Kajian Pustaka .1 Teori-teori yang Mendukung

10

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II membahas mengenai landasan teori yang digunakan. Pembahasan landasan teori mengenai kajian pustaka, teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Perkembangan anak menurut Stern dalam Kartono, 2007:33 lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang yaitu, faktor bakat dan faktor interaksi dengan lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan pada diri anak. Kepribadian anak dapat terbentuk dengan baik apabila dibina dari proses mendapatkan pengalaman melalui pendidikan yang baik dan ditopang oleh bakat bawaan dari anak yang merupakan bawaan dari lahir. Interaksi yang dimaksudkan di sini adalah keadaan di mana anak-anak melakukan aktivitas bersama dengan teman sebaya atau sekelompoknya untuk mendapatkan hasil dari tujuan yang sudah dibuat. Perkembangan anak menurut Slameto 2010:102 sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dapat diartikan sebagai proses masuknya informasi ke dalam otak secara terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya lewat indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui melalui indera, maka akan semakin mudah diingat. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus menghindari terjadinya salah pengertian agar siswa tidak mengalami salah persepsi yang menentukan keberhasilan belajar selanjutnya. Guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut untuk memastikan siswa tidak mengalami salah persepsi saat belajar. Piaget dalam Wirawan, 1991:117, berpendapat bahwa proses perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri empat tahap yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Periode Sensorimotor lahir sampai 2,5 tahun Masa ini adalah masa bayi menggunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi belajar dari apa yang terlihat dan tertangkap inderanya. Ia memberikan reaksi motorik terhadap rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks, seperti refleks mencari puting susu ibu, refleks menangis, refleks kaget, dan lain-lain. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu memunculkan respon dalam urutan yang lebih kompleks, seperti mampu mengambil benda yang tersembunyi dengan meraih. 2. Periode Pra-operasional 2 - 7 tahun Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak dalam menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Anak mulai mampu membuat penilaian sederhana terhadap objek dan kejadian di sekitarnya. Mereka mampu menggunakan simbol untuk mewakili objek dan kejadian yang mereka maksudkan. Penggunaan simbol ini menunjukkan peningkatan kemampuan mengorganisasi informasi dan kemampuan berpikir. Anak belum mampu mengembangkan konsep tentang aturan dalam bermain, namun hanya melakukan apa yang boleh dan tidak boleh seperti dikatakan orang dewasa di sekitar mereka. Contohnya saat bermain sepak bola anak dapat mengikuti aturan untuk tidak memegang bola tapi tidak tahu maksud peraturan tersebut dan hanya mengikutinya. 3. Periode Operasional Konkret 7 - 11 tahun Pada tahap ini anak mampu melakukan beberapa tugas yang konkret. Anak mulai menggembangkan tiga oprasi berpikir, yaitu identifikasi mengenali sesuatu, negasi mengingkari sesuatu, dan reproaksi mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal. Struktur logika mereka terbentuk yang memungkinkan mereka membentuk beberapa operasi mental, namun masih terbatas pada objek- objek yang konkret. 4. Periode Operasional Formal 11 - 15 tahun Operasi mental anak-anak usia ini tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret, namun mereka sudah dapat menerapkannya pada pernyataan verbal dan logika, baik pada objek yang nyata maupun tidak, dan kejadian pada waktu sekarang atau masa depan. Kemampuan untuk menggeneralisasikan pernyataan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang abstrak sudah muncul, begitu juga untuk beberapa hipotesis dan kemungkinan hasilnya. Siswa kelas empat SD berusia antara 9-11 tahun berada pada periode operasional konkret . Untuk menunjang proses belajar anak pada periode ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membentuk beberapa operasi mental seperti kemampuan mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek dalam aturan tertentu, memahami sifat-sifat tertentu, dan memahami konsep bolak-balik. Melihat kebutuhan perkembangan anak pada periode operasional konkret yang membutuhkan model pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mereka, maka dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih menekankan pada dinamika kelompok, dan tanggung jawab per individu agar dapat bekerjasama satu sama lain dalam mempelajari suatu materi sangat tepat untuk diterapkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat tepat untuk periode operasional konkret , karena di dalamnya terdapat dinamika dalam kelompok kecil heterogen yang memberikan kesempatan kepada setiap individu di dalamnya untuk bekerjasama menjawab dan menyelesaikan masalah. Entah itu berupa mengklasifikasikan beberapa benda, mengurutkan objek dalam aturan tertentu, memahami sifat-siafat benda, atau memahami konsep bolak-balik dan lain-lain. Model kooperatif tipe STAD lebih mengutamakan kerja keras tim. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota kelompoknya benar- benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Hal ini membuat siswa yang belajar dengan model koopertaif tipe STAD merasa termotivasi untuk bekerjasama, sehingga dalam mempelajari suatu konsep atau pun membandingkannya, siswa akan secara mudah mengingatnya dalam jangka panjang. 2.1.1.2 Kerjasama Siswa 2.1.1.2.1 Pengertian Kerjasama Siswa Beberapa pihak telah menyadari kerjasama merupakan hal penting bagi kehidupan manusia demi menumbuhkan solidaritas dalam kehidupan, karena dengan bekerjasama manusia dapat melangsungkan hidup Zulkarnain, 2013:23. Menurut Suprihanto dalam Zulkarnain, 2013: 4, kerjasama merupakan interaksi dalam kelompok dengan cara-cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Moreno dalam Zulkarnain, 2013:23 mengemukakan perlunya kerjasama kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, regu kerja, regu belajar adalah untuk membangun interaksi demi mencapai tujuan bersama. Kerjasama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa menurut Huda 2011:24 yaitu, ketika siswa bekerjasama menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Saat kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham, dengan demikian siswa yang belum paham tadi akhirnya menjadi paham. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah proses interaksi yang melibatkan semua anggota dalam kelompok untuk menumbuhkan solidaritas dengan cara berinteraksi melalui cara- cara tertentu, sehingga perilaku atau prestasi seseorang mempengaruhi prestasi atau prilaku orang lain. Kerjasama dalam konteks penelitian ini adalah bekerjasama dalam menguasai materi ajar guna mencapai prestasi secara maksimal.

