kotak Geser” yang akan digunakan saat pembelajaran dan direvisi oleh pakar (dosen) sampai dianggap siap dan baik untuk digunakan.

e. Melakukan uji coba soal yaitu soal pretest dan posttest kepada siswa kelas IX. Dari hasil uji coba soal kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas soal tes tersebut.


(69)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Memberikan pretest pada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat bagaimana kemampuan awal siswa dari dua kelas tersebut.

b. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan media alat peraga “Kotak Geser”.

c. Melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol dengan tanpa media apapun (metode ceramah)

d. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Analisis

a. Menganalisis hasil pretest siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa (menguji kesetaraan kemampuan siswa).

b. Menganalisis hasil posttest siswa untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa dengan proses pembelajaran menggunakan media alat peraga “Kotak Geser” dan yang tidak.

c. Menganalisis hasil posttest siswa kelas eksperimen untuk mengetahui efektivitas media alat peraga “Kotak Geser” bila ditinjau dari hasil belajar siswa.

d. Menganalisis hasil observasi saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga “Kotak Geser” untuk mengetahui efektivitas media alat peraga “Kotak Geser” bila ditinjau dari tingkat keaktifan siswa.


(70)

52

I. Teknik Analisis Data

Analisis data sangat diperlukan dalam suatu penelitian agar data yang diperoleh dapat menghasilkan suatu bukti untuk menjawab rumusan masalah. Adapun langkah yang dilakukan untuk menganalisis data, yaitu. 1. Validitas Tes

Semua tes yang digunakan untuk penelitian harus diuji validitasnya. Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (valid untuk) (Suparno, 2007:67). Pada penelitian ini, ada 2 jenis validitas yang dilakukan yaitu:

a. Validitas oleh pakar

Validitas oleh pakar adalah validitas item yang dilakukan oleh pakar/ahli. Tes yang akan digunakan dalam penelitian, sebelumnya divalidasi terlebih dahulu oleh pakar atau ahli. Pakar/ahli tersebut adalah Bapak/Ibu Dosen dari peneliti dan guru pengampu mata pelajaran kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan. Pada tahap validasi oleh dosen, lembar tes seperti pretest dan posttest tidak ada yang dirubah dan dinyatakan telah valid. Setelah itu, dilakukan validasi oleh guru matematika SMP Kanisius Kalasan pada tanggal 25 Juli 2016. Menurut guru, soal pretes dan posttest yang akan digunakan sudah baik dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sehingga soal-soal tersebut dapat digunakan untuk penelitian.


(71)

b. Validitas Butir Soal atau Validitas Item

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2012). Validitas dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

�� = � ∑ − ∑ ) ∑ )

√{� ∑ − ∑ ) }{� ∑ − ∑ ) }

Keterangan :

�� : koefisien korelasi antara variabel X dan

variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

: skor yang diperoleh siswa dalam setiap soal : skor total yang diperoleh siswa

Setelah dilakukan perhitungan, maka dilakukan penafsiran harga koefisien korelasi, ada dua cara sebagai berikut :

i. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r product moment

sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan atau tidak valid. Namun jika


(72)

54

harga r lebih besar dari harga kritik dalam tabel, makan korelasi tersebut signifikan atau valid.

ii. Dengan melihat harga r dan diinterprestasikan misalnya korelasi tinggi, cukup, dan sebagainya.

Tabel 3.4: Koefisien Korelasi Product Moment Angka Korelasi Makna

0,800 – 1,00 Sangat tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah (Arikunto, 2012: 89)

Lembar tes seperti tes kemampuan awal (pretest) dan tes hasil belajar (posstest) yang sudah divalidasi oleh ahli atau dosen pembimbing dan guru kemudian diuji coba kepada siswa yang sudah pernah mendapatkan materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar. Uji coba tes atau soal ini dilakukan pada tanggal 27 Juli 2016 di kelas IX A. Hasil kerja siswa kelas IX A yang telah diperoleh kemudian diolah untuk diperiksa apakah soal-soal dalam lembar tes tersebut valid atau sebaliknya.

