1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, perguruan tinggi tidak dapat menghindarkan diri dari derasnya arus globalisasi. Perguruan tinggi harus siap
bersaing dengan lembaga pendidikan tinggi lain dalam menyediakan produk jasa layanan yang unggul dan yang sesuai dengan harapan pengguna lulusan. Bila
tidak, dalam waktu cepat perguruan tinggi yang bersangkutan bisa kehilangan
mahasiswa dan dijauhi calon mahasiswa.
Pelayanan yang unggul merupakan suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Unsur penting dalam kualitas jasa
pelayanan yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan utuh, artinya jika salah satu dari
keempat unsur itu kurang atau tidak ada, maka kualitas pelayanan menjadi tidak unggul. Untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan yang unggul, setiap
karyawan harus mempunyai keterampilan tertentu, antara lain berpenampilan yang baik dan sopan, bersikap ramah, bergairah kerja, me nguasai tugas dan
pekerjaannya, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan berhubungan dengan banyak
faktor. Salah satu faktor yang berhubungan adalah kecerdasan emosional. Banyak orang beranggapan bahwa kecerdasan akademis adalah prestasi dominan
yang menentukan kesuksesan seseorang. Namun demikian, tingginya IQ tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjamin seorang karyawan akan dapat dengan mudah mencapai impian atau cita-citanya Harmoko, http:www.binuscareer.com. Dalam banyak kasus
justru kecerdasan emosional lebih dominan menentukan kesuksesan seseorang. Semakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan kita
untuk sukses sebagai pekerja, orang tua, manajer, anak dewasa bagi orang tua kita, mitra bagi pasangan hidup kita, atau calon untuk suatu posisi jabatan. Saat
ini, semakin banyak pengakuan tentang perlunya mengefektifkan peran EQ, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi. Membina hubungan baik dan
strategi penanggulangan masalah adalah kunci keberhasilan dalam setiap bidang kehidupan manusia, dari membina hubungan sejak dini antara orang tua dan
anak, sampai kemampuan seorang manajer untuk membuat karyawannya menampilkan kinerja mereka yang terbaik Steven dan Howard, 2000:17.
Kinerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain keterampilan kognitif, kemampuan teknis, kecerdasan emosional, dan kemampuan bekerja
sama dengan baik dalam tim dan masyarakat. Di antara kemampuan- kemampuan tersebut hanya kecerdasan emosional yang tidak didapatkan dari
bangku pend idikan formal sehingga tidak semua orang yang mempunyai keterampilan kognitif dan kemampuan teknis memiliki juga kecerdasan
emosional ini. Secara singkat, orang yang pandai atau berhasil dalam prestasi akademik sewaktu pendidikan formal ternyata banyak yang gagal mencapai
puncak prestasi sewaktu menempuh karir profesional Melianawati dkk, 2001:58.
Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kemampuan administrasi lebih membutuhkan aspek kemampuan pemanfaatan proses kognitif secara konstruktif
dan realistis dibanding aspek yang lain walaupun pada dasarnya semua aspek kecerdasan emosional dapat mendukung jenis pekerjaan ini. Pekerjaan-pekerjaan
yang membutuhkan kemampuan untuk menampilkan diri kepada orang lain baik itu kepada rekan setingkat maupun kepada pihak luar lebih membutuhkan aspek
kualitas kemampuan-kemampuan di dalam diri intrapersonal, kualitas kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain interpersonal, dan
kemampuan untuk menjaga diri agar tetap tenang dan terkendali bekerja di bawah tekanan dari luar dan dari dalam diri stress management Melianawati
dkk, 2001:61. Untuk melihat lebih jauh lagi bagaimana pengaruh kultur lingkungan
kerja dan locus of control terhadap hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Kultur Lingkungan Kerja dan Locus of Control pada Hubungan antara Kecerdasan Emosional
dengan Kualitas Pelayanan Karyawan”. Penelitian ini merupakan studi kasus
pada karyawan administrasi Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
B. Batasan Masalah