2.1.1.2.2 Indikator Kerjasama Siswa

Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Harmin dalam Isjoni, 2009:36 dapat memberikan berbagai pengalaman, dikarenakan mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, berinisiatif, menentukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Sutikno 2012:212, menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sebagai bentuk kerjasama mereka dalam upaya memahami materi. Teori perkembangan Piaget dalam Trianto, 2015:70 memperkuat pendapat di atas yakni, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi siswa dengan lingkungan dan teman sebayanya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, bahwa interaksi dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi mampu memperjelas pemikiran itu lebih logis Trianto, 2015:70.

2.1.1.2.3 Manfaat dan Tujuan Kerjasama

Beberapa manfaat kerjasama menurut Sunarto dalam Zulkarnain, 2013:28 antara lain: 1. Individu satu dengan yang lainya akan bekerjasama saling membantu 2. Segala masalah yang membutuhkan pemecahan masalah akan teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang besar 3. Individu satu dengan yang lain akan dapat memberikan masukan Sedangkan tujuan dari kerjasama group goals menurut Cartwright Zander dalam Zulkarnain, 2013:28 ialah segala sesuatu yang akan dicapai oleh kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua anggota. Selanjutnya dijelaskan oleh Sunarto dalam Zulkarnain, 2013:28 mengenai tujuan kerjasama kelompok antara lain: 1. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai. 2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain. 3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok. 4. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan manfaat dan tujuan kerjasama kelompok di atas, peneliti menyimpulkan indikator kerjasama yang digunakan dalam penelitian STAD ini antara lain: 1. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok mau menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas. 2. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai kesepakatan. 3. Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. 4. Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung. 5. Memberi kesempatan siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok.