Berdasarkan tabel harga kritik � �� � ��� , dapat diketahui bahwa ���� dengan menggunakan tingkat signifikasi % dan N = 2 adalah 0, . Apabila �ℎ� �� < ���� maka korelasi tersebut tidak


(73)

signifikan atau tidak valid. Namun apabila �ℎ� �� ≥ ���� maka korelasi tersebut signifikan atau valid. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan koefisien korelasi uji validitas butir soal pretest dan

posttest:

Tabel 3.5: Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pretest

No. Butir Soal �ℎ� �� Keterangan Interprestasi nilai r

1a 0, VALID Tinggi

1b 0, 0 VALID Cukup

1c 0, VALID Tinggi

21 0, VALID Cukup

2b 0, VALID Sangat tinggi

2c 0, VALID Tinggi

Tabel 3.6: Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Posttest

No. Butir Soal �ℎ� �� Keterangan Interprestasi nilai r

1a 0, VALID Cukup

1b 0, VALID Cukup

1c 0, VALID Cukup

1d 0, VALID Cukup

1e 0, 2 VALID Cukup

2a 0, VALID Cukup

2b 0, 0 VALID Cukup

2c 0, VALID Tinggi


(74)

56

Berdasarkan kedua tabel di atas terlihat bahwa butir soal pretest 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, dan 2c signifikan atau valid sehingga soal-soal tersebut layak untuk digunakan. Selain itu, terlihat pula bahwa butir soal posttest 1a, 1b, 1c, 1d, 1e, 2a, 2b, 2c, dan 2d signifikan atau valid sehingga soal-soal tersebut layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, sehingga reliabilitas tes itu berhubungan dengan ketetapan hasil tes (Arikunto, 2012:100). Rumus yang digunakan peneliti untuk melakukan uji reliabilitas adalah rumus alpha karena tes yang diujikan kepada siswa berbentuk uraian atau

essay.

Rumus Alpha :

=

�− )

∑ �2 �2

Keterangan :

� : reliabilitas yang dicari � : banyaknya item soal

: konstanta

∑ �� : jumlah varians skor tiap-tiap item


(75)

Tinggi-rendahnya reliabilitas dapat diketahui dengan mengkonsultasikan � dengan tabel � �� � ��� (Arikunto, 2012:122-125). Setelah berkonsultasi dengan tabel harga kritik � �� � ��� , dapat diketahui bahwa ���� dengan menggunakan tingkat signifikasi % dan N = 2 adalah 0, . Jika � < ���� maka intstrumen tersebut tidak reliabel. Namun jika � ≥

���� maka instrumen tersebut reliabel.

Tabel 3.7: Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Reliabilitas Pretest dan Postest

Instrumen � Keterangan Interprestasi nilai r

Pretest 0, RELIABEL Tinggi

Posttes 0, RELIABEL Tinggi

Dari tabel tersebut disimpulkan bahwa instrumen tes pretest dan posttest

reliabel dan reliabilitas kedua instrumen tes tersebut tinggi. 3. Uji Normalitas

Terdapat beberapa data yang diperoleh dalam penelitian ini, data tersebut tergolong data independen (tidak berpasangan) dan data dependen (saling berpasangan). Data independen yaitu nilai hasil belajar (posttest) siswa kelas eksperimen (VIII A) dan nilai hasil belajar (posttest) siswa kelas kontrol (VIII C), sedangkan data dependen


(76)

58

meliputi nilai pretest dengan nilai posttest siswa kelas VIII A dan nilai

pretest dengan nilai posttest siswa kelas VIII C. Data yang diperoleh tersebut kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data berditribusi normal atau tidak. Hal ini penting diketahui berkaitan dnegan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan digunakan. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan uji statistik parametrik, jika sebaliknya maka akan digunakan uji statistik nonparametrik (Supardi, 2013:129).

Untuk uji normalitas digunakan Teknik Uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:

� = � �� �{|�� ) − � )|, |�� − ) − � − )|}

dengan � ) =

Keterangan :

� ) : fungsi sebaran kumulatif yang dihipotesiskan �� ) : fungsi sebaran kumulatif dari suatu sampel acak

yang diamati dengan N pengamatan : Nilai dalam suatu data

4. Uji Kesamaan Beberapa Variansi

Data independen yang telah diuji normalitasnya dan terbukti berdistribusi normal, kemudian dilakukan uji kesamaan variansi. Rumus uji kesamaan beberapa variansi yang digunakan adalah


(77)

= [ � 2)� − �22)�2− ⋯ ���)��− ]⁄�−�)

��2

dengan �� =∑��= ��− )��2

�−

Variansi populasi dikatakan sama apabila > �, �). Nilai kritis ( �, �)) diambil dari tabel Bartlet.