2.1.1.2.4 Faktor yang Mendorong Kerjasama

Untuk meningkatkan kerjasama siswa, siswa perlu diajarkan ketrampilan sosial. Hal ini dikarenakan dengan keterampilan sosial, nilai-nilai dalam kerjasama akan terinternalisasi dalam diri siswa dengan cara pembiasaan. Menurut Johnson Johnson dalam Huda, 2011:55, ketrampilan sosial yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa antara lain: 1. Saling mengerti dan percaya satu sama lain. 2. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu. 3. Saling menerima dan mendukung satu sama lain. 4. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik. Di sisi lain, bekerjasama dalam kelompok akan terwujud dengan baik apabila anggota kelompok benar-benar menjalankan perannya sebagaimana yang dikemukan oleh Prayitno dalam Kurnanto, 2013:125 yaitu: 1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok. 2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri ke kegiatan kelompok. 3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama. 4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha untuk mematuhinya dengan baik 5. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok. 6. Mampu berkomunikasi secara terbuka 7. Berusaha membantu anggota lain 8. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk berpartisipasi 9. Menyadari pentingnya kerjasama kelompok 2.1.1.3 Prestasi Belajar 2.1.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu yang telah diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar Syah, 2013:216. Menurut Purwadarminto 1976:767, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Bloom dalam Sudjana, 2009:22 mengklasifikasi prestasi belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. 1 Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2 Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3 Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari beberapa pengertian prestasi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang dapat atau telah dicapai oleh seseorang setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu, baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan semua itu merupakan hasil dari kerja keras. Berdasarkan penyimpulan tersebut, prestasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah.

2.1.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi 2005:105, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, di antaranya :

1. F aktor Internal

; Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi: a. Kecerdasan intelegensi; Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. b. Bakat; Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. c. Minat; Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. d. Motivasi; Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. F aktor Eksternal

; Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya dari luar diri peserta didik siswa, yang meliputi : a. Keadaan Keluarga; Menurut Sukmadinata, 2004:6 keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga disebut juga sebagai lingkungan primer. b. Lingkungan Sekolah; Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial Syamsu, 2001:54. Sekolah disebut juga sebagai lingkungan sekunder. c. Lingkungan Masyarakat; Horton dalam Ruswanto:2009 masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan masyarakat untuk bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya. Berdasarkan urain di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor internal yang meliputi, kecerdasan intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Faktor ke dua adalah faktor eksternal yang meliputi, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 2.1.1.4 Model Pembelajaran 2.1.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Suprijono 2015:63 mengatakan model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut Arends dalam Suprijono, 2015:65, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Berdasarkan pengertian beberapa para ahli mengenai model pembelajaran di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan secara khas oleh guru di kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, di dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

2.1.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dalam istilah bahasa Indonesia, istilah cooperative learning lebih sering dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mulai dikenal luas sejak isu dinamika kelompok dynamic of group yang antara lain digagas oleh Dewey, Moreno, dan Lewin 1970-an. Menurut Johnson Johnson 1994, cooperative learning adalah mengelompokkan siswa agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal yang mereka miliki dan pelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan tanggung jawab kelompok, mereka berusaha dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka Panitz dalam Suprijono, 2015:73. Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok. Namun model pembelajaran kooperatif tentu berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok, perbedaan ini terletak pada adanya unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang tidak ditemui dalam pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Prosedur model pembelajaran koopertatif yang dilakukan dengan benar akan memungkinkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan efisien. Menurut Suprijono 2015: 77, pembelajaran kooperatif bercirikan: 1 memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; 2 pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Selanjutnya dijelaskan oleh Roger dan Johnson dalam Suprijono, 2015:77 bahwa tidak semua belajar kelompok itu bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut antara lain: 1 Positive interdependence saling ketergantungan positif; 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Personal responsibility tanggung jawab perseorangan; 3 Face to face promotive interaction interaksi promotif; 4. Interpersonal skill komunikasi antar anggota; 5 Group processing pemrosesan kelompok. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang bersifat mengelompokkan siswa dengan tujuan agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan secara maksimal satu sama lain dalam kelompok, bertanggung jawab penuh terhadap kelompok, berusaha bersama dan menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Berikut ini akan dijelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Suprijono 2015:77 mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok kecil berbentuk heterogen yang dikembangkan oleh Robert Slavin. Model ini merupakan salah satu model yang menekankan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai materi untuk pencapaian prestasi secara maksimal. Gagasan utama STAD adalah untuk membangun kerjasama dan saling memotivasi supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasi materi yang diajarkan oleh guru guna mencapai prestasi yang maksimal. Johnson dalam Solihatin, 2005:4 mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa dalam kelompok untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Selanjutnya dijelaskan oleh Vygotsky 1978 mengenai teori belajar kelompok, menurut Vygotsky, mental siswa pertama kali berkembang pada level interversonal di mana mereka belajar menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi interpersonal mereka dengan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Singkatnya, siswa-siswa yang bekerjasama dalam kelompok dapat bekerja lebih efektif daripada siswa-siswa yang bekerja sendirian. Slavin dalam Rusman 2013:213, mengatakan STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti, karena sangat mudah dan paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, digunakan pada jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda heterogen Huda, 2014: 116. Siswa mempelajari materi berkelompok, kemudian mereka diuji secara individual dengan soal tes atau kuis. Perolehan skor peranggota menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota harus memperoleh nilai yang maksimal jika inggin kelompok mereka mendapatkan nilai tertinggi. Menurut Huda 2011:13, pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil heterogen, lebih efektif dalam melakukan aktivitas bersama. Pernyataan ini sependapat dengan penjelasan Sharan dalam Huda, 2015: 117 yang mengatakan performa siswa lebih efektif justru ketika mereka belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil, karena dalam kelompok kecil pertukaran informasinya lebih intens sehingga siswa yang bekerjasama dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab untuk membantu satu sama lain demi mencapai prestasi yang maksimal. Mereka yang berada dalam kelompok kecil akan merasa lebih terhubung dan lebih komunikatif antara satu dan lainnya. Sharan 1983 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pengajaran yang efektif dalam meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar sekaligus berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya bekerjasama, termasuk pemahaman mereka tentang teman-teman yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang melibatkan ―kompetisi‖ antar kelompok atau tim kecil antara 4-5 heterogen yang menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotifasi dan saling bekerjasama dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi maksimal.

2.1.1.4.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Menurut Trianto 2009: 68, pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa heterogen . Kegiatannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Slavin 2005:143, pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima sintaks utama yaitu, presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Guru menyampaikan materi pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa semua anggota tim menguasi pelajaran, siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana pada saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Tiap siswa harus menguasai materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat anggota tim menguasai informasi atau materi yang diajarkan Slavin, 2005: 143. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin 2005:143, yang meliputi lima sintaks yakni sebagai berikut:

1. Presentasi materi oleh guru di dalam kelas. Presentasi dilakukan oleh

guru kelas dengan maksud penyampaian tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, sekaligus memotivasi siswa untuk belajar. Presentasi kelas yang dilakukan tetap fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus benar- benar memperhatikan presentasi dari guru, karena dengan demikian akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sangat membantu mereka bekerja dalam kelompok dan mengerjakan kuis- kuis. 2. Pembentukan kelompok dan kerja kelompok. Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal potensi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa mendiskusikan atau melakukan praktik dalam kelompok berdasarkan tugas yang diberikan oleh guru. 3. Pemberian kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode kerja kelompok, para siswa akan mengerjakan kuis individual. 4. Penghitungan skor kemajuan individu. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan individu. Skor yang diperoleh dari pertanyaan lisan akan dijumlah dengan skor menjawab soal tes, kemudian skor akan diakumulasi dengan skor-skor yang diperoleh teman sekelompok lalu dirata-ratakan. Dari nilai rata-rata inilah yang dijadikan skor kelompok. 5. Penghargaan kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria yang sudah disusun oleh peneliti.