5. Analisis Data Uji-T (Independent)

Data hasil belajar (posttest) kedua kelas yang sudah melalui uji normalitas dan terbukti berdistribusi normal, dapat dianalisis menggunakan uji-t. Analisis data uji-t ini dilakukan untuk dapat membuktikan hipotesis yang sudah dibuat oleh peneliti, apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis atau tidak. Teknik analisis uji-t ini digunakan tidak hanya karena data berdistribusi normal tetapi juga karena data tidak berpasangan. Seperti yang dikemukakan oleh Supardi (2013: 328) bahwa jika analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data dua kelompok sampel, atau membandingkan data antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan rumus uji-t menurut Sugiyono (2008: 138) sebagai berikut:

=

�̅ −�̅2

√ � − )�2+ �2− )�22

� +�2−2 � +�2


(78)

60

Keterangan :

̅ : rerata skor kelompok eksperimen ̅ : rerata skor kelompok kontrol � : varian kelompok eksperimen � : varian kelompok kontrol

� : banyaknya sampel kelompok ekperimen � : banyaknya sampel kelompok kontrol

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai dari tabel distribusi t (ttabel) untuk pengujian hipotesis. Cara penentuan nilai ttabel didasarkan pada taraf signifikansi tertentu dan = � + � − 2.

6. Analisis Observasi (Pengamatan)

Data yang didapatkan dari proses observasi (pengamatan) oleh observer, dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis observasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa saat melaksanakan kegiatan belajar. Melalui hasil observasi ini, peneliti ingin melihat tingkat keaktifan siswa, apakah siswa dapat digolongkan sebagai siswa yang aktif dalam proses pembelajaran atau sebaliknya.

Skor data siswa yang aktif tersebut diolah ke dalam bentuk persentase dengan perhitungan sebagai berikut :

� �� ���� �ℎ � �


(79)

Hasil persentase tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria yang digunakan oleh Kartika Budi dalam Widya Dharma edisi April 2001.

Tabel 3.8: Kriteria Presentase Keaktifan Siswa

Frekuensi (%) Kriteria

0 < ≤ 00 Sangat Aktif

0 < ≤ 0 Aktif

0 < ≤ 0 Cukup Aktif

20 < ≤ 0 Kurang Aktif


(80)

62 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah disusun oleh peneliti, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian. Berikut ini adalah tabel jadwal pelaksanaan penelitian yang telah disusun:

Tabel 4.1: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Pengajuan surat izin penelitian di SMP Kanisius Kalasan

21 Juli 2016

2 Wawancara guru 22 Juli 2016

3 Validasi soal oleh guru 25 Juli 2016 4 Uji coba soal ke siswa 27 Juli 2016 5 Pemberian pre test dan kegiatan

belajar mengajar di kelas VIII A

29 Juli 2016 6 Pemberian pre test dan kegiatan

belajar mengajar di kelas VIII C

02 Agustus 2016 7 Kegiatan belajar mengajar dan

observasi keaktifan siswa di kelas VIII A

09 Agustus 2016

8 Kegiatan belajar mengajar dan

observasi keaktifan siswa di kelas VIII C

11 Agustus 2016

9 Pemberian post test kelas VIII A 15 Agustus 2016 10 Pemberian post test kelas VIII C 15 Agustus 2016


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tahun ajaran 2016/2017.

0 0 193

Efektivitas penggunaan media alat peraga "Kotak Geser" ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan pada materi operasi perkalian dan pemfaktoran bentuk aljabar.

0 0 209

Efektivitas penggunaan alat peraga kartu bilangan pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 5 Sleman.

0 0 166

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jig

0 0 191

Efektivitas pembelajaran remedial dengan menggunakan alat peraga `kotak geser` pada materi perkalian dan faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul.

0 1 233

Pengaruh pemberian kuis terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2012/2013 pada sub pokok bahasan pengertian dan operasi hitung bentuk aljabar.

0 1 2

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BLORA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR.

0 2 265

Latihan Materi Aljabar (1) Selesaikan persamaan

0 0 6

PENGARUH PENGGUNAAN UBIN ALJABAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN PENYEDERHANAAN, PERKALIAN, DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

0 1 296

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA “KOTAK GESER” PADA MATERI PERKALIAN DAN FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DI KELAS VIII SMPN 2 JETIS BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pro

0 0 231