2.1.1.4.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan Slavin, 1997:17 : 1. Siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan memotivasi sesama anggota kelompok untuk mencapai prestasi bersama. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Selain keunggulan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan, diantaranya: 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga sulit mencapai target materi yang dipelajari. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama . Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri. 2.1.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam IPA 2.1.1.5.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam IPA Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat IPA adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum pendidikan di Indonesia Depdiknas, 2010. Materi IPA menyangkut tentang alam semesta dan benda-benda di dalamnya. IPA diajarkan pada tingkat pendidikan paling dasar yaitu, Sekolah Dasar Depdiknas, 2010. Dijelaskan oleh Fowler dalam Trianto, 2015:136 bahwa IPA sebagai pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan yang didasarkan pada suatu kegiatan mengamati lingkungan. Adapun Wahyana dalam Trianto, 1986:136 mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ilmu Pengetahuan Alam IPA, sebagaimana dijelaskan Trianto:2015 adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan alam semesta, dengan sekumpulan teori yang tersistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen yang menuntut sikap ilmiah.

2.1.1.5.2 Hakikat IPA

Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah Trianto, 2015:137. Sementara itu, menurut Prihantoro dalam Trianto, 2015:137 mengatakan hakikat IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasih. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk sains, dan sebagai aplikasi, terori-teori IPA yang akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep. Proses ilmiah, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk sains, dan sebagai sikap ilmiah, terori-teori IPA yang akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan, namun penerapannya harus dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

2.1.1.5.3 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Depdikbud 2006:485, menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SDMI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD IPA di SDMI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Fungsi dan tujuan IPA, Depdiknas dalam Trianto, 2010:138 adalah sebagi berikut: 1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi. 4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup bermasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia terlebih bagi siswa Sekolah Dasar, pembelajarannya tidaklah semata-mata pada dimensi pengetahuan tetapi lebih dari itu, yakni keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Mahadahsyat yang tidak dapat dibantah.

2.1.1.5.4 Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda

Materi dalam penelitian ini adalah sifat dan perubahan wujud benda. Standar Kompetensi SK 6.1 Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kompetensi Dasar KD yaitu, 6.1 mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu, dan 6.2 mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair ke padat ke cair; cair ke gas ke cair; padat ke gas. Berikut ini penjabaran materi tentang sifat dan perubahan wujud benda:

A. Wujud Benda

Benda-benda memiliki beraneka macam bentuk, wujud, dan warna. Benda adalah segala sesuatu yang berada di alam dan mempunyai wujud. Benda disebut juga barang. Berdasarkan wujudnya, benda dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu benda padat, benda cair, dan gas.

1. Benda Padat

Benda padat adalah benda yang bentuk dan volumenya selalu tetap. Cintohnya; meja, kursi, pensil, dan lain-lain. 2. Benda Cair Benda Cair adalah benda yang volumenya mengikuti bentuk wadahnya. Contohnya; air mineral, minyak goreng, kecap, dan lain-lain.

3. Benda Gas

Benda gas adalah benda yang berwujud gas. Berbeda dengan benda padat dan cair, benda gas sulit untuk diamati. Contoh benda gas adalah udara dan asap.

B. Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas

Sifat-sifat Benda Padat Benda padat adalah benda yang berwujud padat. Berikut ini sifat-sifat yang dimiliki benda padat:

1. Bentuk dan ukuran benda padat tidak dipengaruhi oleh bentuk

wadahnya. Misalnya pensil yang ada di dalam tas sama bentuknya dengan pensil di dalam gelas. Bola di dalam keranjang tidak berubah bentuk jika diletakkan di lantai. Hal itu berarti bentuk benda padat tidak mengikuti bentuk wadahnya. Benda padat tidak berubah bentuk jika hanya berpindah tempat.

2. Bentuk benda padat dapat diubah dengan perlakukan tertentu.

Bentuk benda padat berubah misalnya, kain diubah menjadi baju seragam. Ujung pensil diraut menjadi runcing. Bentuk benda padat dapat diubah jika benda padat itu mendapat perlakuan tertentu, misalnya ditekan, didorong, atau dipotong. Sifat-sifat Benda Cair 2. Bentuk benda cair tidak tetap, selalu mengikuti bentuk wadahnya Bentuk benda cair dapat berubah-ubah. Jika air dituang ke botol, bentuk air seperti botol. Jika air dimasukkan ke dalam gelas, bentuk air seperti gelas. Demikian juga jika air dimasukkan ke dalam mangkuk, bentuknya seperti mangkuk. Jadi bentuk benda cair mengikuti bentuk wadahnya.

3. Benda cair mengalir ke tempat rendah

Air di sungai mengalir mulai dari hulu sampai ke hilir. Hulu sungai berada di pegunungan sementara hilir berada di muara, biasanya berakhir di laut. Hal ini membuktikan bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

4. Permukaan benda cair yang tenang selalu datar

Dalam keadaan tenang, permukaan air selalu datar. Akan tetapi, jika mendapat perlakuan, permukaan air tidak lagi datar.

5. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil

Berbagai peristiwa meresapnya benda cair melalui celah-celah kecil terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa itu disebut kapilaritas . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Misalnya, minyak tanah meresap pada sumbu kompor atau sumbu lampu, dan peresapan air pada vas bunga.

6. Benda cair melarutkan zat tertentu

Gula pasir larut dalam air teh sehingga rasa air teh menjadi manis. Air dapat melarutkan zat atau bahan tertentu sehingga air disebut zat pelarut. Sifat-sifat Benda Gas 1. Benda gas mempunyai bentuk dan volume sesuai dengan wadahnya Bentuk balon menunjukkan bentuk udara yang ada di dalamnya. Jadi, bentuk benda gas tergantung dari wadahnya. Selain bentuk, volume udara juga menyesuaikan dengan volume isi wadahnya.

2. Benda gas menekan ke segala arah

Udara yang dialirkan ke dalam ban akan menekan ke seluruh ruang ban tersebut.

3. Benda gas terdapat di segala tempat

Benda gas yang selalu ada di sekitar kita adalah udara. Di semua tempat ada udara.

C. Perubahan Wujud Benda Padat, Cair, dan gas

Benda-benda dapat mengalami perubahan wujud jika diberi perlakuan. Perubahan wujud benda yang bersifat sementara disebut perubahan fisika . Beberapa peristiwa perubahan wujud benda, antara lain, mencair melebur, membeku, menguap, mengembun, dan menyublim.

1. Mencair Melebur

Es dan mentega berubah wujud dari padat menjadi cair karena adanya kenaikan suhu panas. Peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair dinamakan mencair atau melebur.

2. Membeku

Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat disebut membeku. Es adalah wujud air dalam bentuk padat. Air dapat membeku jika mengalami penurunan suhu yang sangat dingin.

3. Menguap

Uap air panas yang keluar dari mulut cerek tersebut berada di udara, hanya saja mata kita tidak mampu untuk melihat titik-titik uap air yang berada di udara. Peristiwa berubahnya zat cair menjadi gas disebut penguapan.

4. Mengembun

Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Jadi, mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Pada waktu gas mengembun, gas melepaskan kalor.

5. Menyublim

Menyublim adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas. Contoh menyublim adalah kapur barus atau kamper yang dipanaskan lama- kelamaan akan habis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Weroharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun ajaran 2016/2017.

0 0 232

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III B SD Negeri Denggung.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV A SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

2 14 384

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 1 304

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Negeri Tlacap melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 2 314

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Ungaran 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 7 402

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 9 245